ZEA.
DRRTT...DRRTT..DRTT...DRRRTT....
"Zea, Handpone kamu bunyi mulu tuh. Ganggu ibu langu Chattingan aja!"
Kali ini gue terbangun gara-gara teriakan ibu gue ditambah handphone gue yang gak berhenti berbunyi, sialnya pas gue bangun handphone gue udah gak berbunyi ngajak ribut kan? Gimana gak terpancing emosi coba gue tadi lagi mimpi satu sekolah sama kim jongdae, tapi mimpi gue musnah begitu aja gara-gara handphone sialan.
"Yaallah kenapa engkau tidak mau melihat hambamu ini bahagia sebentar saja." Gue bermonolog sembari menangisi kesialan di pagi hari.
Tunggu dulu deh kayak ada yang kelupaan, ini hari apa? hari Minggu kan?...
"ASTAGHFIRULLAH INI HARI SENIN, DEMI KUMIS LEBATNYA PAK RINO GUE LUPA INI HARI SENIN, ISH SIAL BANGET GUE HARI INI, IBU KENAPA GAK BANGUNIN GUE SIH?" Gue lihat jam disamping, dan kejutan apalagi ini?
Disana tertera jam 06:40
Kali ini gue yakin, gue bakalan jadi ikan asin yang dijual mpo dalipah.
Gue buru-buru mandi, buru-buru pakai baju, buru-buru sarapan. Dimeja makan gue ketemu ibu yang lagi asik chattingan sampai lupa sama sekitar.
"Ibu kenapa gak bangunin aku sih?, aku kan hari ini sekolah?" Gue nunggu jawaban ibu hampir 2 menit tapi akhirnya hanya dijawab dengan deheman. Gue sudah biasa seperti ini sih jadi sudah terbiasa juga.
Sembari makan gue baru sempat melihat handphone gue. dan disaat gue sedang asik ngeliat Instagram ada telepon yang masuk dan tertera nama sahabat gue " Linda " Nama panjangnya BELINDA BESTARI, Satu-satunya teman gue yang sifatnya kayak bukan manusia normal.
"Assalamualaikum, WOI ANJENG LO DIMANA? GUE DARITADI TELPONIN, UDAH MAU UPACARA NI INGET KAN ABIS UPACARA ADA TUGAS PRESENTASI SAMA PAK RINO?" Jangan kaget dia kalau ngomong emang sering lupa disaring.
"Waalaikumsalam, ASTAGHFIRULLAH GUE LUPA BEL GUE OTW."
"ASTAGA LO MASIH MUDA TAPI PIKUNAN YA, CEPE-----" Belum sempat dia selesain kalimatnya gue langsung matiin sebelum kuping gue jadi lebar gegara dengerin dia ceramah.
"Bu aku pamit berangkat." Gue beranjak dari tempat gue dengan buru-buru.
Rumah gue ke sekolah menghabiskan waktu 30 menit, gue yakin kali ini gue gak bakalan bisa lolos dari amukan pak darmo.
"Lirén Pak!"
"Berhenti pak!" Dengan cepat gue memegang pintu angkot itu, tapi yang gue pegang malah tangan orang yang juga ikutan berhentiin angkotnya.Tampangnya sih kayak anak sekolahan.
Pakai dasi, baju putih dan dimasukin ke celana abu-abunya tapi agak keluar-keluaran"Hapunten adek-adek, ngan aya hiji korsi panumpang." ("maaf adek-adek, hanya ada satu kursi penumpang.") Kata pak supir angkot sambil menunjuk ke arah bangku kosong
"Heh gue duluan yang berhentiin angkot ini." Kata dia yang agak sedikit ngegas sih
"Dih enak aja lo gue duluan ya dari lo, kalo gak percaya tanya aja sama pak supir."
"Kalian deuk babarengan saja." ("kalian duduk bersama saja")
"Aduh pak, abdi linggih sareng anjeunna?"
("Aduh pak, saya duduk bersamanya?) Ucapnya sambil menunjuk-nunjuk gue.Duh ini kenapa jadi pada ngomong bahasa sunda sih?, gue kan kurang ngerti. Nilai bahasa sunda aja cuma dapet gocap.
"Punten-punten ini mah, saya kurang ngerti bahasa sunda jadi mohon atuh ngomongnya pakai bahasa persatuan aja." Kata gue sembari merapatkan tangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita tak berjudul
Teen FictionDi bawah lampu trotoar yang sepi ditemani dengan bau darah yang menyeruak masuk ke indera penciuman, memori ingatan perlahan-lahan memutar seperti kaset dvd rusak. Tangisan itu, senyuman itu, tawa itu. "Gara. menurut lo, berapa lama waktu untuk melu...