3. Si OSIS dan sebuah rahasia

22 2 0
                                    

-Tidak akan ada yang kamu sesali di akhirat, jika kamu serius menjalani hidup ini-

Beberapa bulan kemudian.

Tepat dua minggu sebelum Ulangan Akhir yang akan menentukan mereka naik atau tidak.

Beberapa Gengs Cuils yang sedang nongkrong di depan kelas dekat tangga dihampiri oleh Kepala Sekolah.

"Kalian berempat! Ikut bapak ke kantor!"

Mereka berempat yang langsung ditunjuk saling melihat. Dan mulai mengikuti langkah lelaki 34 tahun itu.

Setelah sampai di kantor kepala sekolah, mereka diperintahkan untuk duduk berjejer menghadap langsung kepada Pak Arie.

"Ekhem! Dengarkan ini!" Mulai Pak Arie.

"Bapak sudah membuat banyak cara untuk merubah kalian! Tapi apa? Adakah sebuah perubahan?"

Senyap.

"Kalian tetap dengan pikiran bodoh kalian! Apakah kalian tidak memikirkan masa depan kalian?"

Disela Kepala Sekolah itu berbicara, Elfan menanggapi salah satu kalimat dari Pak Arie.

"Mohon maaf nih ya pak! Sukses itu hanya untuk mereka yang mau berusaha! Percuma pinter kalo gak mau berusaha!"

Pak Arie menghela nafas berat, namun kembali tersenyum. "Elfan Hermawan anak ke dua dari bapak Hermawan pemilik pabrik sepatu kulit yang sangat terkenal di Kota Bandung, memang... Pintar gak menjamin kalian untuk sukses. Tapi, sekolah ini memberi kalian pengalaman. Kelak! Ketika kalian melihat keluaran sana, kalian akan berkata 'saya pernah tau tentang hal ini, saya tahu bagaimana peristiwa ini terjadi' dari mana kalian tahu hal itu? Dari buku dan sekolah. Buku dan guru berikut sekolah itu saling terikat! Gak bisa terpisahkan."

Kemudian Pak Arie berjalan kearah jendela. "Di luaran sana, banyak sekali anak-anak yang ingin sekolah! Tapi kalian? Hanya membuang-buang uang orang tua kalian! Mentang-mentang kaya gitu?! Stupid!"

Pak Arie kembali melihat keempat siswa lelaki yang sedang menunduk, entah sedang berpikir entah sedang mengantuk.

"Besok saya akan panggil orang tua kalian semua!" Tambah Pak Arie.
"Saya akan mengatakan kepada mereka bahwa, anak mereka tidak bersyukur dengan apa yang mereka punya. Lebih baik uang bayaran kalian dibayarkan untuk uang sekolah anak-anak yang benar-benar ingin sekolah!"

"Ya, gak bisa gitu dong pak! Kita mau tetep sekolah!" Tanggap Elfan.

Pak Arie tersenyum, "Benar masih mau sekolah Hah?!"

Ajip mengangguk, ke empatnya tiba-tiba ciut. Dan tak ada sanggahan lagi dari ketua mereka.

Padahal biasanya, Dendran yang akan menjawab semua omongan guru yang menasihatinya sampai guru itu tidak mau berbicara lagi dengan Dendran.

"Oke! Kalau itu mau kalian!"
"Mulai besok dan hari-hari yang akan datang, kalian akan belajar bersama Aljam dari kelas XI IPS 1 dan Faza dari kelas XI IPS 1. Saya sudah menyuruh mereka dan mereka setuju, saya juga sudah menyiapkan ruangannya. Happy studying!" Ucap Pak Arie sambil berjalan keluar ruangannya. Tapi ketika ia sampai di ambang pintu, ia berbalik, "jika tetap tidak serius, akan saya penggal kepala kalian dan akan saya gantung di gerbang depan sekolah!"

Mutiara Di tengah Lautan (on going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang