3

402 16 0
                                    

Guys, perlu aku tekankan. Cerita ini akan banyak sekali typo dan beberapa kata yang diulang karena memang ini cerita mentahan yang belum sempat aku edit.
Aku akan post cerita ini sampai akhir tahun saja, setelah itu kemungkinan akan aku unpublish karena keperluan publish di lapak sebelah. Aku hanya ingin mengobati rindu kita yang lama tidak bertemu.

Maafkan aku yang selalu telat update cerita lama, karena aku terlalu asik menyelam di lautan sebelah, sampai membuat kalian menunggu. Jujur sedih banget rasanya aku tidak seaktif dulu menyapa kalian.

Aku tidak mau banyak janji karena kalian tahu bagaimana aku selalu mengingkari janjiku. Benar, kan? Jujur aku malu :)
Tapi aku akan berusaha, jadi ini dia cerita yang aku suguhkan untuk menemani akhir tahun kalian. Selamat membaca.

=============================================================================

Amora memasuki apartemen Saka dengan menenteng 2 kantung kaleng minuman yang sebelumnya mereka beli di mini mart. Padahal Saka sudah menasihati membeli 1 kantung saja, tapi wanita itu keras kepala.

Saka menghidupkan semua lampu apartemen sedangkan Amora menaruh kantung kresek di atas meja makan. Dia memperhatika suasana apartemen yang sudah sebulan tidak disinggahi. Karena kesibukan, Amora dan Saka sama-sama tidak punya waktu bertemu satu sama lain di apartemen ini. Mereka akan bertemu di luar dan mengobrol sebentar lalu kembali ke kehidupan masing-masing.

"Ambil saja makanan ringan di kulkas. Kau tau kan tempatnya?" usul Saka yang sedang mengambil air minum di dispenser.

Amora mengangguk, lalu membuka kulkas dengan senang hati. Saka hanya berdiri menyender di pantry sembari matanya mengikuti pergerakan Amora. Wanita itu begitu bersemangat mengeluarkan makanan ringan. Sampai meja makan minimalis milik Saka hampir penuh dengan bir dan makanan ringan.

"Kau mau minta atau merampok?"

"Kan, kau yang menawarkan tadi."

"Tapi tidak sebanyak ini. Kalau lapar akan kubuatkan makanan, jangan banyak makan snack. Tidak baik untuk pencernaan," omel Saka yang mendekat ke meja makan lalu mengembalikan beberapa makanan ringan ke dalam kulkas.

"Uuuu, Saka begitu perhatian!" Tangan Amora kembali ingin mencubit pipi Saka tapi pria itu memajukan kepalan tangan di depan wajah Amora.

"Berani sekali lagi, akan kutinju wajahmu," katanya.

Tapi sepertinya Amora tidak terpengaruh sedikit pun. Dia hanya tertawa terbahak, lalu membiarkan Saka melakukan apa yang dia inginkan. Menggoda pria itu sungguhlah menyenangkan.

Tidak ingin merusak mood pria yang sudah menampungnya itu, apalagi kini dia mulai memasak sesuatu untuk Amora makan, wanita yang tengah memakai hoodie kebesaran berwarna hitam itu memilih duduk di meja makan.

Sembari membuka tutup kaleng bir, dia memperhatikan Saka yang telaten memotong sayuran dengan gerakan cepat. Begitu pun beberapa bumbu masakan. Saka memang ahlinya memasak semenjak Amora mengenal pria itu pertama kali waktu SMA.

Amora lalu menatap sekeliling apartemen dan menemukan beberapa perubahan di sudut apartemen. Walau pun kecil, tapi Amora tahu jika perubahan itu dipelopori oleh Sena. Perbahan yang cukup signifikan dilihat dari warna yang feminim, sangat kontras dari selera Saka yang serba monokrom.

"Apa Sena akan kemari besok?" tanya Amora tiba-tiba.

Saka masih terampil mengolah masakan dengan api sedang. Hoodienya sudah ditanggalkan sedari tadi dan kini dia hanya memakai kaos putih, memperlihatkan tangan berotot yang sedang memegang ganggang wajan.

Dia menoleh pada Amora sebentar lalu kembali pada kegiatannya. "Tidak tahu. Dia bisa datang kapan saja seperti jailangkung."

Amora tertawa geli dengan ucapan Saka. Hanya Saka yang punya panggilan sayang yang tergolong aneh untuk orang-orang terdekatnya. Contohnya tunangannya sendiri bisa dipanggil macam-macam setan. Amora pernah dipanggil macam-macam binatang. Kurang aneh apa lagi coba.

"Aku merasa tidak enak," kata Amora di sela dia menenggak bir.

"Terlambat. Kau sudah masuk ke sini dan membuat berantakan dapurku. Masih punya malu bertanya tentang Sena?"

Amora berdecih. Jika Saka sedang dalam mood jeleknya, ya seperti ini. Pria itu akan terus mengomel hingga pagi datang. Bahkan dia akan mengeluarkan kata-kata tajam yang anehnya tidak pernah mempan pada Amora. Karena wanita itu akan mengusik lagi dan lagi.

"Maaf-maaf," ucapnya.

Aroma harum tercium kala Saka menuangkan nasi goreng di atas piring saji yang dia siapkan untuk dirinya dan Amora. Pria itu sempat berkacak pinggang karena merasa meja makannya sudah penuh dengan barang-barang Amora. Jadi lah dia memindahkannya terlebih dahulu di atas pantry lalu menaruh dua piring nasi goreng di atas meja. Tepat di depan Amora, aroma gurih, manis dan pedas masuk melalui indra penciumannya.

"Makan dulu, atau kubuang semua minumanmu ke bak sampah!" kata Saka yang menatap Amora dengan tatapan tajam.

Merasa tidak adil, Amora hanya mendengus sebal lalu meletakkan kaleng birnya di atas meja menimbulkan bunyi cukup keras. Dia sedang merajuk tapi Saka tidak perduli. Perlahan tangannya mengambil sendok yang diletakkan di samping piring lalu melahap sesuap nasi goreng.

Kunyahan demi kunyahan saling bersahutan antara miliknya dengan Saka. Mereka makan dengan tertib seperti ada yang mengatur untuk tidak membuat keributan. Iya, sedari sore Amora belum makan sedikit pun.

Masalahnya dengan Arga membuat nafsu makannya menghilang begitu saja. Tapi sekarang nafsu makannya seperti kembali 100%. Terima kasih untuk Saka. Pria itu memang tidak pernah gagal menjadi sahabat.

Selesai makan, seperti biasa Saka yang akan membersihkan semuanya. Amora sendiri berlalu ke ruang tengah yang letaknya tidak jauh dari dapur, bahkan Saka masih bisa melihat jelas pergerakan Amora dari tempatnya.

Pria itu mengelap peralatan makan sembari mengerutkan kedua alisnya.

"Kau mau minum di sana?"

Amora mengangguk tegas sembari menampilkan senyum manisnya.

"Tidak boleh! Kau akan mengotori karpetku. Lagi pula minum di sini akan lebih mudah membersihkan kekacauannya nanti."

"Saka..." Amora merengek untuk ke sekian kalinya.

Kenapa sih dia tidak diperbolehkan melakukan apa yang dia inginkan? Jika pun dia mendapatkannya, harus ada drama merengek terlebih dahulu untuk meluluhkan pendirian Saka. Amora benar-benar kesal pada sikap Saka yang terlalu melarangnya ini dan itu.

"Jangan membantah, ini apartemenku!" bentak Saka.

Amora tersentak mendengar Saka meninggikan suaranya. Keduanya sempat terdiam sesaat menatap satu sama lain. Pria itu menarik napas dalam dan menghembuskannya perhalan. Mengembalikan peralatan makan ke tempat semula sebelum menyusul Amora ke ruang tengah. Sampai di sana, Saka mendapati Amora yang terdiam mematung menghadap TV besar yang ada di ruang tengah.

Pria itu tidak menyangka jika sikapnya tadi sudah menyinggung perasaan sahabatnya. Di tambah Amora mulai mengumpulkan kaleng bir di atas meja dan memasukkannya kembali ke dalam kantung.

"Amora, maaf, maksudku-," jelasnya pelan.

Namun, sepertinya Amora tidak menggubris sedikit pun ucapannya. Wanita itu masih berniat memasukkan semua kekacauan yang dia ciptakan, walau tangannya sedikit gemetar.

Karena tidak menyahut, Saka menahan tangan Amora hingga wanita itu tidak bisa mengulurkan tangan guna mengambil satu kaleng terakhir di atas meja.

"Saka, aku minta maaf. Aku tidak tahu kau akan semarah ini dengan sikapku yang kekanak-kanakan. Aku, selalu merepotkanmu dan aku masih juga tak tahu malu menganggumu kala kau bersama Sena. Maafkan aku, Saka!"

Tangisan Amora pecah kala mata Saka menatapnya dengan penuh kelembutan. Tatapan yang selalu dia dapat ketika mereka masih di bangku SMA dulu. Tatapan yang membuat hati Amora merasa nyaman di saat keadaan di sekitarnya tidak benar-benar aman.

"Aku tidak tahu lagi kemana harus mencari tempat berteduh. Berteduh dari hujan kerikil yang begitu menyakitkan. Tidak hanya badanku, tapi juga hatiku begitu sakit, Saka. Sakit sekali!"

Tanpa terasa, sebuah pelukan hangat dirasakan oleh Amora yang sedari tadi tidak melihat dengan jelas reaksi Saka di depannya. Yang dia rasakan sekarang adalah pilu, dan semua itu harus segera dihentikan jika dirinya tidak ingin jatuh terjerumus ke dalam perasaan yang akan membunuhnya.

The Best ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang