#05. HUJAN DAN KOPI

206 19 3
                                    

"Hal yang paling kutakut-kan adalah
Ketika kamu yang di kirim Tuhan
Untuk menggantikan nya,
Tapi Tuhan malah mengambil nya
Lagi dari ku"

-Aurora

***

Aurora berjalan kembali menuju kelas, saat sampai di kelas ia melihat Darren dan Gilang sedang berbincang-bincang "gue takut kalau Gilang tau gue lebih mencintai sahabat nya" gumam Aurora ia masih berdiri di depan pintu menatap Darren dan Gilang.

Ia melanjutkan langkah nya, ketika masuk ke dalam kelas, Gilang menatap Aurora tanpa ber-kedip. Ketika Aurora duduk, Gilang menghampiri Aurora, "kamu kenapa? Kamu nangis? Ya ampun, aku salah ya sama kamu? Maaf ya" tanya Gilang bertubi-tubi,

Gilang meniup mata Aurora, "seharus nya gue yang minta maaf sama lo Gilang, gue jauh lebih mencintai Darren, sahabt lo sendiri" ucap Aurora dalam hati.

Perlahan Gilang mendekap dan mengecup singkat ke-dua mata Aurora. "Maaf ya" ucap Gilang lagi, "bukan salah mu kok" jawab Aurora. Gilang bangkit dari duduk nya dan mengambil tas milik nya lalu meletakkan ke samping bangku Aurora.

Darren yang melihat itu mengumpat dan mengepal-kan ke dua tangan nya, "berani-berani nya lo ngelakuin hal kayak gitu ke nona gue," umpat Darren dalam hati. Untung saja Gilang sahabat nya, jadi ia masih bisa bersabar.

"Gue duduk di sini dulu ya" ucap Gilang meminta izin pada Darren. Darren hanya ber-dehem sebagai jawaban,

Aurora menatap Darren, "gue gak mau kehilangan lo, Ren." Gumam Aurora lirih, namun Darren masih bisa mendengar nya, dan untung nya saja Gilang tidak mendengar gumam-an Aurora.

"Ternyata nona ku sangat mencintai ku, but, i love you more nona" batin Darren yang masih asik dengan ponsel nya,

Bel masuk berbunyi bu Rani yang merupakan ketua kelas mereka dan juga guru Matematika, itu pun datang, ia tidak pernah absen mengajar apa lagi telat, kecuali jika ia sakit.

***

Bel istirahat berbunyi, para murid bernondong-bondong menuju kantin, begitu pun Darren dan Gilang, tapi tidak untuk Aurora. Aurora ini pendiam, dan tidak banyak omong semenjak waktu mengasing-kan Aurora dan Darren.

Beberapa menit kemudian Luna, Sinta, Rere, dan Aulia masuk ke-kelas membawa jajanan ringan, "nggak ke kantin lo?" Tanya Sinta. Mereka semua padahal tau bahwa Aurora ini pendiam dan jarang ke-kantin.

Luna, Sinta, Rere, dan Aulia mereka satu circle, udah gitu jamet-jamet semua lagi. Pikir Aurora, beberapa menit kemudian ada Darren yang memasuki kelas dengan wajah datar, ia tidak bersama Gilang.

Dan geng jamet itu pun mulai caper dengan Darren, jangan harap Darren melirik ya, kalau melirik pun Darren akan menatap galak dan sinis seperti mafia,

***

Bel pulang berbunyi, Aurora duduk di halte sendirian sambil mengayun-kan kedua kaki nya. Darren melihat Aurora sendirian di halte, "gak akan gue biarin nona gue terluka" gumam Darren tersenyum miring.

Aurora menoleh ke-arah kanan dan mendapati Darren yang sedang duduk sambil menatap langit-langit mendung.

Aurora tersenyum tipis dan kembali menatap kedua kaki yang di ayun-ayun kan ke depan dan kebelakang.

Lapor Komandan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang