Dendran Ansori.
Anak yang tidak tahu menahu dengan kehidupan asli dirinya, diselimuti kebohongan, bahkan dimanfaatkan.
Kebohongan itu membuatnya seperti singa liar, kejam dan bebas. Hingga ia tak takut untuk melakukan apapun, seperti menyakiti kelu...
-Mencari ilmu itu bukan untuk disombongkan, melainkan untuk menjadi pemanis disaat pahitnya hidup- (kyai)
🔊 "Perhatian! Kepada seluruh siswa dan siswi SMA Mukti Jaya diharapkan segera berkumpul di lapangan upacara!"
Dengan titahan langsung dari bapak kepala sekolah semua siswa maupun siswi berjalan menuju lapangan upacara, terkecuali dengan salah satu gengs tukang palak di sekolah ini.
"Dahlah! Gausah di patuhi, lagian di papan kegiatan sekolah itu upacara dilaksanakan setiap hari senin bukan kamis! Aneh dah gua mah!" Cerocos Ajip.
Jika Elfan sedang mood menendang kepala orang, ia akan melakukannya segera. "Betapa bodohnya teman gua ini!" Cerca Elfan. Ajip mengerutkan dahi coklatnya, "Bodoh? Gue sih emang bodoh, tapi sekarang bodoh dimananya gue?" Tanya Ajip polos.
Elfan mulai membulatkan pergelangan tangannya, "Nanya gue nih! Nonjok otaknya si Ajip bisa benerin otaknya dia gak sih?" Semua temannya tertawa.
Faudz memegang kepalan tangan Elfan, "dah-dah! Mending kita ikut yang lain aja! Biar tau informasi terkini dari bapak Arie terhormat!"
Sang ketua, yakni Dendran mendongakkan wajahnya kearah Faudz, "peduli lo?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Faudz memegang dagunya, "lah iya? Kenapa gue harus peduli? Mending kita mabal heeuh teu?" Ajip tersenyum mendengar kata mabal (bolos)
"Ajib lah!" Seru Ajip.
Faudz melihat kearah ketuanya meminta kepastian, "Ngikut," jawabnya dan berjalan kearah gerbang belakang mendahului yang lain. Memang paling pas buat kabur adalah ketika semua sibuk mendengarkan ocehan kepsek!
Setelah memanjat gerbang bercat warna emang coklat itu akhirnya mereka bisa mabal dengan sukses. Masa bodoh dengan orang tua mereka yang akan dipanggil wali kelas.
Ditengah perjalanan, Ajip teringat sesuatu. "Ran? Motor gimana nasibnya?" Tanyanya pada Dendran. Dendran tersenyum dan merangkul sahabatnya itu, "slow man! Udah gue atur!"