Swastamita mulai
menampakan warnanya
satu kata, indah.•••
Gara
Hidup terus berjalan, gak peduli sekalipun lo lagi memar-memar babak belur di hajar waktu.
Hidup gue simple, serba-serba simple, gak ada yang namanya positif thinking dalam hidup gue.
Gue cuma belajar buat berpikir realistis, terima kenyataan aja kali.Kalau ngomongin soal kenyataan
Siapa sih yang bisa nerima kenyataan?
Kalau kenyataan itu manis, semua orang bisa nerima. Tapi kalau kenyataan itu pahit? yakin masih bisa lo terima dengan ikhlas?Sama kayak kenyataan ketika gue di vonis penyakit mata Glaukoma yang sangat mustahil untuk bisa sembuh, di tambah gue lupa sama semua masa lalu atau masa kecil gue.
Pas umur gue delapan tahun, gue kecelakaan, kata bunda akibat kecelakaan itu gue lupa ingatan dan dua tahun kemudian baru ketahuan kalau ada yang luka di mata gue.
Awalnya gue gak terima, sampai gue nangis gegarongan dan mogok makan 3 hari
Maunya sih mogok makan sebulan, tapi baru mogok makan 3 hari aja udah hampir mati.Tapi lama-kelamaan otak gue yang beku ini mulai mencair, gue mulai mikir, dengan waktu yang sedikit untuk bisa lihat semesta dengan bebas, kayaknya gue gak boleh nyia-nyiain waktu kayak gini.
Kita manusia, cuma manusia biasa
Wajar aja kalau gak bisa nerima kenyataan, apalagi soal ikhlasIkhlas menurut kamus gue itu ketika lo di paksa tapi gak di paksa juga sih, kayak mau gak mau waktu nyuruh lo buat relain sesuatu nah itu baru di sebut ikhlas.
Sesat kan pikiran gue?
Ya betul sesat abiez
Tapi ikhlas itu emang sulit, sesulit elo di suruh milih satu waifu.
Bercanda ceu.
Semua orang dengan gampangnya nyuruh kita buat ikhlas, tanpa pernah berpikir sesulit apa dan sesakit apa prosesnya
Mereka gak tahu apa yang kita rasain, tapi dengan lagak sok jadi orang paling tegar dibumi bilang kayak gini
"Yaelah, gitu doang terima aja kali, jangan takut gitu lagian setiap orang udah punya takdirnya sendiri, gausah jadi orang tamak yang selamanya mau bahagia aja."Rasanya gue mau sumpel mulut mereka semua pakai kaos kaki dekil gue yang terakhir kali di cuci 5 bulan yang lalu.
•••
"Bun besok gara terapi lagi ya?"
"Loh tumben biasanya kamu mogok makan dulu baru mau diajak terapi."
"Yaampun bunda, seharusnya bunda itu ngucap alhamdulilah karna anaknya yang ganteng ini mau terapi tanpa mogok makan 3 hari."
"Bunda curiga deh."
"Curiga apa sih bun?"
"Jangan-jangan dibalik kamu yang mau rajin terapi, ada seseorang yang ngebuat kamu semangat terapi."
Gue terdiam karna ucapan bunda itu benar.
Gue masih mau melihat semesta lebih luas dan hal itu karna seseorang yang baru gue temuin kemarin
Jean, cuma terdiri dari 4 suku kata tapi daya tariknya narik gue untuk selalu ada di sisinya.
"Bunda ngawur nih ngomongnya, kebanyakan nonton drakor so jong ni, sih."

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita tak berjudul
Novela JuvenilDi bawah lampu trotoar yang sepi ditemani dengan bau darah yang menyeruak masuk ke indera penciuman, memori ingatan perlahan-lahan memutar seperti kaset dvd rusak. Tangisan itu, senyuman itu, tawa itu. "Gara. menurut lo, berapa lama waktu untuk melu...