13

4.4K 135 19
                                    



"Harusnya kamu dateng ya biar bisa makan enak. Udah makan belum?"

"Udah tadi. Jae?"

"Hm?"

"Di sini ada cowok ganteng namanya Lee Minhyung, panggilannya Mark. Kayanya dia lebih muda dari aku deh?"

"Trus?"

"Ya dia dari pas aku dateng baik banget. Kasih aku makanan, kasih aku minuman, apartemen kita juga deket. Kayanya dia sukㅡ" Jaehyun langsung mengakhiri panggilannya saat dirasa Youngho tidak harus mendengar hal itu.

Jina menatap ponselnya dengan seksama, mana tahu ada yang tidak beres dengan ponsel keluaran dua tahun lalu itu.

"Halo, Jae? Kok mati sih?" Tanyanya pada diri sendiri sambil menepuk tepi ponselnya. Jina lalu mencoba menelepon Jaehyun lagi namun tiga kali berdering, panggilannya belum juga di angkat.

"Kak Jina?" Panggil seseorang lumayan keras yang hampir membuat Jina melempar ponselnya ke kolam karena kaget. "Eh maaf, Kak."

"Mark! Bisa lebih lembut nggak sih manggilnya astaga, kaget!" Pria bernama Mark itu tersenyum sambil menggaruk belakang rambutnya. "Ngapain coba malem-malem muncul di sini?"

"Tadi saya ketok apartemen Kak Jina tapi nggak ada jawaban."

"Mau ngapain?"

"Minta gula tebu. Punya saya habis. Boleh?"

Jina mendengus sambil mengeluarkan kakinya yang baru lima belas menit lalu Ia gantung ke dalam kolam. "Masa nggak boleh muka kamunya udah kaya gitu?" Jawab Jina santai karena Mark sedikit membuat wajahnya sendu.

Mereka lalu berjalan beriringan ke lantai tujuh belas apartemen Jina. Lumayan jauh jaraknya dari elevator, karena posisinya di ujung sekali.

"Kak Jina biasa begitu?"

"Hm?"

"Main air di kolam kaya tadi, malam-malam begini?"

"Oh, enggak kok. Gue bete aja tadi," kata Jina datar. "Kenapa?"

"Enggak. Saya juga sering begitu, tapi pagi."

"Ya kalo pagi emang enak sih, Mark. Jam berapa biasanya?"

"Ya.. sekitar jam tiga atau empat-an."

"Sepagi itu?" Mark mengangguk. "Emang nggak dingin?"

"Dingin lah, Kak."

"Ya kalo udah tau dingin kenapa dilakuin?"

"Stress relief. Ada kenyamanan tersendiri kalo pagi-pagi kena air dingin."

"Nggak harus kolam kan, maksudnya di kamar mandi juga bisa?"

"Sensasinya yang beda, Kak. Kalo di kolam outdoor gitu bisa sambil liat bintang."

"Tsk, anak muda. Umur kamu berapa sih?"

"Dua puluh tiga tahun. Kakak?"

"Dua puluh tujuh." Mark mengangguk lagi. Ia menunggu di tempatnya saat Jina membukakan pintu. "Masuk?"

"Enggak, Kak, makasih." Jina tersenyum.

Sudah hampir seminggu Ia mengenal Mark Lee, dan Jina sangat kagum. Pria ini memang lebih muda darinya, tapi dari caranya berbicara sudah pasti dari keluarga berpendidikan.

Aura Mark sangat positif. Ia pernah tidak sengaja menjatuhkan gelas saat berada di kafe dekat kolam renang dan langsung meminta maaf bahkan mengganti gelas itu sebanyak dua karton, yang satu kartonnya berisi satu lusin gelas.

The Kiss | Johnny Seo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang