Prolog

42 3 0
                                    

-Hidup itu bagaimana kita yang mengisi, jika diisi dengan kemungkaran maka diakhir, hidup itu akan menjadi neraka dan sebaliknya-

BRASSH!

Ombak besar itu terus menghantam karang, mencoba meruntuhkannya. Namun, apalah daya si ombak, karang terlalu besar tekadnya sehingga tak mudah diruntuhkan.

Seperti lelaki putih berkumis tipis itu, ia tetap tak mau meninggalkan lautan yang menjadi titik awal perjalanannya.

Dendran meratap ke langit biru yang ada di depannya. Ia sesali semua yang telah terjadi karena ulahnya, rasa bersalah yang teramat menjalar di sekujur tubuhnya.

"Jika lautan meredam tubuhku. Ku yakin harapanku pun. Harap cemasnya dirimu, tak terbentuk untukku."

"Come back with me, please

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Come back with me, please... "

Ia berbalik dari sisi lautan biru itu. Menatap satu persatu wajah teman-temannya yang masih setia membantu walaupun sudah sering Dendran mengecewakan mereka.

"Gu-gue akan tetap disini, kalian pulang aja. Thanks atas semuanya."

Salah satu temannya yang dalam posisi duduk mendongakkan wajah, "jangan so kuat lo!"

"Kita bakal tetep bantuin lo kok, walaupun karena kejadian kemarin gue masih kesel sama lo!" Faudz kini menanggapi.

Dendran tersenyum, ia harus benar-benar bersyukur kali ini.

Namun, senyuman itu seketika sirna. Dengan cepat Dendran berbalik ketika... Sayup-sayup suara itu muncul kembali.

"Nak? Apakah kamu benar-benar tidak peduli lagi dengan ku?"

Dendran menggeleng cepat, matanya memerah kembali mengeluarkan cairan bening.

PUK!

Elfan menepuk pundak Dendran dan berkata hal bijak, "Lo sahabat kita! Lo pernah ada ketika gue dan kehidupan gue sedang rendah serendah-rendahnya, lo yang bantu si Faudz biar gak diomelin emaknya, lo yang bantu Ajip biar gak diusir dari rumah. Maka dari itu, kita akan cari mutiara lo sama-sama!"

Dendran menatap semua sahabatnya. Ia tersenyum, "Ya! Gue protagonisnya! Gue harus terus berjuang!" Serunya dalam hati.

Dendran menghadap kearah lautan, lalu memejamkan matanya, hatinya berbisik, "Lo akan melakukan hal gentle bro! Semangat!"

Mutiara itu mendengar bisikan malaikat, "Anakmu berubah!"

Sang mutiara tersenyum, "Bantulah dia melewati semua cobaanmu Ya Allah, aku ridha atas dirinya."

Namun, semua itu tak berjalan dengan mulus. Tentu akan ada banyak sekali tantangan dan cercaan bahkan hasutan. Dendran hanya terbutakan oleh pengaruh di setiap sisinya.

"Tapi, tuhanmu tak akan membiarkan dirimu hanyut di dalam perangkap orang-orang." Seorang berjubah putih berjalan begitu saja kedalam lautan setelah percaya dengan tekad sang putra.

***

"Astaga!" Dendran terperanjat ia langsung terduduk dari tidurnya, suara deringan telepon itu sungguh mengagetkannnya.

Elfansat is calling...

"Elah! Ngapain ni anak nelpon sih! Mana masih jam 5 lagi!"

Tut!

Dendran memilih menolak panggilan tersebut, ia agak pusing karena tiba-tiba terbangun.

"Ngimpi apa ya barusan?!" Ia mengingat-ingat mimpi yang terpotong itu.
Ia hanya ingat latarnya tepat di sebuah pantai.

"Kok perasaan gue gak enak ya?"

***

Next!

Mutiara Di tengah Lautan (on going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang