They Don't Understand

5 3 0
                                    

Jakarta, Indonesia
2016, April 23

"Lo ngapain sih disini?"

Di perhatikannya wanita berusia 19 tahun dihadapannya yang kini sudah merangkap menjadi manajer pribadi. Dia juga menatap aneh kearah samping wanita itu yang membawa koper besar berwarna silver dengan tag bertulis Jenna Valleria. Seingatnya, dia tidak memberitahu siapapun atas kepergiannya hari ini ke Amerika.

"Maaf, tapi Profesor gue lagi butuhin gue buat jadi asisten dia."

"Gausah bohong, kampus lo itu di Cambridge."

Wanita itu yang biasa di panggil Alle oleh Anggia, tapi dipanggil Jenna oleh orang orang, terlihat bingung dengan apa yang Anggia ungkapkan padanya.

"Mending lo pulang, gue mau pergi sendiri."

Alle menarik nafas nya, berusaha tetap tenang di hadapan gadis dengan usia labil ini. Dia mengakui kalau dia memang belum cukup dewasa untuk menghadapi masalah keluarga, tapi gadis berusia 17 tahun di hadapannya ini sekarang adalah tanggung jawabnya.

"Gabisa..." eluh Alle yang memegangi siku kirinya tanda dia takut akan kehilangan segalanya kalau ia membiarkan Anggia pergi sendiri. "Lo tanggung jawab gue, gue gabisa ngebiarin lo pergi sendiri, seenggaknya mama lo tenang pas tau lo ga sendirian pergi dari rumah."

"Gue bukan anak kecil, Alle." Ucap Anggia dengan penuh penekanan di setiap kata katanya.

"Gue juga belum dewasa, Gi. So please, izinin gue buat nemenin lo di Amerika yaa, gue janji bakal mendukung apapun yang lo lakuin disana."

Belum sempat Anggia membalas ucapan Alle di hadapannya, terdengar suara announcement tanda keberangkatan ke New York akan terbang 60 menit lagi. Anggia tampak menimang dengan pilihannya antara mengajak atau tidak, tapi sendirian di Amerika memang bukan pilihan bagus meskipun ia berencana akan menginap di hotel Papa nya itu.

"Just, don't ruin everything, ok?" Tanya Anggia memastikan dan Alle yang mengangguk tanda menyetujui Anggia kalau dia tidak akan merusak momen kabur nya.

***

Jeju Island, South Korea
2021, May 16

Sudah seminggu Anggia dan Alle tinggal di pulau Jeju, tidak melupakan fakta kalau mereka berdua terlihap sangat akrab dengan warga sekitar. Apalagi dengan pemilik Sauna di seberang project nya, Sua.

Sua menjadi teman mereka berdua, bahkan Sua sering mengirimkan makanan yang dibuat langsung dari ibunya ke kantor Anggia. Sama halnya di siang ini, Sua sudah menggenggam dengan erat wadah makanan di tangan kanannya, hari ini ibunya tidak absen untuk mengirimi makan siang pada Anggia dan Alle.

Sua pun mengetuk pintu kaca tiga kali lalu membuka pintu itu lalu masuk kedalam ruangan yang terbuat dari kontainer yang sudah di desain senyaman mungkin.

"Annyeong Unnie." Sapa Sua dengan sopan, membuat Anggia menghentikan pekerjaannya di depan layar monitor dan Alle yang langsung mengalihkan pandangannya dari laptopnya, terlihat Alle sedang mengikuti rapat online dengan pimpinan The Universe untuk melaporkan kegiatan mingguan, karna ini minggu pertama sangat jelas wajah Alle yang tegang apalagi pak Ery mengikuti rapat ini, jadi Alle langsung kembali fokus kearah laptopnya ketika tahu yang datang adalah Sua.

"Sua, aku udah bilang jangan repot-repot membuatkan kami makan siang, bahkan sampai di antar seperti ini." Ucap Anggia ramah yang menghampiri Sua.

Sua pun memberikan wadah makanan itu kepada Anggia lalu disambut olehnya, bahkan hari ini pun Anggia teringat dengan ucapan mamanya tentang 'jangan tolak rezeki, pamali.' Tapi, mengingat sudah seminggu Sua memberikannya makan siang secara percuma, Anggia merasa tidak enak pada Sua dan ibunya.

Lalunna《KSJ》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang