delapan

3.4K 317 13
                                    

"Chiel...bangun, yuk! Udah pagi nih." Glara mengguncangkan bahu telanjang Chiel yang masih terlelap di sampingnya. Pria itu masih nyaman dengan mata tertutup dan selimut tebalnya.

Betul, Glara jadi di perbolehkan menginap di apartemen Chiel dengan alasan bensin Chiel habis dan tidak dapat mengantar Glara pulang.

Padahal gadis itu bisa saja naik ojek atau dijemput oleh supir pribadi keluarganya. Tapi, kembali lagi pada Chiel. Laki-laki itu memiliki seribu akal busuk untuk membodohi mimim Glara.

Laki-laki itu mengatakan bahwa jalan yang biasa di lewatinya untuk mengantar Glara di tutup karena ada perbaikan jalan yang berlubang. Padahal bisa lewat jalan lain akan tetapi mimim Glara langsung percaya begitu saja, dengan syarat Chiel harus menjaga Glara dan tidak boleh berbuat apa-apa.

"Chiel...ayo, bangun! Nanti kita bisa telat kalau Chiel gak bangun-bangun." Lagi, Glara membangunkan Chiel yang masih nyamannya terlelap. Glara menghela nafas kesal. Chiel itu susah sekali jika dibangunkan saat laki-laki itu sudah tertidur nyenyak. Jikalau pun dibangunkan, Glara harus menyediakan air segayung untuk membangunkan Chiel.

"Chiel kalau gak bangun sekarang Glara tinggal ke sekolah sendiri loh." Tak ada tanda-tanda sedikit pun untuk Chiel bangun. Bahkan Glara sudah mulai lelah dengan Chiel yang tak kunjung bangun.

"Chiel, ih! Glara serius nih. Kalau Chiel gak bangun Glara bakal ngambek sama Chiel." Glara kesal. Ia mengguncangkan bahu Chiel dengan keras agar pria itu bangun.

"Dasar kebo! Tukang tidur!" Decak Glara merajuk.

"Chiel!!! Kalau gak bangun-bangun Glara guyur nih pakai air?!" Glara berteriak, mengguncang bahu Chiel lebih keras lagi.

Sementara itu, Chiel sudah terbangun dari detik panggilan kedua Glara. Chiel sebisa mungkin menahan untuk tidak menerbitkan sebuah lengkungan bulat sabut di bibirnya. Karena melihat tingkah laku menggemaskan gadis itu.

Glara yang melihat sedikit pergerakan dari mulut Chiel, melotot begitu saja. Ternyata kekasihnya tengah mengerjai dirinya.

Glara tersenyum jahat. Sebuah ide jahil tiba-tiba terlintas di otak licik gadis itu. "Chiel...bangun, yuk! Nanti Glara kasih morning kiss," bisik Glara di cuping telinga milik Chiel. Bahkan gadis itu sedikit membubuhkan udara panas dari mulutnya.

Chiel menggeram. Sungguh ingin rasanya Chiel membuka mata dan langsung membungkam bibir gadisnya itu.

"Oh...jadi Chiel gak mau nih? Iyaudah Glara pergi aja." Baru saja Glara bergerak sedikit dari tempat duduknya. Tapi malah pinggangnya di tarik sedikit kasar dan dibanting tubuhnya untuk kembali lagi berbaring.

Chiel langsung memeluk badan kecil Glara dari samping. Jadi posisi mereka saat ini tengah tertidur saling berhadapan.

Tersenyum manis dan menatap mata gadis itu dengan sedikit sayup-sayup mata yang belum sepenuhnya terbuka.

"Pagi, Ra," sapa Chiel dengan suara serak khas bangun tidur.

"Yo pagi!" Balas Glara jutek.

Chiel menaikkan alis tebalnya bingung. "Kenapa? Marah? Kok jutek gitu jawabnya." Glara hanya diam. Sengaja tidak ingin menjawab pertanyaan Chiel. Gadis itu sudah terlanjur kesal dengan kekasihnya ini.

"Mana morning kiss nya?" Tagih Chiel seraya menatap Glara dengan alis terangkat satu.

"Gak ada morning kiss! Awas dulu, ah, tangan Chiel berat," kata Glara yang sudah tidak tahan menopang tangan besar nan berurat milik Chiel.

"Morning kiss nya dulu mana? Nanti baru gue lepasin," balas Chiel.

"Chiel, ish. Ini tangan Chiel berat loh." Glara tidak berbohong. Chiel memeluknya begitu erat hingga hampir meremukan pinggangnya. Sebenarnya laki-laki itu sadar tidak si jika perbuatannya yang seperti ini menyakitinya?

CHIELANANTA (ON-GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang