If someday your feet can't touch the ground
If someday your arms can't feel my touch
If someday your eyes can't see my face
I'll carry you, be there for you, anytime of dayHAPPY READING
_____________________________________Saat ini Aiden sudah di kamarnya, setelah di hukum oleh Bunda mencuci piring terbesit rasa menyesal karena menganggu adeknya namun niatan tersebut hanya berlangsung beberap detik saja, karena setelahnya jiwa usilnya meronta, ia harus balas dendam kepada si musuh.
"Duh tangan gue kok kaya bau ikan asin si," ucap Aiden mendekatkan kedua telapak tangan ke indera penciumannya.
"Anjing! Bau banget tangan gue, hueekk"
Aiden segera beranjak dari meja Ps, berjalan menuju meja belajar mencari handsanitizer untuk mentralisir bau ikan asin tersebut, sebenarnya bau tersebut merupakan bau percampuran makanan yang tersisa di piring, mulai dari rebung tumis, Luosifen (makanan khas Tionghona, dikenal dengan mie berbau namun rasanya yang nikmat), dan sambal terasi kesukaan Pak Wiyono. Setelah menuangkan 3 tetes, ia usap-usap tangannya hingga bau tersebut benar- benar hilang.
"Aishh besok bisa-bisa gue dimarahin Bunda gegara gak becus cuci pi..."
DUARRRR!!
Tiba- tiba petir menyambar begitu keras, lampu kamar Aiden langsung mati, seketika ruangannya gelap gulita.
"ANJIR TUGAS GUE BELUM KERJAIN, MALAH MATI LAMPU," teriak Aiden yang cukup terkejut dengan insiden mati lampu di kamarnya.
"ABANG GAUSAH JAUHILIN ADEKK!!!"
Aiden terpelonjak mendengar teriakan cempreng Alanna, kamar mereka memang sebelahan sehingga teriakan Alanna pasti terdengar olehnya, Aiden paham betul jika si bungsu sangat takut akan kegelapan, segera ia meraih handphone yang ada di saku celanannya, menyalakan senter dan bergegas keluar dari kamarnya menemui Alanna.
"Abang gausah prank gue kaya gini, lo tau kan kalo gue takut gelap. Jahat banget lo bang." Alanna bersandar pada samping kasur, menekuk kedua kakinya menundukkan kepala, dia meraung, menangis dan merintih ketakutan layaknya bertemu hantu. Alanna memiliki nyctophobia atau ketakutan berlebihan akan kegelapan. Alanna yang waktu itu masih berumur 5 tahun sedang main petak umpet dengan Aiden, entah ide darimana Alana bersembunyi di gudang belakang rumah, awalnya ia kegirangan karena Abangnya tidak bisa mencari dirinya namun setelah kurang lebih 30 menit, si Abang tidak kunjung menemukannya, ia bergegas pergi dari ruangan gelap tersebut dan membuka pintu. Seketika Alanna kecil menangis ketakutan , pintu tersebut tidak bisa di buka, terkunci dari luar. Saat itu memang sudah malam hari jadi sesuai perintah Nyonya Wiyono untuk mengunci gudang tersebut. Alanna mengendor-gendor pintu gudang, berteriak, menangis hingga akhirnya ia ketiduran dan di temukan pagi hari oleh Ayahnya. Sejak saat itu Alanna sangat takut akan gelap.
Ceklekk, suara kamar Alanna terbuka.
"Siapa itu, tolong jangan ganggu gue!!!" teriak Alanna dengan isakan yang cukup kencang.
"ABANGG!" Alanna melihat sosok lelaki bertubuh tinggi menyenterinya, ia pun menghembuskan napasnya lega.
"Stss jangan nangis sayang gausah takut ya, Abang disini," tutur Aiden yang langsung mendekap erat tubuh kurus adiknya, tangannya mengelus punggung yang bergetar cukup kencang. Alanna menangis dengan isakan yang terdengar begitu jelas, terlihat bahwa Adiknya benar- benar ketakutan.
"Maafin Abang ya, tapi beneran bukan Abang yang matiin, listriknya mati pasti karena hujan dan petir."
Aiden membawa wajah Alanna ke dada bidangnya, ia merelakan kaos baru polo limited edition untuk jadikan lap air mata dan ingus Adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANNA
Teen Fiction"Lang, gue janji bakalan bikin lo glow up dan gak di bully 1 sekolah lagi"__Alanna "Tapi gimana kalau aku gak glow up na? Apa kamu mau jadi budaknya Danang?__Erlangga