Kubuka bingkisan kotak dari Natasya, penuh gairah dan semangat kumerobek bingkisan itu. Kupandangi seisi bingkisan kotak itu, putih bersih belum ternoda. Pikirku melayang, dahulu dadaku rata, teringat semua cerita dimana aku tidak dapat memakai pakaian terbuka. Kata mereka, dadaku terlalu rata. Kata mereka, dadaku kini dapat berisi.
Sebuah breast form yang terdiri dari payudara kanan dan kiri. Kucoba sentuh, terasa seperti kulit manusia. Kucoba kupencet, terasa kenyal seperti jelly. Perlahan kumulai membuka baju turtleneck yang kupakai. Lalu kukeluarkan sumpalan bra yang berupa kaos kaki dari dalam bra ku, dan kubuka kaitan bra pada punggungku dengan ahli, dan kulempar bra yang telah kulepas ke sofa sambil berteriak "WOW".
Fifi, Merry dan Natasya yang melihatku hanya dapat tertawa melihat tingkahku yang begitu antusias tak sabar ingin segera mencoba breast form itu. Kuangkat breast form itu, dan kubuka plastik yang menempel di belakangnya, kucoba untuk menempelkannya ke dadaku tetapi breast form itu tidak menempel dengan kuat. Ekspresiku yang tadinya senang berubah jadi sedikit agak kecewa.
"Bukan begitu cara pakainya Anita sayang... Lem breast formnya harus kamu oleskan dulu ke dadamu. Nah itu lemnya ada di bagian bawah dari bingkisan kotak breast form itu. Sini aku bantu oleskan ke dadamu," ucap Natasya.
Natasya mengambil lem khusus dan membukanya, lalu di oleskannya ke dadaku. Lem itu terasa dingin di dadaku. Tangan Natasya yang lembut menyentuh dan mengelus-elus dadaku. Jarinya yang lentik tak sengaja menggesek-gesek pada puting dadaku yang membuat putingku menjadi tegang, dan lama kelamaan gesekkan tangan Natasya membuat organ lelakiku menjadi terangsang. Naluri lelakiku bergejolak dengan hebat, untungnya saja aku sudah mengantisipasi hal ini dengan menekuk kemaluanku ke bawah dan di tahan dengan celana dalam yang super ketat, sehingga ketika kejadian seperti ini terjadi, maka alat kelaminku tidak terlihat membesar dan menunjukkan taringnya di depan gadis-gadis dalam ruangan ini.
Setelah Natasya menyebarkan lem itu dengan merata di dadaku, Merry langsung menempelkan breast form itu ke dada kanan dan kiriku. Dengan sedikit pengaturan dan penyesuaian secara hati-hati, Merry dengan telaten memasang breast form itu dengan perlahan agar terpasang secara simetris, dan Merry mengakhirinya dengan sedikit tekanan pada breast form itu agar lem benar-benar menempel dengan sempurna. Jadilah dada seorang wanita sungguhan pada dada priaku yang rata seperti landasan pesawat terbang. Akhirnya aku memiliki payudara wanita, walaupun hanya payudara palsu.
Fifi memuji keindahan payudaraku, katanya payudaraku lebih indah dibandingkan dengan payudara milik Merry dan Natasya. Bahkan Fifi juga tidak yakin jika payudaranya dapat dibandingkan dengan keindahan payudara milikku.
Tanganku spontan memegang dan meremas-remas payudara palsu yang menempel di dadaku. Memang tidak terasa apapun padaku ketika aku meremas-remas payudara itu, tetapi aku sangat puas dengan tampilan sempurna payudara wanita palsu yang menempel di dadaku ini.
Setelah puas meremas-remas payudara palsuku, Merry mulai membongkar koper yang dibawanya dan mengeluarkan satu set pakaian dalam wanita berwarna merah terang dan menyuruhku memakainya. Aku lantas pergi berjalan menuju kamar Fifi untuk berganti pakaian tetapi Fifi menahanku dan menyuruhku untuk berganti pakaian disini. Fifi mengatakan bahwa dia beserta Merry dan Natasya sangat penasaran dengan bentuk tubuhku.
Walaupun aku berusaha mencari-cari alasan agar dapat berganti di dalam kamar Fifi, tetapi mau tidak mau, aku tidak dapat mengalahkan mereka dalam debat ini. Akhirnya secara terpaksa kupakai sepasang bra dan celana dalam itu disini. Bra merah itu dengan mudah kupakai, lalu aku bercermin dan memastikan payudaraku terisi penuh pada cup bra itu. Bagian tersulitnya adalah mengganti celana dalam di hadapan mereka.
Kubuka celanaku dan kubuka lagi celana dalamku, adikku yang malang, yang tertekuk sejak tadi akhirnya berakhir terbebas di udara. Fifi, Merry dan Natasya tertawa melihat kemaluanku yang menegang karena aku merasakan gugup harus berganti pakaian dalam di hadapan mereka. Dengan hati-hati aku kembali menekuk ke bawah kemaluanku, lalu kupakai celana dalam merah yang diberikan oleh Merry. Kulihat diriku di cermin, dan tampilan diriku terlihat begitu sempurna sebagai sebagai seorang wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Crossdresser
Short StoryPenulis : @tifamei Kumpulan cerita-cerita Crossdresser...