Berita tak Terduga

388 60 5
                                    

“Mas bangun,” Nona mengguncang pelan tubuh suaminya. 

“Sayang, di luar masih gelap. Kita tidur lagi ya.” Ajak Leon. Padahal pagi sudah menjemput.

“Mas, ish!” Nona memukul bahu telanjang Leon cukup keras sampai lelaki itu mengaduh. 

Setengah kesal Leon membuka mata menatap Nona, “ada apa, hum?” menegakkan tubuh dan bersandar dikepala ranjang. Meski matanya masih terasa berat untuk dibuka Leon tetap dengan sabar membawa Nona untuk mendekat dengannya. Mengusap sayang punggung perempuan itu. 

“Lihat deh ini,” tunjuk Nona, memberikan beberapa benda dengan bentuk serupa. 

“Sayang, ini?!” Leon tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, pun ngantuknya hilang seketika. 

“Iya, ini maksudnya gimana mas?” tanya Nona, sebenarnya dia juga ikut terkejut. Gugup sudah menerpanya sejak beberapa waktu sebelum Nona mencoba. 

Leon menyengir, “aku juga gak tahu. Lebih baik kita ke dokter sekarang!” Tegas Leon menyibak selimut, mempertontonkan tubuhnya yang polos. 

“Maass ish! Kelihatan ...” Kata Nona memalingkan wajahnya yang kecil sudah semerah tomat. 

“Mau lagi, hum?” Leon suka sekali menggodanya. “Lagian kayak baru aja deh kamu. Padahal kamu juga suka.” Ucap Leon santai sambil menjawil dagu Nona. 

Mendengar itu Nona jadi ingat kejadian tempo lalu saat di kantor Leon. Oh, dia tidak pernah memikirkan akan semenyenangkan itu. Pun sebelumnya ia tidak pernah membayangkan, sejak mereka menikah Leon tidak pernah meminta hal aneh tapi luar biasa seperti itu. 

Saat itu Leon juga tidak berhenti memujinya, membuatnya bersemangat. Lain kali ia akan meminta kembali. Nona batuk kecil menyamarkan gugupnya malah ia melempar bantal ke Leon. “Leon mesum!!”

Leon dengan mudah menangkap bantal yang Nona lempar. Selesai menaruh kembali ditempatnya, Leon segera memakai kolor yang selalu ia sediakan di samping ranjang dan mendekati Nona yang masih diam memandanginya. 

“Selamat pagi sayang ...” Katanya lembut sambil mencium kening Nona. 

*

Leon memerhatikan Nona yang terus diam sejak kepulangan mereka dari rumah sakit. Dokter mengatakan istrinya memang sedang mengandung dan usianya kandungannya masih sangat muda. Mendengar itu Leon tentu saja bahagia saking bahagianya, Leon hampir saja memukul punggung dokter tersebut. Namun hal itu urung terjadi, begitu isak tangis Nona terdengar. Ia segera memeluk sayang tubuh itu. 

Sepanjang perjalanan Leon jadi mengira-ngira apakah istrinya tidak suka hamil anaknya. Memikirkan itu membuat Leon menjadi gusar. 

“Sayang?” Nona menoleh panggilan Leon. “Kamu diam terus, you oke?” Tanyanya. 

Nona menggeleng kemudian menangguk, melihat itu Leon segera menepikan mobil. Tidak berselang lama tangis Nona pecah. 

“Hei, kamu kenapa nangis?!” tanya Leon setengah panik. Leon segera merangkul Nona, mengusap lembut punggung istrinya. 

“Kamu enggak suka hamil anak aku?” tanya Leon hati-hati. 

Nona menggeleng, bukan dia tidak suka dengan keadaannya sekarang. Ini adalah momen yang sudah ia tunggu sejak lama. Hanya saja dia terlalu terkejut dan tidak tahu harus bagaimana. Segala pikiran buruk tiba-tiba saja menyerang pikirannya. Apakah dia bisa menjalani ini semua? Apakah dia bisa menjadi Ibu yang selama ini ia inginkan? Sabarkah nanti Leon menghadapi segala tingkah lakunya? Pasalnya tidak hamil saja, Leon sudah banyak mengalah untuknya. Bagaimana jika lelaki itu menyerah dan--- Nona semakin tergugu. 

Meski tidak ada jawaban dari Nona, Leon tetap dengan sabar mengusap punggung istrinya, memberi ciuman-ciuman ringan untuk menenangkan Nona. “Hei, lihat aku. Aku enggak tahu apa yang sekarang kamu pikirkan. Tapi apapun itu, aku cuman mau bilang kamu enggak perlu khawatir,” Leon melonggarkan pelukannya dan mengecup mata Nona bergantian. “Aku akan selalu di sini, bersama kamu.” 

“Janji?” Tangan Nona membentuk sebuah janji.

Leon tersenyum gemas, “Yes, I will.” Tidak ada keraguan dalam perkataan itu. 

“Aku rindu Ibu mas,”

“Oh iya ya, kita belum kabarin Ibu sama Mama. Mau ke sana?” 

“Boleh?” Nona meminta izin pada Leon.

“Ya boleh dong, udah lama juga kita gak ke rumah Ibu. Kira-kira mau dibawain apa?”

“Aku ngantuk mas,” adu Nona.

“Ya udah kamu tidur aja, nanti kalau udah sampai aku bangunin.” 

Melihat Nona sudah tertidur, lama Leon memandanginya. Rasanya luar biasa, setelah penantian yang lama akhirnya Tuhan memberikan kepercayaan pada mereka. 

*

Ibu dibuat kaget dengan kedatangan anak dan mantu, biasanya sebelum mereka berkunjung baik Nona maupun Leon akan memberinya kabar terlebih dahulu. 

“Loh ada apa ini? Kok enggak kasih kabar dulu sebelum datang?” tanya Ibu.

Setelah mengucapkan salam dan menyalim tangan Ibu, Nona berkata, “kangen Ibu.”

“Ya ampun, gak malu kamu sama suami.” omel Ibu sambil menepuk pelan punggung anaknya.

“Ibu sehat?” Itu Leon yang bertanya sambil memberi buah tangan yang mereka bawa. “Maaf ya Bu, seadanya.” 

“Ya ampun kamu ini kayak sama siapa aja. Yuk masuk.”

“Bapak mana Bu?” Tanya Nona.

“Bapak lagi di Gudang, katanya mau ngecek barang baru.” 

“Gitu, padahal ada yang mau Nona dan Mas Leon omongin, tapi nanti aja deh nunggu Bapak pulang.”

Ibu menatap anak dan mantunya bergantian, “Memang mau ngomongin apa, penting banget kayaknya. Bilang aja gak apa-apa," jawab Ibu tidak sabar.

Leon menatap Nona, sedang yang ditatap hanya bisa menghela napas, tampak ragu. “Bu, Leon mau minta maaf sebelumnya,” katanya “tapi Leon dan Nona akan pisah.”

Nona sudah menangis, sedang Ibu lemas seketika. 


"Kangen Ibu mas,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kangen Ibu mas,"

"Nanti kalau udah sampai aku bangunin,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nanti kalau udah sampai aku bangunin,"

MaternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang