perih

65 13 1
                                    

Awan berwarna senja mulai kehilangan warna jingga yang berganti dengan langit biru gelap, sipekerja keras hingga situkang minta minta mulai kembali pulang kerumah yang mereka sebut surga kedua, kedamaian dan keharmonisan keluarga membuat semua orang merindukan tempat berteduh satu satunya yang mereka miliki bersama keluarga.

Berbeda lagi dengan keluarga yang sama sekali tidak memiliki keharmonisan didalamnya, meski besar rumah itu akan terasa dingin mencekram bahkan hewan saja tidak ingin sekedar singgah dirumah suram itu.

Akaashi selalu merutuki apapun nasib yang ia terima, ia sama sekali tidak pernah mensyukuri rahmat tuhan yang diberikan untuknya. Baginya wajah cantik anggun yang langsung diturunkan oleh sang ibu adalah kutukan besar.

Sama seperti sekarang ketika dirinya dihampiri oleh laki laki tua yang menyebalkan, bau alkohol menyeruak rongga pernafasan akaashi saat laki laki tua itu mencengkram tanganya erat.

"Hey manis... kau ingin bercinta denganku?".

Dengan ringan tanganya terulur menampar keras pipi pria itu, kemudian satu kakinya terangkat menendang kasar alat kelamin membuat laki laki itu berjongkok menahan sakit.

Akaashi berlari secepat kilat saat kesempatan berharga datang menghampirinya, tanganya mengusap kasar cairan bening dipipi putihnya. Gadis itu benar benar takut, ia takut apa yang dialami oleh temanya terjadi kepadanya.

Sesampainya dirumah, mata akaashi memanas melihat ibunya menahan sakit melihat sang ayah membawa gadis anggun keturunan amerika kerumah, ia tidak dapat membayangkan seperti apa perih yang kini ibunya rasakan melihat suaminya memperkenalkan calon istri kepadanya. Namun punggung rapuh itu tetap bisa tersenyum lebar menatap kepulangan akaashi kerumah

Mata teduh yang selama ini akaashi sukai meredup , tidak ada  lagi cahaya kecil yang dikeluarkan dari pupil mata koushi, ia tersenyum lirih menatap kepulangan anaknya.

"Selamat datang... bagaimana sekolah mu hari ini sayang?"

Suara lembut yang menyapa indra pendengar akaashi membuat hatinya hancur seakan ibunya selalu dipaksa untuk terus tersenyum walau luka hati nya yang semakin lama semakin membesar.

"Seperti biasa, mama sudah makan?" Suara akaashi tidak kalah lembut, ia menatap ibunya dengan tatapan miris.

"Keiji.. duduk, tidak sopan berdiri didepan calon ibu baru mu."

Akaashi bungkam, hatinya sekarat melihat ketangguhan hati sang ibu yang tersenyum lebar meski lara dihati kian menjadi.

Ia duduk didekat kakak nya yang sudah dari tadi duduk disana.

"Perkenalkan.. dia calon ibu baru kalian, kami akan menikah minggu depan-"

"Pa! Tobio belum sadar dari koma! Dan apa apaan papa memperkenalkan dia didepan mama? Apakah papa tidak memikirkan perasaanya? Hey pa! Kenapa-"

"Keiji!" Daichi berujar tegas membuat sipemilik suara bungkam , gadis itu sama sekali tidak bisa  melawan apapun yang ayahnya katakan

"Sudah enam bulan ia terbaring dirumah sakit. Abaikan dia, dia akan ikut ibu kamu jika koushi minta berpisah."

Berpisah? Bagaimana maksutnya?. Matanya beralih menatap ibunya yang masih tersenyum lebar. Ia bingung mengapa sang ibu sama sekali tidak mengeluarkan rasa sesak yang ingin sekali keluar dari dadanya? Berjuta lara yang berada dilubuk hatinya. mengapa ibunya tidak menyampaikanya?.

Sesak , sakit berpadu menjadi satu direlung hati gadis itu, punggungnya tidak sekuat itu, ingin sekali ia berlari memarahi takdir yang sama  sekali tidak mengizinkan ibunya bahagia.

"Tutup mulutmu dan jangan membantah!!" Gumam tsukishima yang masih didengar oleh akaashi.

Tangan akaashi terkepal erat, air mata terbendung meminta keluar, ia menatap kakaknya dengan pandangan sakit. "Kau penyebab tobio koma, setidaknya sedikit bertanggung jawablah tsukishima key!" Balas akaashi tidak mau kalah, ia sangat membenci kejadian dulu dimana tsukishima membawa adik nya keluar dengan mobil ber kecepatan tinggi, kemudian mobil itu mengalami kecelakaan, dan karena itu adiknya harus terbaring koma sampai sekarang. Tapi lihat, tidak ada yang menyalahkan tsukishima bukan? Sadar akaashi. Tsukishima anak emas papa.

Sakit sembilu memenuhi hati tsukishima, perasaanya campur aduk, terbayang lagi kejadian masalalu yang tidak ia lupakan secuil pun, hatinya menyesak , ia tahu sebab kecelakaan dan komanya adik bungsu itu karena dia, tapi ia juga tidak menginginkan itu semua. Kalau boleh ia mau bertukar tempat dengan tobio saat ini juga. Laki laki itu menetralkan nafasnya perlahan , hatinya sakit menatap kosong adiknya. Fikiranya melayang dan bertanya tanya mengapa akaashi sama sekali tidak mengerti dirinya.

Tatapan sang kakak membuat gadis itu merasa bersalah atas ucapannya, namun sedikit rasa senang karena membuat kakak dinginnya itu sedikit berekspresi untuk meyakinkan bahwa tsukishima itu bukan robot mainan sang papa. Gadis itu berdecih sebal kemudian pandanganya beralih menatap mamanya yang berjalan perlahan menuju dapur. Gadis itu ikut pergi meninggalkan calon keluarga baru diruang tamu rumah.

"Keiji sayang? Kamu mau teh juga? Mau mama buatin?"

Gadis itu berdecih sebal , akaashi mengepalkan tanganya erat, sesak dihatinya semakin menjadi melihat senyuman teduh milik koushi, hatinya sakit rasa ingin berteriak dan memarahi semua orang dirumah suram ini semakin menjadi.

"Sayang.. kamu kenapa? Bagaimana?  Kamu menyukai wanita itu?".

Suara retakan terdengar jelas, sakit seperti memutus urat nadi dileher, pandangan gadis itu memburam, akaashi menatap ibunya sakit, hatinya tergores dan berdarah, ia tidak mampu lagi menahan hasrat ingin berteriak.

"Jangan memandang mama dengan tatapan seperti itu sayang, tenang saja mama mu ini tidak apa-apa.." senyum teduh kembali ia tampakan membuat air mata akaashi menetes tanpa izin darinya.

Hati akaashi sakit. Hati ibunya sangat kuat, lihat sugawara koushi yang berusaha mati matian menahan rasa sesak didadanya, tuhan terlalu kejam menulis takdirnya, padahal wanita ini sedang menahan sakit kanker jantung ditambah lagi luka batin yang selalu ia dapatkan setiap detiknya. Tuhan mengapa tidak kau izinkan mama bahagia?.

"Kenapa menangis?  Kamu merindukan tobio? Ingin pergi menjenguknya?" Wanita itu mengusap lembut wajah putrinya, sakit dihatinya semakin parah melihat airmata jatuh dipipi putri satu satunya, tuan putri yang sangat ia sayangi.

"Berpisahlah dengannya ma! Papa sudah kelewatan, mama akan sakit." Suara gadis itu bergetar menahan sakit yang menyesak didadanya.

Koushi terkekeh kecil, tanganya terulur mengusap surai hitam milik anaknya. Ia tersenyum sendu menatap anaknya yang sangat mengkhawatirkan dirinya.

"Apa alasan mama tidak berpisah dnegan papa?".

Koushi mendekap akaashi erat, kemudian mengecup pucuk kepala anaknya lembut, bohong jika ia tidak apa apa, hatinya sudah diambang kematian ditusuk oleh panah api yang merobek hingga dasar. membuatnya menahan seluruh getaran hebat yang ingin keluar dari matanya , namun ia tidak ingin memperlihatkan tangisanya didepan anak anaknya , dirinya ingin terlihat baik baik saja didepan anak anak nya, hati tegarnya mengharapkan jika hanya dirinya saja yang sakit anak anaknya tidak perlu.

Tangisan lara sudah ia tumpahkan tadi malam, ia berdoa meraung kepada semesta dosa apa yang ia lakukan sampai sampai tuhan menghukumnya seperti ini, rasa sakit sebilah pedang yang menancap diatas jantung lebih mudah ditangani daripada menahan sesak sakit yang menyeruak didalam batin, sakit sekali ia ingin bersujud memohon segala dosa dosanya diampuni agar tuhan tidak menghukum nya lebih berat dari ini.

Alasan ia tidak ingin berpisah dengan daichi karena ia takut ketika tobio bangun nanti akan trauma dengan berita bahwa ayahnya memiliki istri baru.

dan ayah dan ibu kandungnya sudah berpisah. Koushi tidak ingin itu terjadi. Ditambah lagi ia ingin mendekatkan diri dengan sisulung ingin memeluknya erat namun sisulung selalu menghentikanya dan berkata ia tidak ingin bersentuhan sedikitpun dengan sang koushi

Padahal koushi sudah memaafkan kesalahanya sejak lama, namun mengapa sisulung terus terusan menghindari dirinya, membuat sakit dihatinya semakin melebar dan terkoyak hingga dasar.

Andai ia tahu jika sisulung sangat merindukan dirinya namun rasa bersalah dan canggung memenuhi fikiran tsukishima  membuat laki laki itu tidak jngin berdekatan dengan sang ibu. Ia mengaggap dirinya hanya pembawa sial jika berdekatan dengan ibu. Ia tidak ingin ibunya kenapa kenapa lagi






















Tbc..

"Tetap tersenyum meski lara hati menumpuk tinggi dihati" -sugawara koushi

Vote dan komen jangan lupa!!

22 Desember 2021

KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang