TAK TERDUGA

3 1 0
                                    

Betapa banyak rahasia takdir Allah untuk setiap insan. Bagi manusia rahasia itu tidak bisa menembus batas pikirannya. Hanya iman yang menjadi pondasi untuk tetap yakin akan semua ketentuan yang telah digariskan untuk hidupnya. Begitu pun apa yang dilalui oleh Risma dan sang suami. Pasangan suami istri itu merasa lebih lengkap dengan kehadiran Rara dalam mahligai rumah tangga yang mereka jalani. Malam ini menjadi saksi akan kebahagian yang hinggap di hati keduanya.

“Aaaarrgggghhh ....” Rara tiba-tiba berteriak.
Risma yang terlelap di pelukan suaminya terkejut mendengar teriakan itu.

“Sakit! Kepalaku Sakit!” Rara terus memegangi kepalanya dengan mata yang terpejam.

Risma panik, kemudian turun dari kasur, lalu membangunkan suaminya, “Mas, Mas ... Ayo bangun!” Wanita itu terus mengguncangkan tubuh sang suami.

“Tolong! Tolong! Rara nggak kuat!” Rara merintih kesakitan sampai air matanya keluar dan membasahi pipi putihnya.

Risma berlari keluar menuju kamar Rara yang terletak persis di sebelah kamarnya. Anwar mengikuti dari belakang. Wajahnya masih terlihat sayu karena rasa kantuk yang menyerang.

Ketika Risma membuka pintu kamar Rara, ternyata gadis kecil itu masih terus berteriak histeris dan menangis dengan keras sambil memegangi kepalanya. Rupanya dia merasakan sakit kepala yang terkadang suka tiba-tiba menyerang. Risma dan sang suami begitu terkejut melihat keadaan anak itu.

“Sayang, kamu kenapa?” Risma memeluk tubuh kecil Rara dan mengusap lembut kepalanya.

Rara hanya terisak dan tidak menjawab pertanyaan Risma.

“Sini, Bunda periksa dulu, ya.”

Risma kemudian menyuruh Rara untuk tidur terlentang. Wanita itu dengan lembut bertanya apa yang terjadi dengannya sambil memeriksa kelopak mata dan mulutnya. Rara pun menurut untuk membuka mulut. Terlihat wajah Risma yang tampak begitu serius sambil mendengar jawaban Rara.

Beberapa menit kemudian, Rara akhirnya mau berbicara setelah sakit di kepalanya berangsur-angsur hilang.

“Ini vitamin untuk Rara, diminum, ya!” Anwar membawakan vitamin untuk meredakan rasa sakit. Walaupun sepenuhnya kondisi Rara harus diperiksa lebih lanjut oleh dokter yang ahli menangani kasus seperti yang dialami gadis kecil itu.

Anwar yang berkerja sebagai seorang apoteker tidak mau memberikan obat secara sembarang, apalagi tanpa resep dokter. Baginya ini hal yang wajib dia lakukan. Pertolongan yang bisa diberikan hanya sebatas memberikan vitamin saja.

“Rara sering ngerasain sakit kayak gini sebelumnya?” selidik Risma.

“Iya, Bun. Kepala Rara suka tiba-tiba sakit. Tapi, nanti hilang sendiri, cuma kalau lagi kambuh Rara nggak kuat, rasanya kayak mau pecah.”

“Besok itu ke rumah sakit, ya. Kita periksa kenapa Rara suka sakit kepala.” Risma menatap lembut ke arah gadis kecil itu.
Rara hanya mengangguk.

Risma malam ini menemani Rara tidur. Wanita itu khawatir jika nanti sakit kepalanya kambuh lagi. Sementara Anwar kembali ke kamar untuk meneruskan istirahatnya yang tertunda.

Keesokan harinya, Risma sudah menyiapkan sarapan untuk suami dan Rara. Wanita itu ingin memberikan gizi yang terbaik untuk mereka. Dia selalu mengatakan bahwa sarapan itu penting untuk tubuh. Makanya dirinya tidak mau melewati hari tanpa sarapan. Apalagi selama ini, dia tahu kalau Rara hidup di jalanan, untuk makan saja harus mencari uang dulu.

Setelah selesai sarapan, Risma, suami, dan juga Rara sudah bersiap untuk berangkat. Mereka pun naik ke mobil. Selang beberapa menit, kendaraan berwarna putih itu melaju menuju rumah sakit tempat Risma bekerja.

IDENTITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang