“Sayang, udah dong ngambeknya.”
Nona masih diam bahkan membuang muka. Masih sebal dengan suaminya.
“Harusnya yang marah itu aku loh. Bayangin kita enggak jadi periksa, terus pas udah sampai Alun-alun kamu habisin pop es udah berapa coba? Hmm?”
Ya, mereka tidak jadi ke rumah sakit karena Nona sebal dengan baju yang Leon kenakan. Nona tidak suka, katanya Leon terlalu ganteng saat mengenakan pakaian seperti sekarang. Apalagi mengingat dokter yang nanti akan memeriksanya. Hih, Nona jadi semakin sebal.
“Oh, jadi kamu enggak suka aku mintain duitnya buat beli pop es tadi, gitu?” Nona menatap Leon dengan muka yang ditekuk dan melipat tangannya didada.
“Eh, kok jadi gitu. Maksud aku enggak gitu sayang.” Leon semakin bingung dan serba salah.
Memutar kemudinya Leon kembali berkata, “sekarang kan lagi musim hujan. Baru beberapa hari yang lalu kamu sembuh dari flu. Kalau nanti flu lagi gimana?” Leon membelai rambut sebahu Nona dengan sayang.
“Tapikan aku udah sembuh, itu mah alasan kamu biar aku enggak minta jajan terus. Kamu memang nyebelin jadi suami.”
Mendengar itu Leon mendelik, sepertinya istri cantiknya ini memang tidak dalam mood baik. Meski begitu Leon tidak marah, orang bucin bisa apa?
“Tuh kan kamu diam aja. Pasti kamu marah, sebel kan sama aku. Huhu …”
Leon kaget dan semakin bingung, padahal dia tidak mengatakan apa-apa. Tapi istrinya malah nangis begini.
“Loh kok kamu malah nangis? Padahal aku enggak bilang apa-apa loh.”
Yang ditanya malah semakin menangis, “Huhu … hiks … aku juga enggak tahu kenapa aku nangis.”
Sebenarnya Leon ingin tertawa mendengarnya, selesai menepikan mobil Leon mendekap Nona, “aku enggak tahu seharian ini kamu kenapa, tapi apapun itu, ingat, kamu punya aku.” Jawab Leon mengecup punggung tangan istrinya.
Nona semakin tergugu mendengar perkataan Leon, merasa semakin tidak pantas untuk bersanding sebagai istrinya.
“Udah ya, tadi Mama telpon aku katanya di rumah lagi masak banyak, terus kita disuruh dinner di sana. Kamu mau kan kita ke sana? Apa udah kenyang karena pop es?” Canda Leon.
“Tuh kan kamu ngeledek aku terus!” sebal Nona sambil memukul pelan bahu pria tersebut.
*
“Ya ampun mantu cantiknya mama kenapa?” Tanya Mama begitu mereka tiba di rumah. “Pasti kamu pelakunya ini. Iyakan, ngaku nggak!” hardik Mama pada anaknya. Pasalnya mata Nona masih terlihat sembab.
“Dih, fitnah dosa loh Ma.” Tegur Leon.
“Lagian siapa lagi coba kalau enggak kamu pelakunya. Ya ampun sayang, maafin kelakuan anak bongsor Mama ini ya.” Kata Mama membelai rambut menantunya.
“Ya udah masuk yuk, Mama tadi masak banyak tapi Papa keburu pergi, jadi enggak ada yang makan.” Info Mama sambil menggandeng tangan Nona.
Terkadang Leon merasa cemburu melihat kedekatan sang Mama dengan istrinya, pasalnya sejak ia menikahi Nona, perempuan baya itu lebih perhatian pada istrinya. Jauh sebelum itu Mama terlihat ragu dengan Nona. Katanya Leon tidak cocok dengan Nona, mengingat istrinya pada saat itu terlihat masih di bawah umur, saking mungilnya.
“Kalian ngingap di sini aja ya malam ini?” tanya Mama
“Ya enggak bisa dong Ma, kan tadi bilangnya cuma dinner aja. Lagian besok aku juga kerja,” info Leon.
“Kalau kamu kerja, Nona aja yang nginap di sini. Iya kan sayang?”
Nona meringis, bingung harus berbuat apa. Jika ia menyetujui keinginan Mama maka Leon tidak akan setuju. Pun sebaliknya pasti Mama akan kecewa.
“Nona ikut gimana mas Leon ya Ma.”
Mendengar itu Leon tersenyum, sedang Mama menatap sebal anaknya.
“Memang ya, sekarang gak ada lagi yang sayang sama Mama. Semua pada ninggalin.” Ucap Mama pura-pura sedih. Hilih pikir Leon, melihat tingkah Mama yang mendrama.
“Kok Mama bilang gitu, itu semua gak bener. Kita semua sayang sama Mama kok. Iya kan mas?” tanya Nona pada suaminya.
“Hmm,”
“Ih mas, jangan gitu. Jawabnya yang bener.” Nona mengelus paha Leon.
“Iya kita semua sayang Mama kok,”
“Kalau gitu nginap sini pokoknya titik.”
*
“Massh …” Nona bergerak gelisah.
“Bentar sayang, tanggung dikit lagi ini hhhh …”
“T-tapi aku---” Nona belum sempat menyelesaikan perkataannya ketika Leon mulai mempercepat gerakan. Gerakan itu semakin membuat Nona menggila, semakin dalam, begitu berulang kali hingga Leon mencapai pelepasannya. Tidak berpikir jika ada seseorang yang melihat aktivitas keduanya.
“ASTAGA … Ampuni dosa hambamu ini Tuhan.” Mama memekik tertahan sambil menutup pelan pintu kamar itu.

"Mas Leon?"

"Bentar ya sayang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Maternity
RandomMemang sih Leon sudah lama menanti kehadiran bayi untuk mereka. Tapi ternyata tidak semudah seperti saat dia menembakkan sel-sel supernya ke dalam rahim sang istri. Terbukti saat di mana Nona dinyatakan hamil, ada saja hal luar biasa yang terjadi. ...