Mita
Mitania Laura Adyski. Apa yang ada di pikiran kalian ketika mendengar namaku?
Manusia sempurna?
Manusia beruntung?
Atau..
Manusia egois?Dari dulu aku selalu mendapatkan apa yang aku mau. Handphone keluaran terbaru? sepatu branded? atau gelar putri sekolah? bisa, aku selalu bisa mendapatkannya.
Tapi kalau itu semua gak lebih seberapa untuk aku yang selalu merindukan kata 'rumah dan kepulangannya'
Keluargaku lengkap. Ada mamah, papah, dan kak Dara
Tapi kenapa aku selalu merasa hidup sendiri?
Kalau cerita tentang papah. Papah terlalu sibuk mengurusi perusahaannya sendiri.
Mamah? mamah terlalu sibuk menyetarakan posisi karir papah di dunia bisnis.
Sedangkan kak Dara? kak dara terlalu sibuk dengan dunianya."Mita, kenapa nilai kamu turun? kamu bolos les?" Ujar mamah sembari membanting rapotku ke atas meja makan.
"Maaf mah."
"No, bukan kalimat maaf dari kamu yang mamah mau, tapi nilai kamu yang tinggi seperti biasa!"
Selalu, selalu seperti ini
Semua orang nuntut aku untuk selalu menjadi manusia sempurna, padahal aku hanya manusia biasa.Aku tahu kak dara lagi melihatku di lantai atas sambil memakan cemilan.
Atau papah yang sedang sibuk di depan laptop tanpa memperdulikanku disini.Berharap di bela sama papah atau kak dara? itu mimpi aku, mimpi yang cuma selamanya menjadi mimpi.
Dulu biasanya, sehabis aku di marahin sama mamahku atau papahku, aku selalu lari ke rumah Devan, teman kecilku sekaligus kekasihku.
Walau cuma sekedar kalimat-kalimat penyemangat, tapi entah kenapa itu membuatku untuk kuat menjalani hidup.Tapi itu dulu, sebelum 2 tahun ini dia pergi meninggalkanku, meninggalkanku dengan serba-serbi kalimat pertanyaan yang belum sempat ia jawab.
Devan tewas di keroyok preman ketika membantu ibu-ibu di jambret. Dan itu pas sekali ketika acara malam kelulusan di sekolah kami.
Katanya devan janji mau satu SMA dan satu universitas sama aku.
Katanya devan ingin selalu ada untukku bahkan sampai kakek-nenek.
Katanya devan ingin melihatku jadi dokter dan merawat beribu-ribu pasien.Itu katanya, tapi nyatanya?
Nyatanya omongan Devan semuanya bohong, omong kosong. Devan sudah duluan pergi meninggalkanku dan menjadi salah satu bintang yang paling terang di langit.
Aku harus kemana kalau dunia lagi jahat ke aku? aku harus cerita ke siapa kalau aku ingin pergi juga dari bumi ini? aku harus peluk siapa ketika jiwaku seakan-akan ingin keluar dari ragaku?
Semesta terlalu bercanda.
Senin, 2 minggu yang lalu aku kembali dipertemukan sama devan. Tapi sayangnya dia bukan devan melainkan gara.
Iya betul, namanya Gara seseorang manusia yang diberkahi mempunyai wajah yang mirip banget sama devan.Dari segi wajahnya, gaya dia ngomong, dan hampir semua kepribadian devan melekat di dia.
Apa tuhan memberikan gara untuk pengganti devan disini? ya, aku percaya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita tak berjudul
Teen FictionDi bawah lampu trotoar yang sepi ditemani dengan bau darah yang menyeruak masuk ke indera penciuman, memori ingatan perlahan-lahan memutar seperti kaset dvd rusak. Tangisan itu, senyuman itu, tawa itu. "Gara. menurut lo, berapa lama waktu untuk melu...