"Baru pertama kali ke sini bang?" tanya penjaga Gym.
"Iya bang, baru," jawab Rangga.
Namanya Rangga. Ia adalah seorang gay dengan role bottom. Secara fisik, tubuhnya belum terbentuk, belum seperti anggota Gym yang lainnya. Sebenarnya, ia juga malas untuk pergi ke tempat seperti ini. Namun, karirnya sebagai model mengharuskannya untuk memiliki badan yang bagus.
Pada Bulan Maret, Rangga ada pemotretan untuk majalah 'pria sehat'. Pemotretan itu mengharuskannya untuk memiliki tubuh yang bagus, karena isi majalah itu adalah pria-pria yang memamerkan ototnya. Masa iya, dia harus memamerkan lemaknya.
Ia pun mendatangi tempat ini, dan mulai berkonsultasi dengan pelatihnya. Rino, pelatihnya, sudah menunggu di kantin yang berada di dalam tempat Gym.
"Pagi Rangga," sapa Rino, trainer Rangga.
Rino sedang duduk sendiri, di meja yang dikhususkan untuk dua orang disana. Rangga duduk di seberang Rino, lalu menyeruput minuman yang telah disiapkan untuknya.
"Pagi," balas Rangga.
"Mau ngapain?"
Rangga menghela napas. Jelaslah, ia mau ke sini untuk membentuk tubuhnya agar menjadi kotak-kotak kayak roti sobek. Masa gitu aja harus ditanyain. Ya kali mau main barbie disini.
"Hahaha, anu- gue eumm, maksudnya saya. Saya ada pemotretan, foto body profile, bulan Maret nanti," Rangga terkekeh.
"Maret?!" tanya Rino, ia berpikir sejenak, melihat entahkemana melalui ekor matanya.
"Ya, karena itulah saya kesini," jawab Rangga.
Rino meneguk minumannya, lalu meletakkannya kembali pada mejanya. Ia mengangguk, memikirkan jenis latihan untuk orang di depannya ini.
"Coba saya lihat badanmu terlebih dahulu," kata Rino.
Mereka pun bersama-sama pergi ke ruang ganti untuk melakukan pengecekan. Setelah sampai, Rino menyuruh Rangga untuk melepaskan pakaiannya satu persatu.
"Buka kaosmu!" perintah Rino, yang ditaati oleh Rangga.
"Buka juga celanamu, sisakan celana dalammu!" lanjut Rino.
Rangga melepas pakaiannya. Terpampanglah, badannya yang bergelambir, dengan lemak dimana-mana. Perutnya buncit, pahanya besar, dadanya penuh membleh, dan juga bahunya sedikit bungkuk.
Rino sampai menggelengkan kepala melihatnya, tampak cemas melihatnya. Ia mengelus dagunya, memerhatikan tubuh itu dari atas sampai ke bawah.
"Sepertinya, kita harus menurunkan berat badan terlebih dahulu. Terlalu banyak lemak di perut, sebaiknya kita hilangkan lemak itu," kata Rino.
Rangga hanya tersenyum mendengar itu.
"Sekarang, berputarlah!" perintah Rino.
Rangga pun berputar, memperlihatkan tubuh bagian belakangnya kepada Rino. Lemak menghiasi pinggang dan pinggulnya. Bokongnya bergelambir, lembek. Rino menepuk dahinya.
"Kau tampan, tapi tubuhmu seperti babi."
Rangga sedikit kesal mendengarnya, tapi ia tetap diam. Namun, ia tetap harus menahan amarahnya.
"Berapa berat badanmu?" tanya Rino
"78.9 kg," jawab Rangga.
"Berapa lama waktu yang kau butuhkan?" tanya Rino, lagi
"Sampai akhir pertengahan Maret," jawab Rangga.
"Humm," Rino menganggukan kepalanya.
Ia pun mengambil buku catatan kecilnya di dalam tas, yang ia letakan di atas bangku panjang di samping kanannya. Ia duduk, lalu menuliskan sesuatu di catatan itu. Rangga melihat itu dengan tatapan bingung. Ia mulai merasa tidak nyaman, saat beberapa orang mulai berdatangan ke ruangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Gym in Love
RandomApa yang kau tanam, itulah yang kau tuai. Begitulah peribahasa berkata. Namun, pernahkah kalian berpikir, apa yang kau latih, cinta yang kau tuai? Rangga adalah seorang model, dengan badan yang kurang proporsional. Ia pun memutuskan untuk datang ke...