6. Trouble Maker

13 2 1
                                    



HAPPY READING
_________________________________


"Halo Bang Eden, lo dimana?" tanya Alanna menunggu di jemput.

"Bentar dek, kelas abang selesai 30 menit lagi. Nana tunggu di kelas aja ya, jangan keluyuran apalagi keluar sekolah bahaya!!! bisa- bisa lo di culik karena kecantikanmu dek"

"Duh lama banget si. Nana bosen bang di kelas terus, temen- temen udah pada pulang. Gue pulang sendiri ya bang. Ini Nana udah sampe gerbang mau naik bus kota." Goda Alanna akan mengerjai Aiden. Bibirnya terangkat menunjukan gigi-gigi putihnya.

"ABANG BILANG JANGAN!!, TUNGGU 10 MENIT LAGI ABANG NYAMPE SEKOLAHMU DEK"

"Maaf bang, Nana Cuma bercan—"

Tut-tut-tut, ucapannya terhenti, lawan bicaranya sudah mematikan teleponnya sepihak.

"Abang Sialan," umpat Alanna kesal.

****

Sepuluh menit berlalu namun Aiden belum juga menelponnya, ia beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan kelas yang sudah kosong tak berpenghuni sejak 1 jam yang lalu. Alanna berjalan menuju pintu keluar kelas walaupun dirinya belum terlalu hapal area sekolah ini, maklum baru hari pertama, di tambah otak Alanna yang lemot.

"Sialan lo bang, gue udah nungguin lo sampe kaya orang gila," sungut Alanna yang matanya menatap layar ponselnya tanpa melihat jalan yang dirinya tepaki.

BRUKKK

"Aww sakitt kepala gue," ringis Alanna pelan, ponsel gadis itu terlempar jauh dan layarnya pecah. Alanna jatuh tersungkur dengan kepala dijatuhi banyak buku-buku tebal. Seketika kepalanya sangat sakit dan buram. Jika di gambarkan seperti dunia kartun, Alanna seperti di kelilingi burung-burung kecil memutari kepalanya.

"Duhh maaf ya, aku gak sengaja," mohon seorang laki-laki yang sudah menabrak Alanna, ia segera bangkit menata bukunya yang berserakan dan mengulurkan tangannya kepada sang korban.

"Lo kalo liat pake mata dong, jangan pake dengkul," sungut Alanna kesal, padahal sebenarnya dirinya yang salah, berjalan namun matanya malah fokus di handphonenya. Terpaksa Alanna menerima uluran tangan panjang itu dan segera berdiri walaupun kepalanya pusing.

"Ayo ke UKS, aku obtain lukamu," ajak laki-laki itu. Memang benar Alanna berdarah di daerah pelipis kirinya, mungkin karena sudut buku-buku yang cukup tebal menggores dahi mulus Alanna.

"Gak gue mau pulang, gue---" ucapannya tiba-tiba terhenti setelah ia menggelengkan kepalanya untuk menetralkan rasa pusing di kepalanya. Dan saat mengdongakan kepala dan melihat kedepan. Alanna seolah pernah melihat wajah sosok laki-laki yang menabraknya.

"Lo yang tadi di Ruang Waka Kesiswaan kan?" tebak gadis itu, walaupun kepalanya pusing, namun ia masih sedikit ingat raut muka yang di marahi Pak Sugeng tadi pagi.

"Siapa nama lo, Erlangga kan," lanjut Alanna semakin yakin

Alanna sedikit berpikir , kali ini pasti benar, ia langsung mengenali wajah Erlangga karena jerawat di muka pria itu.

"Kita bahas di UKS aja. Yukk," ajak Erlangga untuk kedua kalinya, bahkan tangannya yang besar berani menarik lengan Alanna menuju ruang UKS yang tidak terlalu jauh dari tempat TKP.

"Aww sakit Anjing!! bisa pelan gak si," rintih Alanna kesakitan, pelipisnya perih seperti di robek, ia menutup rapat kedua matanya saat cairan alkohol masuk ke lukannya.

"Iya maaf ya, aku bakal pelan-pelan kok"

Dengan kehati-hatian Erlangga mengguyur pelipis Alanna dengan Nacl. Seketika dirinya langsung terkena umpatan kasar dari sang korban. Sungguh Erlangga merasa bersalah dan tidak tega melihat Alanna meringis kesakitan. Setelah menunggu Nacl di pelipis Alanna sudah agak kering, Erlangga lanjut mengoleskan betadine dan membalutnya dengan kasa steril.

ALANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang