11- Final

135 10 0
                                    

“Apa Lalisa marah pada Papa, Nak?”

“Apa Lalisa benci Papa?”

“Apa Lalisa keberatan jika Papa ingin mengenal lebih baik putri bungsu Papa?”

Lima belas menit sejak Lalisa dipanggil kembali ke dalam ruangan, lima belas menit pula Lalisa hanya berdiri diam tanpa ekspresi, tanpa menatap kedua orang tua Rosie,— tanpa menatap Papa mereka yang duduk dengan wajah penuh penyesalan dan rasa bersalah di hadapannya.

Sejak Lalisa masuk ke ruangan, Rosie selalu berada di sampingnya. Digenggamnya tangan itu erat-erat setiap pertanyaan memuakkan dilontarkan untuknya.

Apa masih mau dilanjutkan? Atau mau pergi saja?

Tanya Rosie melalui tatapan setelah pertanyaan terakhir dilontarkan. Tapi, Lalisa tidak menjawab.

Yang membuat Rosie menjadi khawatir, mata Lalisa sudah berkaca-kaca. Satu pertanyaan lagi, maka adiknya itu akan meledak.

“Lalisa-

Lalisa mengusap air mata yang akhirnya jatuh, mengalir sampai pipi. Kemudian menggelengkan kepalanya untuk menjawab seluruh pertanyaan memuakkan itu.

“Lalisa punya keluarga sendiri. Punya papa dan mama sendiri. Paman juga punya keluarga sendiri. Punya istri dan anak sendiri. Maka, biarkan semuanya tetap seperti itu. Tidak ada yang perlu diubah atau diperbaiki.”


End-
Ditulis terakhir: 6 April 2022

Note: Terima kasih yang sudah membaca! Sampai jumpa di karya-karya berikutnya~ (bila kalian berkenan :))

much love, thepotatochips_ 🍟

(almost) RUINEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang