Kala

15 2 1
                                    

Waktu berlalu, hubungan Ibas dan Acel semakin hari semakin dekat, berbanding terbalik dengan Gio, yang masih berdoa agar bisa dipertemukan lagi dengan gadis yang pernah ia cintai itu.

Karena hari ini bertepatan dengan akhir pekan dan hari ulang tahun Naya, Acel mengajak serta Ibas untuk datang keacara ulang tahun sekaligus kumpul keluarga dan sahabat dari Acel dan juga Juna dan keluarganya. Awalnya pemuda itu sempat merasa tidak pantas diundang diacara tersebut dan sempat terjadi adu mulut ringan antara dirinya dan Acel, namun seolah mendengar telepati dari kakaknya Juna akhirnya menghubungi Ibas langsung dan menyampaikan undangan itu secara langsung ayah satu anak itu juga mengatakan kalau ia juga mengundang Mahen dan meminta Ibas untuk hadir karena Naya rindu padanya, akhirnya Ibas mengiyakan ajakan Acel dan berinisiatif untuk menjemput gadis itu.

"hahaha apa gue bilang? Juna bakalan nelpon lu kan!" begitu kalimat pertama yang gadis itu lontarkan saat menaiki mobil Ibas.

"iya iya, eh iya Naya suka boneka kan? gue bawa itu soalnya."

"ck dia mah apa aja suka apalagi kalo lu yang bawa." Jawab Acel. Sepanjang perjalanan Ibas benar-benar berusaha menetralkan detak jantungnya dan berusaha menutupi kegugupannya.

"jangan tegang gitu, keluarga gue santai kok, cuman ada orang tua Rena aja, bokap nyokap gue gak bisa dateng." Seolah bisa membaca pikiran pemuda yang kini sibuk dengan jalanan dihadapannya Acel pun berusaha menenangkan pikiran pemuda itu.

"hmm"

Mobil Ibas sudah terparkir rapi di dekat rumah Juna yang terlihat cukup ramai dari luar, saat turun ia bisa mengenali mobil hitam milik Mahen sudah terparkir disana bersama dengan beberapa kendaraan lainnya.

"mami!" suara Naya menyapa pendengaran Ibas saat ia menyusul Acel masuk ke dalam rumah itu. "papi! Asik papi dateng!" kali ini gadis kecil itu berlari menghampirinya dan memeluk dirinya.

"halo Naya, selamat ulang tahun ya, ini hadiah dari papi." Ibas menyerahkan kado miliknya pada gadis itu dan langsung disambut dengan pekikan girang dan pelukan singkat dari Naya.

"masuk mas Ibas, jangan sungkan." Sambut Rena, dari kejauhan Ibas mulai menyusuri beberapa tamu yang ada disana, semua terlihat asing kecuali Mahen, Gina dan Amel.

"Bas, sini!" panggil Acel.

"kenalin ini mertuanya Juna, ayah sama bundanya Rena. Ayah, bunda ini Ibas-,"

"ini toh calon e mbak Acel? Gantengnya, wes mbak ndang rabi mbak. Bunda ambe ayah wes kepengen ndelok mbak manten pasti cantik." Tembak ibunda Rena.

"eum bun-," "doakan aja ya tante hihi." Belum sempat Acel menjawab Ibas sudah lebih dulu memotong ucapannya dan jawaban Ibas membuat wanita paruh baya itu tersenyum senang.

"kita kesana dulu ya bun." Pamit Acel sebelum obrolan menjadi semakin ambigu. Kali ini keduanya bergabung dengan Gina dan Mahen yang tengah berbincang dengan Amel dan beberapa orang lainnya.

"lho! Ini kan mas Ibas temennya mas Mahen kan? Wah lu ya Cel!" ledek Amel.

"apaan dah, Ilya mana?"

"tuh lagi main sama anaknya temennya Juna. Eh mas Ibas kok bisa bareng Acel?"

"hehe iya mbak saya gak tau alamat mas Juna jadi ngajak bareng Acel aja." jawab Ibas, Amel sebenarnya sudah tahu soal kedua insan itu dari siapa lagi kalau bukan dari Gina dan Rena.

Saat mereka tengah berbincang datanglah sosok pemuda yang kini menghampiri meja mereka, pemuda itu sempat tersenyum kecil pada Gina dan Amel serta beberapa teman Acel yang duduk bersama mereka, kecuali pada Ibas yang kebetulan duduk disamping Acel.

The Missing BoatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang