Part 12

895 36 2
                                    

-YN’s View-

 

Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, bulan demi bulan pun berlalu. Begitu cepat kehidupan ini berlalu, begitu juga dengan kehidupan gue. Udah hampir 3 bulan gue tinggal di kota ini, dan udah 3 bulan juga kehidupan gue selalu dihiasi dengan ketiga sahabat gue. 3 bulan pun berlalu sejak dimana gue mengingat kenangan terpuruk yang pernah gue alami. Dan betapa bodohnya, gue menangis mengingat itu semua saat bermain piano dihadapan Justin, Chaz dan Ryan.

“Jadi, sampai kapan kakak ku yang cantik ini melamun hmm?” segera gue menoleh ke sumber suara. Gue ngedapati Cody yang bernotabene sebagai adik gue sedang menatap gue dengan siku salah satu tangannya diletakkan disisi pintu.

“Ah iya...” Cody terkekeh lalu mengacak rambut gue pelan.

“Sedari tadi aku bicara panjang lebar bahkan kakak gak ngedengerin aku dan berkutat dengan pikiran kakak itu. Emangnya apa yang kakak pikirkan?” ucap Cody yang membenarkan posisinya agar bisa menghadap gue.

“Gak mikirin apa-apa Co” ucap gue sambil melihat dia.

“Ayolah kak, aku selalu menjadi pendengar yang baik dan akan mencari solusi jika kakak punya masalah” ucap Cody dengan wajah penasaran.

Inilah adik gue. Umur boleh muda, tapi dia selalu bisa bersikap dewasa dalam menghadapi atau memecahkan masalah. Mau itu masalahnya, maupun masalah gue. Terkadang gue yang sebagai kakaknya, merasa kalau Cody-lah yang berhak menjadi kakak gue karena pemikirannya yang mampu mendewasai untuk menyikapi berbagai hal.

Gue terkekeh sambil merapikan rambut gue. “Gak ada apa-apa kok, yaudah aku masuk dulu ya” gue pun mencium pipi Cody dan keluar dari mobil.

Gue melangkahkan kaki memasuki setiap koridor menuju loker. Hampir di setiap koridor, banyak mahasiswa/mahasiswi yang menyapa gue dengan hangatnya dan tentu saja gue membalas sapaan mereka. Gue beruntung di kampus ini, gue mulai dikenal mereka semua. Bukan karena kepopularitas ataupun fashion gue. Tapi mereka mengenal gue dengan prestasi yang gue raih dalam memenangkan ajang seni satu bulan yang lalu.

“Masih jam 7.15” gumam gue ke diri sendiri saat melihat jam yang terbalut ditangan.

Langkah gue terhenti tepat didepan loker. Langkah demi langkah gue semakin mendekat ke loker. Sepertinya ada yang aneh. Segera gue berjalan agar lebih mendekat untuk melihatnya. Dahi gue mengernyit. Apa ini? Apa gue salah loker? Gak kok, ini benar loker gue. Gue menandai loker gue dengan pita berwarna pink yang gue tempel disekitar lokernya. Tapi kenapa ada setangkai bunga dan kartu ucapan di loker gue? Karena diselimuti rasa penasaran, gue mengambil bunga dan kartu ucapan tersebut. Segera gue membuka kartu ucapannya.

‘ Have a great day, YN. Hope you like this rose :) ‘

Gue ngeliat sekeliling dihadapan gue, dan gak ada tanda-tanda siapa pun disini. Siapa yang ngirim ini semua? Kenapa dia tau nama gue?

“Morning YN” gue terkesiap saat seseorang memukul pundak gue. Saat gue balikin badan, ternyata seseorang yang mukul pundak gue itu Justin.

“Eh hi morning, Just” balas gue dan gak lupa dengan senyuman manis gue.

Justin membalas senyuman gue lalu pandangannya beralih ke bunga dan kartu ucapan yang sedari tadi gue pegang.

“Apa itu?” tanya Justin menunjuk ke arah tangan gue.

“Ini?” tanya gue sambil mengangkat tangan, gue pun ngasih kartu ucapan itu ke dia.

“Have a great day, YN. Hope you like this rose” Justin mengeja kalimat demi kalimatnya sambil sesekali ngelirik gue.

Someone Like You (Bieber Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang