S. V. [ 5]

7.8K 882 128
                                    

Dimalam yang kelam, Diana berdiri ditepi jendela memandangi bulan yang memberi sedikit pencahayaan ke dalam kamarnya yang gelap.

Tatapannya kosong.

Diana merindukan ayah dan rumahnya. Satu bulan yang lalu kehidupannya masih normal seperti biasanya. Tapi kini, semua lenyap begitu cepat.

Diana masih setia memandangi cahaya bulan yang terlihat sangat indah namun juga terlihat menyedihkan.

Sama sepertinya, bulan itu juga nampak kesepian.

Suasana begitu sunyi, para pelayan diistana ini mungkin sudah terlelap, menyisakan para pengawal yang bertugas berpatroli disekitar istana, dan jangan lupakan ksatria pribadinya yang ditunjuk langsung oleh sang kaisar kini tengah berjaga di depan pintu kamarnya.

Di istana yang megah ini, Diana terpenjara.

Apa Airin didalam novel juga diperlakukan seperti ini?

Tapi dari yang Diana ingat, tidak pernah dituliskan bahwa kaisar pernah mengekang Airin, bahkan kaisar membiarkan Airin untuk melakukan apapun yang perempuan itu inginkan.

Kenapa begitu berbeda dengan keadaannya saat ini?

Dalam keheningan, Diana meluruh kelantai, melipat kedua kakinya dan menjadikannya sebagai sandaran untuk kepalanya. Ia kembali menatap bulan. Tak lama matanya mulai terasa berat, masih dalam posisi yang sama, ia perlahan masuk kedalam dunia mimpi.

Tubuh, hati dan pikirannya lelah.

Sayup-sayup Diana mendengar seseorang  memanggil dan menggoyang pelan pundaknya. Dengan berat Diana membukan matanya, Luci segera membuka gorden kamarnya.

"Akh.." Diana mengerang saat merasakan cahaya matahari mengenai matanya.

Diana mengerjap, ternyata hari sudah terang. Apa semalam ia ketiduran dilantai?

Dia membuat masalah untuk dirinya sendiri, tapi tunggu.

"Luci kenapa aku ada diranjang?" Diana bingung saat baru menyadari ia sedari tadi diatas ranjang. Bukankah semalam ia dilantai?

"Maksud Nyonya?" Luci bingung. Tentu saja sudah seharusnya majikannya itu tidur diranjang. Kenapa harus dipertanyakan.

Atau mungkin ia salah ingat? Tapi Diana yakin semalam ia benar-benar tertidur dilantai.

Seketika segala pikirannya teralih saat seorang pelayan berambut coklat masuk dan memberitahukannya bahwa Kaisar telah menunggunya untuk sarapan bersama.

Diana cemberut.

"Nyonya, air mandi anda sudah siap. " Ucap Luci yang terlihat masih menahan perih. Mukanya pucat, menandakan bahwa ia sedang tidak baik-baik saja.

Perlahan Diana bangkit dibantu oleh Luci. Luci membimbingnya menuju kamar mandi. Dengan lembut luci menggosok kulit putih Diana yang dibantu oleh 2 pelayan lainnya.

Diana dapat melihat dengan jelas kerutan diwajah luci saat menahan sakit. Rasa bersalah kembali menggerogoti hati wanita itu.

"Luci, hari ini kau istirahat saja" ucap Diana pelan. Tidak tega melihat wanita muda itu yang terlihat kesakitan.

Mendengarnya Luci hanya tersenyum lembut. Dia sangat bersyukur menjadi pelayan dari majikannya itu. Ia berharap bahwa suatu saat nanti Diana akan menemukan kebahagiaannya.

Setelah Diana selesai dengan mandinya, para pelayan mulai mengeringkan badannya, dan kemudian segera memilihkan pakaiannya.

Diana berdecak saat merasakan tarikan korset di pinggangnya, ia benar-benar benci ini.

Dan waktu untuk sarapan dengan kaisar akhirnya tiba. Dalam perjalanan, Diana ditemani oleh pengawal pribadinya. Sebenarnya Diana cukup heran, sejak disini laki-laki itu tidak pernah sekalipun mengajaknya berbicara meski dia adalah pengawal pribadinya.

Sampainya di ruang makan, segala pikiran Diana mendadak buyar. Saat matanya bersitatap dengan Kaisar. Tubuhnya mendadak kaku dan Diana dapat merasakan kakinya yang terasa berat untuk bergerak kearah lelaki itu.

Diana menoleh kearah Chris mencoba mengalihkan pikirannya, tapi pengawalnya itu hanya menatapnya datar. Entah mengapa Diana tidak menyukai tatapannya itu.

"Chris, pergilah" Titah kaisar.

Mata kaisar nampak dingin. Chris membungkuk lalu segera meninggalkan mereka.

Diana segera duduk di kursi paling jauh dari kaisar. Deron yang melihat itu kesal dan langsunh menyuruh Diana untuk duduk disampingnya.

"Airin kemari"

Meski enggan Diana memilih untuk menurut saja. Ia tidak ingin kesalahannya nanti malah membuat orang disekitarnya mendapat masalah.

"Makanlah" perintah Deron setelah Diana duduk tepat disampingnya.

Saat sedang menyantap makanannya, Diana merasakan elusan disekitar pinggir wajahnya. Dan saat mengangkat wajahnya ia bisa dengan jelas melihat wajah super duper tampan milik lelaki itu.

Melihat ketampanan Deron yang tidak manusiawi membuat Diana berdoa, semoga ia tidak akan bernasib sama dengan Airin yang didalam novel.

***

Makasih banget yang udah sabar nungguin gue untuk update cerita ini.
Sebenarnya diotak gue udah nyiapin chapter selanjutnya tapi entah kenapa saat gue mau ngetik, imajinasi dalam otak gue itu lari semua entah pada kemana gue gak ngerti.

Gue sebenarnya tuh lagi suntuk pake banget. Biasa pengangguran:)

Doain gue  dapat kerjaan ya. Mana tau doa lo pada didengar tuhan kan.

Astaga sorry gue malah curhat.

1k vote untuk chapter selanjutnya ya:)

Makasih buat yang gak skip curhatan gue.

•Tbc•

Sexy VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang