hujan

159 18 2
                                    

Tutup matamu, tarik nafas dalam dalam kemudian anggap kamu yang berkelana dicerita ini, kamu siperan utama dicerita yang tidak sesederhana yang kamu bayangkan.








Suara guntur saling bersahutan dengan kilat yang menyambar, hujan deras membuat suasana malam hari semakin mencekram, seakan-akan alam marah , mereka mengobrak-abrik isi dalam alam semesta.

Pohon sakura tumbang akibat hembusan puting beliung yang menggelogar hebat menerbangkan seluruh benda benda yang masih tergeletak diluar. Bahkan atap rumah juga ikut diterbangkah oleh beliung yang sedang marak maraknya.

Suara bantingan kaca terdengar nyaring ditelinga seorang gadis bersurai hitam, ia menutup telinganya saat suara bantingan itu kian menjadi diluar kamarnya.

Tanganya terkepal erat , kemudian ia berlari keluar rumah meninggalkan apa yang ia lihat barusan, ia berlari membiarkan air hujan membasahinya , ia berharap air mata langit itu berhasil menghilangkan pilu dihatinya, rasa keperihan yang menyirat apa yang ia lihat barusan, dan menyamarkan cairan bening yang begitu deras membasahi pipinya.

Gadis itu berdiri ditengah jembatan, ia menatap sayu aliran deras air yang mengalir yang bersatu padu dengan derasnya air hujan dari langit.

"Mengapa hanya dia tuhan? Aku juga ingin."

Ia memejamkan matanya kemudian menarik nafas dan membuangnya perlahan, gadis itu mencengkram erat pegangan jembatan lalu mendongakan kepalanya keatas membiarkan air langit mengenai langsung wajah putihnya.

"Hey.. kau sedang apa? Melihat petir?"

Gadis itu segera membuka matanya kala suara serak menyapa indra pendengarnya, ia menolehkan kepalanya kekiri, menatap aneh pemuda itu.

"Lihat... kau basah kuyup, kau ingin berteduh dirumahku?".

Ia menggeleng, ia menatap aneh laki laki itu, ia tidak suka bertemu dengan orang baru yang sok akrab seperti laki laki yang menyapa nya tadi.

"Kau sudah basah kuyup, ayo berteduh kerumahku! Jangan sungkan! Aku tahu kau orang kaya dan rumahku tidak sebesar rumah milikmu, tapi biarkanlah rumah sederhana ku membuatmu berteduh hari ini."

Laki laki bersurai hitam dan putih berjalan duluan meninggalkan gadis yang menatapnya dingin dari tadi, laki laki itu tersenyum kecil melihat gadis yang menatapnya ragu.

Angin angin malam disertai hujan deras membuat hati gadis bersurai hitam itu tergerak mengikuti laki laki didepanya, hatinya sangat ingin mengikuti laki laki itu walaupun isi fikiranya bertolak belakang.

Gadis itu menatap tidak suka gang kecil yang ia lewati, sampah sampah berserak disetiap sudut, mungkin alam marah karena perbuatan manusia penjorok seperti ini.

"Hey maafkan aku.. rumahku sangat kecil.. silahkan masuk."

Sipemilik surai hitam itu terkisap melihat rumah kayu yang sudah mulai rapuh didepanya, dan tempelan tempelan kayu berada disetiap dinding rumah itu.

"Permisi"

Gadis itu melangkah kan kakinya memasuki rumah sederhana yang terdapat koran disetiap dinding nya, ia duduk didekat kursi kayu rapuh dan meletakkan alas kakinya diluar.

"Hey.. seharusnya pakai saja sandal mu, lihat.. rumahku seperti rumah yang tidak layak ditempati bukan? Aku yakin pasti gudang mu lebih elok dari pada rumah ini" laki laki itu terkekeh kecil membuat gadis bersurai hitam tersenyum canggung.

Lantai yang sudah bolong dan terdapat ember untuk menampung air yang bocor dari atap terletak berantakan yang membuat rumah ini semakin semak, namun entah mengapa gadis itu merasakan kedamaian dirumah ini.

Tidak seperti dirumahnya. Yang seperti nerakah.

"Kakak.. selamat datang! Kau sudah- eh kau membawa temanmu?".

Laki laki itu tersenyum lebar, kemudian ia menggendong anak kecil berusia lima tahun, dan mendekapnya erat. "Perkenalkan dirimu denganya tetsu-chan"

Anak kecil itu turun dari gendongan kakaknya kemudian ia tersenyum lebar. "Halo! Panggil aku tetsuro!" Anak kecil itu duduk mendekati gadis bersurai hitam, kemudian menggegam tanganya erat. "Nama mu siapa?".

"Ah ya.. kita belum berkenalan bukan? Aku.. bokuto koutaro.. kau siapa?"

Sisurai hitam itu tersenyum canggung. "Akaashi... keiji" gumamnya kecil.

Laki laki itu tersenyum lebar , iris emas nya memancarkan cahaya saat seorang anak kecil yang berusia dua tahun berjalan terlatih kearahnya. Kemudian ia menggendong anak itu kedalam dekapanya. "Dia adik kecilku! Hey kau bisa perkenalkan diri sendiri bukan?"

Anak kecil digendongan bokuto mengagguk antusias, ia tersenyum lebar dan mengangkat tanganya keatas. "Aku... tooru!" Anak kecil itu tersenyum lebar.

Akaashi mengagguk , ia tersenyum tipis melihat keluarga ini, yang sangat berbeda dengan keluarganya.

"Hey pakai handuk ini! Jika tidak kau akan kedinginan!".

Akaashi mengagguk kemudian menggapai handuk bersih pemberian bokuto. "Kalian hanya bertiga?".

"Yah! Orang tua kami bercerai dan meninggalkan kami, dan aku harus menjadi tulang punggung mereka mulai sekarang! Tapi tenang saja! Aku akan melakukan yang terbaik untuk mereka!"

Akaashi tercengang, ia kaget melihat pria yang diperkirakan masih berusia tujuh belas tahun sudah menjadi tulang punggung untuk adik adiknya.

Mungkin nasib nya lebih parah dari keluarga ini, tapi lihatlah, mereka juga mengalami penderitaan nya sendiri.

Namun ada yang berbeda, rumah ini seperti memiliki banyak ketenangan dan kedamaian. Tidak seperti dirumahnya yang seperti nerakah jahanam.

























Tbc

"Dari hati yang sakit yang mencoba mengekspresikan diri melalui kata kata" -akaashi keiji

Jangan lupa vote dan komen😍

Jangan lupa vote dan komen😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akaashi cakep banget kan😍

(14 Desember 2021)

KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang