CHAPTER 53

17.8K 1.6K 466
                                    

STRAWBERRY MILK BACK!

STRAWBERRY MILK BACK!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING 📖

Jika kamu pernah kehilangan seseorang yang kamu sayangi, jangan pernah mengucapkan kata-kata mereka pergi. Mereka akan kembali.

Happy weekend!!!
Bacanya pelan-pelan aja! Chapter ini lumayan panjang, khusus buat kalian. Enjoy guys!

━━━━┅━━━┅━━━━

CHAPTER 53: ISTIRAHAT

Evalyn mengerjap-ngerjapkan bulu matanya. Gadis itu mengerinyit tipis saat mendengar suara bising.

"Papa?" kaget Evalyn.

Tadi, ia tidur di ranjang yang ada di dalam ruangan Damares. Bagaimana bisa ia terbangun di pangkuan Rayyan?

Rayyan mengusap matanya yang sedikit sipit karena baru bangun tidur. "Udah bangun? Tenang, ya."

Evalyn mengedarkan pandangannya. Ada banyak orang. Enam anggota inti Ravegas, empat sahabatnya, serta orang tuanya.

Tak hanya itu, ada Gavin, Danish dan Darren juga.

Dan, mereka semua berada di luar ruangan.

Evalyn menatap Devan yang sedang merengkuh Alexa. Wanita itu menangis di dekapan Suaminya, ada Damian juga dipelukannya.

"Kok ramai? Kenapa?" Evalyn menatap Rayyan.

"Damares jatuh di kamar mandi, sekarang lagi diperiksa dokter," jawab Glen.

Mulut Evalyn terbuka lebar. "Kapan? Kenapa aku nggak dengar?"

Rayyan menggendong lalu meletakkan putrinya di kursi roda. "Kamu masih tidur, Evalyn."

Dapat Evalyn rasakan usapan lembut di pundaknya, gadis itu menoleh. Menatap Felisha yang wajahnya berurai air mata.

"Jangan ngerasa bersalah, kita banyak-banyak berdo'a," kata Felisha.

Sekarang sudah jam tiga siang. Damares ditemukan terjatuh di kamar mandi saat jam sembilan pagi tadi. Sangat lama dokter menanganinya. Itu membuat Devan panas dingin.

Suara derap kaki membuatnya menoleh. Devan menatap Nevan dan Revan yang berlari mendekat, digendongan Nevan ada Davanka.

"Abang gimana, Dokter udah ngasih tau keadaannya?" tanya Nevan dengan nafas yang menderu.

"Abang," cicit Davanka pelan. Nevan mengusap punggungnya. "Dava jangan nangis, Abang kuat."

Devan menggeleng kecil. Matanya masih terpaku, menatap pintu ruangan. "Dokter masih di dalam."

"Lama banget, Anjing," umpat Victor. "Kalau sampai Damares kenapa-napa, gue gebukin tuh Dokter."

Vano mengusap-usap lengannya. "Jangan buat Papa ngerasa nostalgia."

DAMARES: DANGEROUS BOY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang