Malu bukan main, itu lah yang kurasakan. Pipiku memerah secara alami, tanpa perlu bantuan blush on lagi. Bahkan memerah dari pipi hingga ke telinga. Itulah yang kurasakan saat kuperlihatkan alat kelaminku kepada Merry dan Natasya.
Akan tetapi, reaksi yang diperlihatkan Merry dan Natasya membuatku semakin bertambah malu. Merry dan Natasya hanya tertawa saja, seakan sudah tahu jika diriku bukanlah wanita sungguhan. Mereka mempermainkanku untuk kesenangan mereka. Aku tak habis pikir, mengapa mereka tega mempermainkan dan mempermalukan aku.
Fifi yang berada dipojokkan pun ikut menertawaiku. Pikiranku begitu kacau dan begitu negatif, apakah ini siasat Fifi untuk membalaskan dendamnya karena pakaiannya sering kupakai diam-diam saat dirinya tidak ada di rumahnya, atau apa. Air mata tak dapat kutahan lagi, dan mengalir membasahi pipiku.
Fifi yang melihat itu, seperti menyadari apa yang dilakukan oleh Merry dan Natasya untuk mengerjaiku sudah kelewatan. Fifi mendekatiku dan memelukku erat, dan meminta maaf atas perbuatan Merry dan Natasya yang kekanak-kanakan dan sudah berlebihan ketika mengerjaiku. Merry dan Natasya pun berhenti tertawa dan berusaha menghiburku dengan mengatakan jika aku menangis maka kecantikanku akan luntur.
Pada akhirnya Merry dan Natasya meminta maaf padaku karena telah bertindak berlebihan. Mereka ternyata sudah mengetahui jika aku adalah bukanlah seorang wanita sungguhan sedari awal. Mereka sengaja mengerjaiku karena ingin melihat reaksiku, tetapi mereka tidak menyangka jika aku akan mengangkat rokku dan melepaskan celana dalamku agar alat kemaluanku terlihat.
Aku pun berusaha berdamai dengan suasana. Kumaafkan Merry, Natasya dan Fifi, dan kami pun saling berpelukkan erat bagaikan Teletubbies. Sejak saat itu, aku menjadi berteman baik dengan Merry dan Natasya.
Malam itu, untuk pertama kalinya aku keluar berpenampilan menjadi seorang wanita di klub malam, banyak mata nakal yang melirikku. Apalagi ketika aku duduk bersama dengan Merry, Natasya dan Fifi yang merupakan top dancer pada klub malam itu. Fifi berganti pakaiannya menggunakan tanktop berwarna hijau neon dengan celana hotpants super mini. Senada dengan Merry yang menggunakan tanktop berwarna kuning stabilo dan Natasya dengan tanktop berwarna ungu.
Kami duduk di sofa bagian depan klub malam, tepat di depan panggung show dimana Fifi,Merry dan Natasya akan menunjukkan gerakan tarinya untuk menghibur para pengunjung klub malam. Fifi memesankanku sebuah cocktail dengan kadar alkohol 20%, dan memaksaku untuk meminumnya. Ini adalah pengalaman pertama kalinya aku meminum minuman beralkohol.
Minuman alkohol ternyata dapat sedikit menenangkan diriku yang agar malu karena tatapan pria-pria disekitar yang selalu curi pandang melihat Fifi, Merry dan Natasya. Merry berbisik kepadaku bahwa cowok-cowok di luar sana tidak ada yang menyadari kamu adalah cewek jadi-jadian, dan menyuruhku untuk lebih percaya diri karena malam ini aku terlihat begitu cantik melebihi wanita sungguhan.
Berkat dukungan Fifi, Merry, Natasya dan sedikit alkohol, aku seperti mendapatkan rasa kepercayaan diri untuk tampil dengan penampilanku sebagai wanita. Kami pun bersama-sama asyik mengobrol sambil meminum sedikit demi sedikit minuman beralkohol hingga seorang pria bertubuh tinggi dengan gaya rambut rancung-rancung dan mengenakan setelan kemeja serta jas menghapiri sofa tempat kami duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Crossdresser
Short StoryPenulis : @tifamei Kumpulan cerita-cerita Crossdresser...