Renjun tak menyangka bahwa manusia yang tak sengaja ia hubungi adalah sebuah belas kasih semesta yang diberi untuknya. Jeno menyelamatkan dirinya dari nafsu bejat manusia, Jeno menjadi sosok yang membuat Renjun kembali menaruh harapan pada semesta, sepercik harapan untuk dianggap sebagai manusia pun sempat menguap kala dirinya ditindas habis habisan oleh Hyunjin, ia memang pelacur namun hatinya masihlah hati manusia, ia masih merasa sakit jika dihina, ia masih terluka jika diinjak seperti sampah.
Berulang kali Renjun dikecewakan oleh harapannya sendiri, entahlah Renjun juga tak mengerti, sebelum ini dosa besar apa yang ia lakukan hingga semesta tak henti hentinya menyiksa raga dan jiwanya.
Renjun mengedarkan matanya untuk meneliti ruangan, bertepatan saat dirinya ingin duduk, Jeno datang dengan membawa nampan yang berisi "kau sudah sadar, ini aku buatkan bubur untuk sarapan. Tidak seenak makanan restoran tapi masih layak dimakan"
Jeno dengan lembut menempelkan telapak tangannya yang dingin pada kening Renjun, suhu panas yang semalam sempat naik kini sudah lumayan turun.
Hati Renjun menghangat mendapat perlakuan seperti ini dari Jeno. Otaknya masih sibuk mencerna apakah pria ini yang ia hubungi untuk meminta tolong kala bengisnya nafsu manusia menumbuk tubuhnya hingga terasa kejamnya dunia tak akan ia rasakan lagi.
"Semalam suhu tubuhmu sempat naik, aku tidak tau cara merawat orang sakit jadi hanya ku kompres seperti ibuku saat merawat diriku ketika sakit"
"Terimakasih"
"Kau makan dulu, nanti akan kuantar pulang" perintah Jeno
Renjun tak menolak juga tidak menerima, ia hanya diam. Sekujur tubuhnya masih merasa sakit, bahkan bercak merah keunguan tercetak jelas diseluruh badannya. Memar itu Renjun dapat dari perlakuan manusia berjiwa setan bernama Hyunjin, penyiksan yang dilakukan oleh Hyunjin membuat mentalnya sedikit tergoncang, ingatan masa lalu kembali berputar dikepalanya.
Ingatan dimana dirinya yang selalu menjadi bulan bulanan temannya saat sekolah, menjadi tukang pembersih kamar mandi yang kotor sudah hal biasa untuk gadis malang ini, diperlakukan seperti tempat sampah temannya kala dipanti juga pernah Renjun alami, bahkan menjadi korban pengeroyokan karena fitnah dari teman panti yang menyebabkan dirinya terusir pun pernah juga Renjun alami. Pikiran buruk tentang masa lalunya membuat Gadis ini merasa kecil dan terbuang kembali.
Ia memilih pekerjaan seperti ini dengan tujuan merubah hidupnya agar menjadi lebih baik, hidup bahagia dengan bergelimang harta. Renjun hanyalah seorang gadis bernasib sial yang ingin bertahan hidup, segala upaya ia usahakan demi bertahan hidup.
"Apa bubur buatanku seburuk itu hingga kau tak ingin menyuapkan kemulutmu?" Tegur Jeno yang melihat Renjun hanya memandang kosong bubur buatannya.
"Jen apa aku serendah itu?" Tanya Renjun dengan lirih, matanya memanas tak kuasa jika mengingat kenangan buruk dimasa lalunya, kejadian semalam benar benar membuatnya sakit hati.
Lagi lagi Jeno lah yang melihat sisi terlemah Renjun, gadis itu menangis dalam diam. Jeno terheran dengan Renjun, apa memang seperti ini cara Renjun menangis ataukah karena menahan malu karena ada dirinya, gadis itu menangis dengan diam tanpa ada suara, pun tanpa ekspresi namun air mata tidak dapat menutupi betapa hancurnya gadis itu.
"Tidak usah ditahan, aku akan keluar jika kau malu denganku"
"apa bahu kokohmu masih bisa ku pinjam?" Renjun meminta namun justru permohonan yang Jeno dengar, suaranya serat akan kesakitan yang Renjun simpan rapih selama ini.
Entah apa yang mendasari Jeno hingga dia berani memeluk Renjun, gadis itu menangis dalam dekapannya, wajah yang biasa terlihat angkuh dan kuat kini tertunduk, menangisi nasib yang mengikuti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana || Renjun GS
Fanfictiongadis belia yang hanya tau cara menyambung hidup, tanpa tau silsilah keluarganya~ "Jen, apa kau bersedia sehidup semati denganku?" "aku tidak menyangka hidupku akan sesempurna ini" "Bahkan aku tak meminta untuk dilahirkan"