Sebut Gio nekat karena setelah kejadian ia bertemu dengan Acel di rumah Juna, hari ini ia nekat datang ke kediaman keluarga itu, tentu saja hal itu mengundang amarah sang kepala keluarga, Rena yang selama ini jarang melihat Juna semarah itu kali ini bisa melihat wajah suaminya itu memerah dan urat nadinya bahkan sampai timbul saking emosinya.
"gue bilang kakak gue gak ada disini! Dan lu gak boleh ketemu lagi sama dia!" larang Juna, beruntung Rena sudah lebih dahulu mengungsikan putri mereka ke rumah tetangga mereka, kasihan bila anak itu melihat kemurkaan ayahnya yang ia kenal penyayang itu.
"setelah apa yang lu perbuat ke dia dan sekarang lu baru dateng untuk minta maaf dan ngelurusin semuanya, gitu?!" Juna tertunduk, ia sudah memprediksikan hal ini sejak mengumpulkan niatnya untuk mencari wanita yang pernah mengisi harinya dulu.
"saya minta anda pulang sekarang." Putus Juna sebelum berjalan menuju studio miliknya.
"pintu keluarnya sama dengan pintu masuk tadi, saya rasa ucapan suami saya sudah cukup jelas, jadi anda bisa pergi sekarang." Usir Rena halus, niatnya untuk menyusul sang suami urung karena ia bisa melihat dari sela-sela pintu yang tidak tertutup rapat itu, sang suami yang tangguh kini terduduk dan menangis di dalam sana, hingga ia akhirnya memberikan waktu khusus untuk lelaki itu sendirian.
Acel sendiri sudah jauh lebih baik dari hari kejadian itu, sekarang ia selalu berangkat kerja bersama dengan Ibas yang dititahkan oleh Juna untuk mengantar juga menjemputnya, Kala yang sudah tahu dengan kejadian tempo hari akhirnya memutuskan untuk tinggal sementara bersama dengan Acel di Jakarta.
"Cel, Ibas udah nyampe nih!" teriak Kala, setelah membukakan pintu pada lelaki itu.
"IYA!" balas Acel dari kamar, Ibas menggeleng pelan sambil tersenyum kala melihat tingkah kedua sepupu itu.
"Kal, ini mas bawain nasi uduk, mas taro di meja makan ya."
"iya taro situ aja, ntar kalo mau pergi kunci aja pintunya, takut gue di kamar ketiduran lagi. Ati-ati kalian."
"ayo bas!"
"sip, yuk berangkat, ntar makin macet."
"Kal, gue berangkat ya!" pamit Acel.
"kamu belom sarapan kan pasti? Di jok belakang ada nasi uduk, dimakan dulu."
"eh? kamu udah sarapan belom? Kalo belom sekalian aja ini, aku gak bisa makan banyak kalo pagi."
"aku gampang, ntar aja di kantor."
Acel menggeleng pelan lalu mengambil sarapan yang Ibas maksud sedangan Ibas fokus pada jalanan yang mulai sedikit ramai.
"aaa! Buka mulut kamu."
"aku gampang Cel, kamu aja dulu."
"nurut aja ih! Buka mulut cepetan." Dan satu suapan berhasil, suapan selanjutnya menjadi milik wanita itu, sesekali mereka berbincang soal kabar yang mereka dengar di radio pagi, sesekali juga ikut bernyanyi sampai tak terasa seporsi nasi uduk sudah mereka habiskan berdua.
"nah gini kan enak, kamu sarapan, aku juga sarapan." Ujar Acel sambil membersihkan sisa makanan yang jatuh ke baju nya dengan tisu.
"iya iya.. udah mau nyampe ini kamu gak mau rapi-rapi lagi?"
"eh iya bentar-bentar." Acel buru-buru mengeluarkan beberapa peralatan tempur dari tasnya, dalam hati Ibas terkesan dengan perempuan disampingnya ini, dengan tas yang bisa dibilang cukup kecil baginya itu banyak barang yang bisa ia masukkan kedalamnya.
"Bas!"
"eh iya?"
"yang ini apa ini?" Acel menunjukkan dua buah pewarna bibir dihadapan Ibas.