Aku harus apa?
apa yang selama ini aku cari?
arah mana yang harus ku tempuh?
apa yang pantas untuk ku kenang?•••
Zea
Manusia. Gue sama sekali gak kepikiran untuk menjadi manusia, satu hal yang ada di otak gue, menjadi manusia itu merepotkan.
Dari dulu atau bahkan sampai sekarang, gue ingin jadi boneka manda, boneka kesayangan gue yang ntah kemana keberadaannya.
Kalau ditanya kenapa lo mau jadi boneka manda? because she always smile, even when i forget her.
"Rumah lo di sebelah mana?"
"Berhenti di depan gang aja."
"Dih masa nganter cewek cuma sampai depan gang."
"Daripada spion lo nyangkut sama antena pak haji." Ucap gue sambil menyodorkan helm nya
"Gue pulang duluan, makasih tumpangannya."
"Makasihnya yang ikhlas dong."
"Makasih ya gara." Ucap gue dengan menekan semua kalimatnya.
Ya, hari ini mungkin bisa dibilang sial atau sebaliknya.
Sialnya gue di anter pulang sama gara berkahnya gue senang juga bisa di antar sama gara, gue juga gak tahu kenapa gue jadi alay kayak gini.Setelah pertemuan gue dengan gara di perpustakaan, sesudah bel pulang sekolah berbunyi pak rino nyuruh gue ke ruangnya, katanya yang belum presentasi disuruh ngerjain ulangan susulan disana.
Katanya sih ada beberapa murid juga yang ikut ulangan susulan tapi nyatanya, cuma ada gue sama orang ngeselin sejagad universe ini.
Siapa lagi coba kalau bukan dia?
*Flashback
"Elo ngapain disini?!" Teriak gue sambil menunjuk seseorang yang ada di depan gue.
"Ya sama tujuannya kayak lo." Jawabnya dengan santai.
Gue menoleh ke arah pak rino
"Pak, katanya ada beberapa murid juga tapi kenapa di sini cuma ada saya sama orang aneh ini?""Yang lain teh sudah duluan mengerjakan pas istirahat." Kata pak rino sembari mencari lembar soal
"Jadi ini saya cuma berdua sama dia pak?"
"Iya zea, sudah duduk kerjakan saja."
Dengan setengah hati gue memutuskan untuk duduk di sebelah dia dengan radius beberapa meter.
"Nih ambil kerjakan semua soalnya."
Gue ngambil satu kertas itu dan mulai melihat-lihat isi soal yang tercatat di kertas itu.
Di kertas itu tertera 40 soal matematika dengan soal yang bercabang, tapi menurut gue sih itu gak seberapa.
Gue mulai mengerjakan satu demi satu soal itu dengan fokus tanpa memperdulikan sekitar, sampai gue gak sadar kalau air hujan mulai turun satu persatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita tak berjudul
Teen FictionDi bawah lampu trotoar yang sepi ditemani dengan bau darah yang menyeruak masuk ke indera penciuman, memori ingatan perlahan-lahan memutar seperti kaset dvd rusak. Tangisan itu, senyuman itu, tawa itu. "Gara. menurut lo, berapa lama waktu untuk melu...