sepuluh

737 114 23
                                    

Tahun baruuuu!!🎉🎉🎉🎆🎇🎇
Semangat baru ya gaess wish you all the best
Warniiiinnggg!!!!
Typo masih setia... No cek cek soalnya happy reading wangxian lovers...
*
*
*
*
*

Wei wuxian masih duduk menekuri lantai kamar, tangan nya menopang dagu dengan senyum kecil yang menghias wajahnya.

Jiang Cheng hanya mendecih sebal melihat sahabat sekaligus saudara angkatnya itu.

"Bisakah kau membuang wajah menyebalkan mu itu? Sejak tadi tersenyum seperti orang tidak waras."

Wei Wuxian mencibir, tetap tak bergeming dari tempatnya.

"kenapa kau terburu buru malam itu?" Wei Wuxian beranjak menghampiri Jiang Cheng.

"Kita sudah membahas nya berulang kali, aku bosan mengulang jawaban yang sama."

"Jawaban mu tidak memuaskan."

"Aku tidak berniat memuaskanmu."

"Kalau tiba-tiba aku mati dan masih penasaran bagaimana?"

"Aku doakan semoga kau tidak jadi hantu gentayangan."

"Kau menyebalkan."

"Dari dulu."

Wei Wuxian mencebik kesal.

"Apa kau akan ke mansion hari ini?"

Wei Wuxian yang tengah menyuapkan sepotong roti urung melakukannya, dia menatap Jiang Cheng lalu menggeleng.

"Sudah beberapa hari sejak kejadian itu kau tidak menemui Sizhui, apa ada masalah?"

"Tidak ada, aku hanya sedang sibuk dengan tugas-tugas kuliah ku."

"Seperti bukan kau saja." Jiang Cheng tersenyum mengejek.

"Kau sendiri sama bukan?."

Jiang Cheng menarik napas.

"Aku tidak memiliki kepentingan untuk berada di sana."

Pemuda yang selalu memasang wajah garang itu duduk di sebelah Wei Wuxian.

"Lalu kau pikir aku memilikinya?" Wei Wuxian melirik Jiang Cheng dengan ekor matanya.

Jiang Cheng hanya mengangkat bahu, tangan nya terulur meraih roti yang hampir saja masuk ke mulut Wei Wuxian.

"A-Cheng!" Wei Wuxian mempout kan bibirnya.

Jiang Cheng tak peduli, bayangan kejadian malam itu membuat nya kesal, marah, berdebar dan bahagia di saat yang sama.

Bayangan sesosok lelaki tampan yang tiba-tiba saja menciumnya dan berkata,
"Aku menyukaimua Jiang Wanyin, sepenuh hatiku, seluruh jiwaku."

Mengingat nya saja membuat pipi terasa panas, dengan kesal dia melahap roti yang baru saja dia rampas dari Wei Wuxian hingga kedua pipinya menggembung lucu.

"A-Cheng, pelan-pelan." Wei Wuxian menyodorkan air saat pemuda itu terbatuk, yang langsung di terima Jiang Cheng.

"Aku tidak akan merebut roti itu lagi, jadi jangan terburu buru menelannya.

Jiang Cheng hanya menarik napas, perasaan nya campur aduk saat ini, kesal, marah, senang...rindu..

Ya, Jiang Cheng diam-diam merindukan sosok yang mencuri ciuman pertamanya.

Sementara Wei Wuxian tengah berusaha meredakan debaran jsntungnya yang selalu berdetak kencang saat ingatannya memutar kejadian malam itu bersama Lan Wangji, harum tubuh pria itu seolah menempel di hidung Wei Wuxian, senyum pria itu tak pernah bisa dia hilangkan.

Miracle Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang