Typo... Waspadalah waspadalah...
*
*
*
*
*Feng Niu masih membuka matanya, wajahnya sudah pucat pasi, wanita paruh baya yang memangkunya tak berhenti menangis.
"A Niu... Bertahanlah nak.. "
"Sayang.. Ambulance segera tiba bertahan lah... "
Bibir wanita itu bergetar, suara sangat lirih keluar terbata, Wen Xu mendekat kan telinganya.
"Ma.. Ma.. Maaf.. Gud.. Gu.. Gu.. Dang..
Wen... Xu.. Ma.. Af... " Tangan itu mengenggam erat, air mata menetes seiring mata yang terpejam dan tangan yang melemas."A Niu... "
Feng Niu tewas mengenaskan, membawa penyesalan, membawa luka, membawa rahasia dimana balita putranya di sembunyikan.
Kediaman keluarga Lan sudah kembali sepi setelah ramai oleh para pelayat untuk berbela sungkawa atas berpulangnya menantu dari keluarga itu, setidaknya itu yang masih mereka tahu.
Di ruang tengah...
"Gudang? "
Wen Xu mengangguk.
"Gudang apa?"
Semua terdiam.
"Berapa banyak gudang di Gusu ini?"
"Puluhan bahkan mungkin ratusan."
Hening kembali.
Wen Xu menarik napas, tangan nya mengusap lembut lengan wanita yang masih terisak, Nyonya Feng.
"Aku akan meminta When Chao menyebar anak buah nya menelisik semua gudang di wilayah ku."
Lan Qiren mengangguk.
"Aku ingin meminta Song Lan dan juga Zixuan menyebar anak buah nya keseluruh Gusu, apa bisa?"
Lan Xichen menatap kedua orang yang berdiri tak jauh darinya.
"Kau bisa mengandalkan kami." Sahut Song Lan.
"Aku akan menyebar orang orangku sebanyak mungkin yang aku bisa." Tambah Zixuan.
Senja mulai turun, satu persatu dari mereka sudah berpamitan, Lan Qiren menuju kamar nya, yang tersisa hanya Lan Xichen dan Jiang Cheng, Sementara Lan Wangji dan Wei Wuxian berpamitan ke kamar baby Zhui.
"Lan Huan... " Jiang Cheng hanya mengusap surai lembut yang tiba tiba rebah di pangkuannya, pemuda itu menggeser duduk nya agar lelaki di pangkuannya merasa nyaman.
"Huan.. Jangan begini.. "
"Maaf.. Wanyin.. Maaf.. "
Lan Xichen membalikan wajah nya tangan nya melingkar di pinggang Jiang Cheng, wajah nya dia benamkan di perut pemuda itu, Lan Xichen menangis...
Dengan penuh sayang di usap nya punggung dan juga surai lelaki yang sudah mencuri hatinya itu, rasa sedih dan juga frustasi Lan Xichen seakan sampai pada diri Jiang Cheng.
Shisi menatap jendela kecil berjeruji itu, cahaya semakin meremang, tubuhnya terasa semakin melemas, sudah dua hari tak ada lagi yang datang sekedar mengantarkan makanan, sisa roti yang selalu dia sembunyikan sudah habis tadi pagi untuk Zhui.
Bocah yang semula gembul kini terlihat sedikit tirus, di usap nya pipi yang sedikit kotor itu.
"Sebentar lagi kita pulang Tuan kecil... "
"Nanny... Lapar.. "
Shisi memeluk Sizhui erat, tangisnya pecah seketika, entah sudah berapa lama mereka ada di tempat tersebut, hatinya sangat sakit melihat balita asuhan nya dengan kondisi memprihatinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Of Love
De TodoWARNING ZONE!! Homophobic harap menjauh No rusuh Karena terkadang inspirasi datang di tempat yg tak terduga