Leon dengan Pikirannya

418 61 11
                                    

Love wake up …” ucap Leon tidak lepas membubuhi ciuman-ciuman kecil diseluruh wajah Nona. “Katanya mau girl time with your friends.” Karena belum ada jawaban dari sang istri, Leon beralih ke leher perempuan itu menghidunya dan berakhir dibibir ranum yang sudah lama menjadi candunya

“Hhh … It’s my dream mas, not hers.” Ucap Nona dengan suara serak masih dengan mata terpejam. 

Leon terkekeh, akhir-akhir ini Nona banyak menghabiskan waktu menonton series yang sedang booming. Kadang perempuan itu ikut memperagakan dialog yang ada dalam cerita tersebut. Leon pikir istri mungilnya ini ada bakat juga tapi Leon segera menepis pikiran tersebut, bisa-bisa nanti ia semakin banyak saingan.

Perihal soal film itu yang membuat Leon jengkel beberapa hari yang lalu Nona terus menempelinya tidak mengizinkan Leon kemana-mana. Curiga jika ia berbuat hal yang iya-iya, saking gemasnya Leon tidak sengaja membentak perempuan itu karena merasa kelawat batas. Alhasil Nona menangis tersedu dan mendiaminya beberapa hari. 

“Sayang,” panggilnya sekali lagi. “Aku tunggu di bawah ya, kita sarapan bareng. Love you.” Leon menyematkan ciuman kecil dipucuk kepala istrinya. 

Begitu Leon pergi, Nona segera bangun dan membersihkan diri. Nona tersenyum begitu ia mendapati pakaian yang akan ia kenakan sudah disiapkan Leon. Nona tidak pernah meminta hal tersebut, tetapi Leon berkata bahwa dia tidak keberatan, bahkan jika gunung bisa dipindahkan ia akan memberikannya pada Nona. Gombal lelaki itu memang di luar nalar. 

“Cantik banget ini, istri siapa sih?” Puji Leon begitu melihat Nona mendekat padanya.

“Istri mas Leon,” katanya sambil cemberut. 

“Kok ngomongnya sambil manyun gitu?” Leon menarik tubuh Nona untuk duduk dipangkuannya. 

“Aku kesel, pas aku cek pesan ternyata acaranya di cancel.” Adunya pada Leon. “Kan aku baru liat, mana pas aku udah selesai dandan.” 

Cancel kapan? Dadakan banget perasaan.” tanya Leon.

“Nggak mendadak, cuman aku aja yang baru lihat. Di cancel nya tadi malam. Karena aku gak jawab apa-apa dikira setuju.” 

Leon mengerti bagaimana perasaan Nona, semenjak mereka menikah istrinya jarang menghabiskan waktu dengan teman-temannya. Padahal perempuan itu sudah bersemangat sejak beberapa hari lalu. Katanya dia tidak sabar ingin bertemu mereka dan berbagi cerita.

“Kita jalan aja yuk,” tawar Leon.

“Emang kamu gak kerja?”

“Habis kita jalan, aku ke kantor. Nanti biar anak kantor aku mintai tolong untuk handle sebentar.” 

Ya ampun pikir Nona, apa jadi Atasan memang seperti itu ya?

“Kamu gak boleh sesukanya loh mas mentang-mentang jadi Atasan. Justru harusnya kamu mencontohkan yang baik,” 

Leon bukan tidak suka mendengar ucapan Nona, tapi Nona dan pekerjaan sama saja pentingnya. “Jadi intinya mau enggak? Atau aku ke kantor dulu habis itu kita jalan?” 

“Nanti kamu capek bolak-balik?” 

“Kalau gitu, kamu ikut aku,”

“Eh, memang boleh?” Tanya Nona, pasalnya selama mereka menikah Nona hanya beberapa kali datang ke kantornya itu juga tidak lama. 

“Boleh dong,” Leon membawa tangannya pada pinggang Nona untuk semakin rapat dengan tubuhnya. Entahlah, setiap ia melihat istrinya Leon merasa bergairah. 

“Aku lapar,” Nona bangkit dari pangkuan Leon dan segera duduk dikursi yang biasa ia tempati.

“Oke, kita sarapan dulu sebelum berangkat.” Leon segera memberikan susu yang sebelumnya sudah ia siapkan untuk Nona. Berbanding terbalik dengan Leon yang terbiasa dengan segelas kopi atau teh. 

MaternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang