5. First Meet Him

18 2 1
                                    

Alanna melangkahkan kakinya menuju Ruang Waka Kesiswaan, kata Bang Aiden ia harus menemui Waka Kesiswaan terlebih dahulu sebelum masuk kelas barunya. Guru yang bertugas dalam pengendalian kegiatan siswa dan mengatur tentang kepindahan murid baru, namun setelah tubuhnya tepat di depan pintu dan tangan yang mengepal siap mengetuk pintu, tiba- tiba terhenti karena mendengar Pak Guru yang sedang menasehati seorang murid.

"5 hari lagi kamu sudah harus bayar buku dan LKS nak, kamu udah kelas 12 udah mau lulus, kalau kamu gak bayar nanti saya bilang ke orang tu..."

"Assalamuaikum, bolehkah saya masuk pak," ijin Alanna, dirinya sudah bosan menunggu di depan pintu hampir 15 menit, kemudian karena tidak sabar dirinya mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Hal tersebut membuat guru itu menjadi terpotong dengan kehadiran Alanna.

"Walaaikumsalam, boleh silahkan masuk," jawab guru laki-laki seraya mengizinkan Alanna duduk disebelah murid cowok, kepalanya menduduk malu.

"Kamu Alanna murid pindahan dari SMA Nusa Bangsa Jakarta ya."

"Iya benar Pak." jawab Alanna menganggukan kepala.

"Perkenalkan, Saya Sugeng Waka Kesiswaan SMA Gadjah Mada Yogyakarta," ujar Pak Sugeng mengulurkan tangannya ke Alanna.

"Baik Pak Sugeng," jawab Alanna sopan seraya tangannya menyalami punggung tangan Pak Sugeng.

"Ingat Erlangga, bapak kasih kamu waktu 1 minggu untuk membayar buku, jika dalam seminggu ini kamu belum bayar maka akan bapak akan mengundang orang tua kamu dan mencabut beasiswa kamu nak," lanjut Pak Sugeng yang meneruskan omongannya yang terpotong oleh kedatangan Alanna. Tangan paruh baya bahkan tanpa sadar mengacung menunjuk ke lawan bicara.

"Baik Pak, saya usahakan secapatnya dalam seminggu ini saya akan membayar tagihan buku, tapi tolong pak jangan cabut beasiswa saya." mohon Erlangga menunduk.

"Baiklah kamu boleh pergi Erlangga, saya masih ada keperluan dengan Alanna siswa baru kita," lanjut Pak Sugeng mengusir halus cowok itu.

"Ohh namanya Erlangga, wajahnya jelek, dekil amat, apa dia gak pernah skincareran?" batin Alanna memperhatikan pria di sebelahnya tanpa Erlangga sadari. Dirinya menerka-nerka, mengerutkan keningnya pelan seraya bola matanya menatap punggung cowok itu pergi dari ruangan ini.

"Jadi begini Alanna kamu harus mengisi formulir ini ya, kemudian kamu juga harus tanda-tangan disini," ujar Pak Sugeng memberi petunjuk, membuat Alanna sedikit terkejut tidak fokus.

"Baik Pak."

*****

Seorang guru wanita berusia sekitar 25 tahun berjalan bersama Alana menuju kelas IPS.

"Tenang, gausah takut apalagi nervous ya, teman kelasmu baik kok, kamu cuma perlu adaptasi sebentar nanti lama-lama kamu pasti nyaman di sekolah ini. Tapi kalau kamu di bully atau di nakali temen kelasmu langsung lapor ke ibu ya, atau ke Pak Sugeng," ujar Bu Guru menepuk pundak Alanna, memberikan semangat dengan hari pertama Alanna masuk sekolah.

Setelah selesai mengurus tentang surat kepindahan, Pak Sugeng dengan ramah mengantar Alanna ke ruang guru menemui Bu Fitri Guru mapel Sejarah yang akan mengajar di jam pertama kelas baru Alanna.

"Baik bu," jawab Alanna mengangguk samar sambil tersenyum kaku, bibir bawahnya sudah berkali-kali ia gigit, kedua tangan putihnya meremas rok abu-abu dengan kuat, tak lupa gemetaran seluruh tubuh tanda Alanna gugup dan nervous.

"Nah, ini kelasnya," lanjut Bu Fitri menghentikan tubuhnya di depan Kelas 12 IPS 1, kelas baru Alanna.

"Tenang, mereka baik. Yuk masuk." Bu Fitri meraih tangan Alanna memasuki kelas itu.

ALANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang