KEPUTUSAN TERBAIK

2 1 0
                                    

Mimpi seorang wanita itu sangat sederhana, tak terkecuali bagi Risma. Baginya cukup merasakan kehadiran buah hati di dalam rahimnya sendiri, menikmati proses kehamilan, melahirkan, dan menyandang status sebagai seorang ibu. Itulah mimpinya dengan menjadi wanita yang sempurna, baik sebagai seorang istri maupun ibu. Namun, itu semua belum bisa terwujud. Kenyataannya dia masih berjuang untuk mewujudkan mimpinya.

Ketukan pintu terdengar, suara wanita yang sudah sangat familiar di telinga Risma. Dalam hati, dia berharap semoga tidak ada banyak pertanyaan atau kalimat yang menusuk tajam hatinya. Dia pun segera beranjak dan membuka pintu. Wanita itu mencium punggung tangan setelah menjawab salam dari wanita paruh baya itu.

"Mas Anwar ada di rumah?" tanya Ibu Dewi tanpa menoleh sedikit pun kepada menantunya.

"Mas Anwar lagi kerja, Mah. Tumben Mamah ke sini nggak ngasih kabar dulu?" Risma menyuruh ibu mertuanya duduk. "Sebentar ya, Mah. Risma buat minuman dulu," lanjutnya lagi.

"Nggak perlu repot-repot, Mamah cuma sebentar aja, kok."

"Nggak apa-apa, Mah. Risma cepet, kok, buatnya."

Risma beranjak meninggalkan Ibu Dewi di ruang tamu, lalu segera ke dapur untuk membuatkan minuman. Wanita itu mengeluarkan buah mangga dan beberapa potongan es dari kulkas. Wanita bermata sipit itu ingin membuat jus buah mangga kesukaan ibu mertuanya. Tidak lama kemudian, jus itu sudah dituang ke dalam gelas dan siap dihidangkan. Dia pun memotong kue brownis dan diletakkan di piring.

"Ini, Mah. Silakan diminum dan dimakan kuenya." Risma meletakkan jus dan kue di atas meja.

"Makasih, Ris."

Risma mencoba tersenyum melihat sang ibu mertua menghabiskan jus mangga buatannya.

"Kamu nggak kerja?" tanya Ibu Dewi sambil mencicipi brownis itu.

"Lagi libur, Mah."

"Gini, Mamah beberapa hari yang lalu ke klinik suamimu, apa Mas Anwar udah bilang apa yang Mamah sampaikan?"

"Wah, Risma nggak tau, Mah. Mas Anwar belum cerita, kayaknya lupa, Mah."

"Ih, dasar tuh anak. Urusan penting gini aja sampe lupa bilang sama istrinya," gumam Ibu Dewi.

"Emang ada apa, Mah? Risma menatap serius wajah sang ibu mertua.

"Jadi, Mamah tuh ngasih tau supaya kalian segera berobat ke dokter kandungan. Kalian harus tau ada masalah atau nggak tentang kesuburan kalian. Masa udah lima tahun masih belum dikasih keturunan juga. Mamah 'kan udah kepingin nimang cucu."

Risma sedikit terkejut dengan ucapan sang ibu mertua. Wajahnya menjadi berubah sedikit pucat.

"I-iya, Mah. Nanti Risma bahas lagi sama Mas Anwar."

"Nah, kalau kalian sudah cek kesehatan, cepat kabari Mamah hasilnya apa. Mamah kasih waktu dalam dua bulan ini, kalau nggak nanti kamu akan lihat sendiri Mamah berbuat apa." Ibu Dewi menatap dengan sorot mata tajam.

Risma hanya mengangguk dan mencoba tersenyum, walaupun hatinya sedikit takut. Keinginan untuk mengadopsi Rara tidak berani diceritakan.

"Mamah pamit pulang, ya. Salam buat suamimu. Ingat, loh, pesan Mamah!"

"Iya, Mah. Risma pasti akan sampaikan sama Mas Anwar. Mamah hati-hati di jalan. Salam juga buat ayah." Risma mengantarkan ibu mertuanya sampai depan pintu, lalu tidak lupa mencium punggung tangannya setelah mengucapkan salam.

🌷🌷🌷

Suara motor matic terdengar sedang diparkirkan di halaman rumah, sepertinya suami Risma sudah datang. Wanita itu lantas membuka pintu dan menunjukkan wajah ceria. Dia menutupi kesedihan dan kekhawatiran yang dirasakan hati kecilnya.

Risma pun segera mengambil tas selempang yang dibawa sang suami setelah mencium punggung tangannya.

"Makasih, Sayang. Kamu masak apa hari ini? Mas laper banget nih, tadi pas pulang udah kebayang dan kecium masakan kamu." Anwar melirik istrinya.

"Ih, lebay banget Mas ini." Risma membalas suaminya dengan mencubit pelan perutnya.

Risma sudah menyiapkan opor ayam dan sambel goreng kentang. Dia pun menyuruh suaminya untuk mengganti baju dan mencuci tangan dulu. Selang beberapa menit kemudian, sang suami sudah duduk di ruang makan. Wanita itu menyendok nasi, kemudian memberikan kepada Anwar.

"Ini Mas nasinya, cukup nggak? Ayam sama kentang Mas ambil aja sendiri ya, sesuai selera." Risma menyerahkan piring yang sudah terisi nasi di atasnya.

"Iya, cukup, nanti gampang nambah."

Sepasang suami istri itu menikmati makan malam bersama.

Setelah menghabiskan makan malam, Risma dan suaminya duduk bersantai di teras rumah sambil menikmati sejuknya angin malam dan indahnya sinar rembulan. Mereka saling berpegangan tangan. Kepala Risma menyandar di bahu suaminya.

"Mas, tadi Mamah ke sini. Katanya kemarin Mamah ke klinik, Mas kenapa nggak cerita sama aku?"

Helaan napas panjang terdengar jelas di telinga. Anwar terlihat diam saja. Entah apa yang dipikirkan laki-laki berusia 35 tahun itu.

"Mamah bilang kita harus ke dokter kandungan. Gimana, Mas? Kok Mas diam aja?" Risma heran melihat sikap sang suami.

"Iya, Mas udah tau. Tapi Mas pikir, kita belum perlu ke dokter kandungan, Mas yakin kita sehat dan bisa punya anak. Sekarang kita fokus untuk rencana awal kita dulu, ya. Kita harus cepat mengadopsi Rara. Mas berharap semoga nanti Allah akan beri kita rezeki amanah setelah kita menjadikan Rara anak kita." Anwar menatap wajah sang istri dengan tatapan lembut, tangan mereka tetap saling bertaut.

"Ya udah kalau Mas mau kayak gitu. Aamiin, semoga Allah mudahkan urusan kita ya, Mas. Eh, ngomong-ngomong Mas udah buat janji sama Pak Randi, teman Mas di capil?"

"Alhamdulillah, Mas tadi udah buat janji, besok jam 10 kita ke kantornya."

"Ahamdulillah," balas Risma dengan wajah semringah.

"Udah malem, kita masuk, yuk!" ajak Anwar kepada istrinya.

Risma mengikuti suaminya. Tidak lupa wanita itu menutup pintu dan menguncinya. Keputusan untuk mengadopsi Rara sudah bulat. Mereka ingin mengubah nasib gadis malang itu.

Di kamar, Risma membayangkan jika Rara sudah menjadi anak mereka, dia akan mengajak gadis kecil itu jalan-jalan, berwisata ke salah satu tempat yang begitu indah pemandangannya, Wisata Alam Kampung Singkur yang terletak di Pangalengan. Wisata yang terkenal karena dikelilingi deretan pohon pinus yang menjulang tinggi. Risma ingin menunjukkan bahwa di sana ada sungai dengan air yang sangat bersih dan jernih.

Sungai yang cantik ini berada di antara deretan pohon pinus dan terdapat sebuah jembatan unik yang terbuat dari kayu menambah kecantikan lokasi aliran sungai ini.

"Ah, betapa bahagianya jika bisa pergi ke tempat itu bersama suamiku dan Rara," gumam Risma.

"Kenapa, Sayang. Kamu bilang apa?" Tiba-tiba Anwar membalikkan tubuh dan kini dia berhadapan dengan istrinya.

"Eh, Mas belum tidur? Aku kira Mas udah ke alam mimpi." Risma memperlihatkan deretan giginya.

"Emang kamu lagi mikirin apa, sih? Sampe senyum-senyum sendiri gitu."

"Ada, deh. Mas kepo, ih." Risma mengedipkan sebelah mata genit membuat sang suami ingin mengerjainya.

"Awas, ya. Main rahasia-rahasiaan."

Anwar pun menarik tubuh sang istri kemudian menguncinya dalam pelukan. Tangannya terus menggelitik pinggang ramping sang istri.

Risma yang diperlakukan seperti itu hanya tertawa geli dan meminta agar sang suami melepaskan pelukannya.

Bersambung ....

================================

Ikuti terus kisah ini, ya Gais 💕💙

Komen sebanyak-banyaknya biar makin semangat lanjutinnya🥰

IDENTITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang