04

163 17 6
                                    

Tangline: Maria, dan orkestra Sjahrir

Krrriiiiinnnggg!!!!

Bel tanda pulang telah berbunyi. Seluruh murid SMA Noesantara bersorak-sorai karena kegiatan belajar sudah selesai. Terutama kelas 11 IPS-3 yang sedang belajar matematika dengan Bu Meutia (Cut Mutia). Mereka paling bahagia kalau pelajaran mematikan ini sudah selesai, dan berpisah dengan guru killernya.

Bu Meutia menutup bukunya, lalu memandangi seisi kelas. "Baiklah, ibu cukupkan untuk hari ini. Yang ekskul silahkan ekskul yang benar. Kamu Aidit, ada rapat KKS* nanti ya!"

*: Komunitas Komunis Sekola :D

Aidit mengacungkan jempolnya tanda setuju. "Siap bu, nanti saya kesana kalo niat." Kata Aidit diringi tatapan berkilat-kilat dari balik kacamata Bu Meutia.

Sjahrir juga tengah sibuk membetulkan senar biolanya. Sjahrir adalah wakil ketua di kelas biola. Dia jadi salah satu murid paling populer se Noesantara Academy. Alias dari angkatan SD-SMA dia yang paling terkenal. Alasannya, Sjahrir jago main biola, jadi sering tampil di setiap pentas seni. Kedua, Sjahrir ketua kelas opera. Dia juga memperoleh banyak penghargaan dari bakatnya beropera itu.

Banyak cewek yang naksir Sjahrir. Seperti Maria Duchateau contohnya. Maria hanya menaruh hatinya pada Sjahrir, dan tidak dengan lelaki lain. Dia yang gak terlalu fasih berbahasa Indonesia juga suka Sjahrir karena Sjahrir satu-satunya yang sabar, dan mengajari Maria bahasa Indonesia.

Maria punya banyak banget fans. Seperti Kusno, dan Aidit contohnya. Duo buaya darat sekolahan yang sudah bisa dipastikan gak bisa ngeliat cewek cakep dikit, apalagi cewek Belanda tulen kayak modelan Maria.

Siang ini, Maria berjalan menyusuri kooridor menuju kelas opera. Dia tahu, hari ini Sjahrir megang kelas biola karena ketua kelas biola baru aja meninggal kemarin. Jadi Sjahrir pasti sibuk ngurusin anggota kelas, dan berbagai tetek bengek lainnya.

Kelas opera itu sebelahan sama kelas biola. Jadi secara gak langsung, Maria bisa mendengar suara Sjahrir ngajar, dan permainan biolanya. Aaah... Maria itu sangat menyukai Sjahrir, bahkan saat dia pertama kali pindah ke SMA Noesantara.

"Astaga Sjahrir, permainanmu membuatku terpukau!!" Seru Maria melalui jendela kelas.

Sjahrir yan merasa terpanggil, langsung menoleh kearah Maria lalu terkekeh. "Terimakasih Mar, aktingmu juga kemarin sangat bagus! Aku juga jadi sangat terpukau." Sjahrir balik memuji Maria.

Wajah putih Maria langsung memerah, persis kepiting rebus. Tentu saja, dia dipuji oleh orang yang selama ini dia taksir, bagaimana tidak salang tingkah?

"Ah Sjahrir bisa saja! Sjahrir juga kan ketua kelas opera. Sekarang juga jadi ketua kelas biola karena Kak Sam meninggal."

"Tapi Maria juga punya potensi besar. Habis ini aku mau mengundurkan diri dari kelas opera." Ucap Sjahrir diiringi helaan nafas panjang.

Maria mengernyitkan keningnya, bingung. "Kenapa? Kan Sjahrir sangat berbakat?"

Sjahrir tertawa kecil, lalu mengangkat biolanya. "Tak baik kalau semua aku yang ambil. Bilang ke Bu Martha (Christina Martha Tiahahu) kalau aku mengundurkan diri, biar kamu bisa jadi ketua kelas opera Mar!" Kata Sjahrir.

Apa barusan?
Sjahrir mengundurkan diri dari jabatannya untuk Maria? Oh astaga, pasti dia becanda kan??

"Bisa saja kamu Rir! Yasudah aku nanti bilang ke Bu Martha ya."

"Oke Mar. Nanti pulang sekolah kita bertemu di kantin, ada yang mau kubicarakan!!" Pekik Sjahrir, sambil memandangi Maria yang menjauh dari bali jendela.

"Mooie Maria!" Desis Sjahrir ketika Maria berjalan dan menghilang di balik tikungan.




Sjahrir mendudukan tubuh mungilnya di kursi kantin yang mulai sepi. Dia beberapa kali menelpon Ruri, tapi teringat kalau Ruri, dan Yani sedang mengajar di kelas desain. Dia tahu kalau Maria akan lupa akan janjinya tadi. Tapi sudahlah, lagian yang Sjahrir ingin bicarakan juga kurang penting.

"Middag Sjahrir!!" Seru Maria sambil melambaikan tangannya.

Sjahrir langsung tersenyum, sumringah lalu mengajak Maria untuk duduk.
Maria lalu duduk berhadapan dengan Sjahrir.
Canggung. Mereka sama-sama canggung, dan hanya diam seribu bahasa.

"Mar.."

"Rir..."

"Kamu duluan Mar silakan!!" Sjahrir mempersilahkan Maria agar mengutarakan pikirannya terlebih dahulu.

"Kamu dulu saja Rir, silahkan."

"Jadi begini Mar. Aku akan tampil di sebuah orkestra minggu depan, keluargaku sedang ada di luar negeri, jadi ini ada satu tiket untuk kamu." Sjahrir memberikan Maria sebuah amplop cokelat dengan stempel orkestra.

Pikiran Maria melayang-layang. Kenapa dia tak berikan ke Hatta? Hatta, kan' sahabatnya? Atau ke Nurul? Sjahrir kan dirumorkan naksir sama Nurul—adik Haria.

"Kenapa tidak ke Hatta Rir? Dia kan sahabatmu?" Tanya Maria.

Sjahrir menggeleng. "Maria... Maria... Kenapa kamu polos sekali sih? Sudah terima saja! Aku mau kamu menonton orkestraku minggu depan, tidak ada penolakan atau kita unfren!" Ancam Sjahrir, lalu ia pergi meninggalkan Maria di kantin

Wajah Maria memerah sesaat setelah Sjahrir melenggang pergi meningalkannya di kantin. Apa ini saatnya Maria untuk melakukan pendekatan kepada Sjahrir?




Lanjut lagi kapan-kapan

Hai kembali lagi dengan author gaje ini!
Jadi kenapa kisah cinta Sura-Hari-Hisu gak dilanjut? SABAR WOE!! Saya lagi jadi Sjahrir-Maria supremacy, dan memutuskan buat bikin part khusus mereka.

Baku banget? ehehe iya begitulah, soalnya biar rada-rada ngefeel gitu loo iisshhh
Btw makasih buat pembaca setia dari masa-masanya kelas absurd yang amburadul sampe kelas bapack bangsa yang udah rada tertata.

𝐤elas 𝐁apack 𝐁angsa [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang