alice in wonderland : 2

1.4K 178 1
                                    

Di sebuah desa indah, ada sebuah rumah kecil. Lokasi rumah itu sedikit jauh dari lokasi rumah lainnya, rumah itu berdiri di atas bukit.

Di dalam rumah, seorang gadis surai kuning tengah tertidur. Perlahan sepasang mata dengan bulu mata lentik itu terbuka, memperlihatkan sebuah manik coklat indah.

Gadis itu menutup mulutnya ketika hendak menguap, lalu ia berjalan menuju tempat untuk mandi dan mengganti bajunya.

Setelah selesai, ia memakai sebuah pakaian yang sangat sederhana, pakaian rakyat jelata. Yaitu sebuah baju selutut yang lusuh, dan jam dengan angka romawi yang bergantuk di bagian pinggang kanan.

Gadis itu beranjak ke dapur. Saat sudah di dapur, dengan senyum kecil, gadis itu meraih bahan makanan untuk membuat roti, pikirnya ia hari ini akan menjual roti dan susu di pasar.

Selama setengah jam menghabiskan di dapur, bau roti menyeruak kemana-mana, dan asap keluar dari cerobong asap dan jendela.

Gadis itu lalu memasukan roti dan susu yang telah selesai ia buat ke dalam keranjang. Ia kemudian berjalan ke luar rumah.

Sepanjang jalan, ia terus menampilkan senyum menawannya. Dan setiap orang di desa yang melihatnya menyapanya dan membalas senyum.

"Pagi alice, inggin ke pasar kah untuk menjual roti?" tanya seorang wanita yang menghampirinya.

Alice mengangguk anggun."benar bibi, apakah bibi inggin roti?"jawab alice lalu menawarkan roti pada wanita itu.

Wanita itu tersenyum dan menepuk kepala alice dengan lembut."sayang kau terlalu baik hati, tidak perlu. Bibi akan membelinya nanti di pasar. Bibi pastikan bibi akan membeli banyak rotimu."katanya yang membuat alice tersenyum senang.

"Kau ini, padahal usiamu masih7 tahun tapi kau sudah sangat giat bekerja. Kau bahkan menjadi gadis yang sangat baik hati. Bibi yakin elaina akan bangga denganmu alice." ucap wanita itu seraya menatap teduh alice.

Alice mendengar nama ibunya di sebut terdiam, namun kemudian ia tersenyum lembut."terimakasih bibo, alice akan senang kalau ibu disana bangga terhadap alice."dan kemudian wanita itu mengusap surai alice lagi.

"Baiklah bibi pamit dulu. Berhati-hatilah alice." ucap wanita itu. Alice mengangguk lalu pergi.

Di pasar alice pergi ke sebuah kedai roti, ia tersenyum pada bibi yang menjaga kedai itu."halo bibi magrait. Anda semakin cantik saja."sapanya hangat.

Magrait tersenyum pada alice, ia tertawa kecil."ahh, mulutmu manis sekali alice. Katakan, apa kau inggin menitip roti lagi? Ya akan aku jualkan, taruh saja ya."kata magrait.

Alice tersenyum senang, ia menaruh keranjangnya lalu memeluk magrait."terimakasih bibi, bibi selalu membantuku."ucapnya berteriamakasih.

Magrait mengangguk."sama-sama. Kau adalah gadis yang sudah ku anggap anakku sendiri alice, kau sangat baik hati, sama seperti alice in wonderland."kata magrait membuat senyum alice berkembang.

Alice tahu, siapa alice yang selalu mereka sebut.

Alice in wonderland adalah sebuah kisah putri desa yang terjebak di istana pangeran berkuda putih. Alice itu memiliki sifat baik hati dan lembut yang membuatnya di cintai rakyat, hidup Nya sangat bahagia hingga ia Menikah dengan sang pangeran.

Dia dan putri itu kisahnya berbeda jauh, hidupnya rumit dan lebih mengenaskan. Alice kemudian tersenyum miris mengingat kehidupannya dulu. Ia tersenyum pada migrait lalu pamit untuk pulang.

Di rumah, Alice langsung belari menuju domba-dombanya. Ia memeluk satu persatu domba dan kemudian membawa sang domba ke ladang.

Alice duduk diperumputan, ia menatap sungai yang tak jauh. Ia melamun.

Alice menerawang ke masa lalunya, atau kehidupan dulu. Alice tersenyum miris, dulu ia sangat bodoh dan naif, menganggap semua orang itu baik. Alice menggigit bibirnya, perlahan mata coklat itu berair.

"Ahhh, aku Benci kehidupanku dulu." lirihnya. Namun ia kemudian mengepalkam tangan."tapi sekarang, aku harus berubah! Sebelum aku ke mansion duke, aku akan membuat sifat baru yaitu sifat licikku! Takkan ada lagi Alice yang naif, tak akan ada lagi yang bodoh, hanya ada alice yang licik dan menutupi semua dengan topeng!"

Mata coklatnya memancarkan dendam dan kemarahan yang meluap. Alice sungguh tak sabar untuk membalas semuanya. Ia sudah sangat Benci dengan semuanya.

•••

Langit sudah mulai gelap, hari sudah mulai malam. Kini Alice tengah berada di kamarnya, tangan bergerak merajut sebuah kain.

Ia membuat sebuah gaun dengan kain yang ia punya. Dari mana kain itu? Kain itu adalah peninggalan milik ibunya. Dia bahkan bingung sendiri kenapa ibunya memiliki kain sutra indah dan sebuah renda gaun di lemarinya.

Alice tersenyum puas melihat hasil jahitannya, ia lalu melipatnya dan memasukannya dalam lemari lusuhnya."tinggal sentuhan terakhir, Besok aku akan ke pasar lagi."gumamnya.

Alice kemudian berjalan ke ranjangnya. Ranjangnya itu kayu, tidak ada empuk-empuknya. Bantalnya terbuat dari bulu domba yang isi bantalnya adalah jerami.

Alice memejamkan matanya, berusaha untuk tidur. Perlahan pasti ia terlelap dalam mimpinya.

Pagi harinya, alice melakukan kebiasannya. Yaitu mandi, masak, membuat roti, lalu memberi makan dombanya.

Roti telah selesai ia buat, alice memasukan roti ke dalam keranjang. Kemudian alice berjalan keluar rumah, ia berjalan ke arah pasar.

Sepanjang perjalanan, wajahnya terus menampilkan senyum menawannya.

"Pagi alice, kau terlihat manis seperti biasanya." sapa seorang wanita.

Alice membalas sapaan wanita itu."pagi juga, terimakasih, anda juga sangat cantik seperti biasanya."balasnya yang membuat wanita itu tersipi dan tertawa kecil.

Mulut yang sangat manis, itulaj ciri khas alice. Alice akan memberikan pujian kepada orang, pujian yang sangat manis. Walaupun ia pura-pura memberi pujian, namun tetap saja ekpresinya membuat orang berpikir alice jujur dan tulus memuji mereka.

Sampai pasar, alice berjalan ke kedai magrait. Ia tersenyum pada magrait yang selalu tenang seperti biasanya."pagi bibi, hari yang indah. Anda sepertinya sangat bahagia hari ini, apakah ada yang membuat anda bahagia hari ini?"sapanya seraya bertanya.

Magrait dengan rona merah di kedua pipinya tersenyum."ya, suamiku baru saja kembali dari tugasnya sebagai prajurit kediaman duke, bagaimana aku tak bahagia selain melihat ia kembali dengan senyum dan keberhasilannya meraih posisi prajurit khusus."Jawabnya yang membuat alice terdiam.

Ia tahu siapa suami magrait. Suami magrait adalah prajurit kediaman duke, dia memiliki posisi ksatria khusus penjaga anak pertama duke.

Namanya Jake granhel. Awalnya dia ksatria anak pertama duke, lalu saat usianya 15, dia menjadi Ksatria duke.

Magrait masih berusia 16, dan jake berusia 16 juga. Jake termasuk hebat karena bisa menjadi prajurit atau ksatria di usia semuda itu. Mereka itu menika muda.

Alice tersenyum."wahh, baguslah bibi, kini paman jake sudah kembali, semoga hubungan kalian semakin erat ya bibi."ucapnya membuat magrait semakin tersenyum lebar padanya."dan semoga suamimu tidak akan membuatku repot nanti, bibi."tambahnya di dalam batin.

"Terimakasih Alice. Oh, apakah alice inggin pergi ke suatu tempat?" tanya magrait.

Alice mengangguk."iya bibi, aku inggin ke kedai jam. Aku pergi dulu ya bibi."jawab alice lalu pamit. Alice belari pergi ke arah kedai jam.

Bersambung.

my skyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang