Buruk sekali. Harga diriku yang semula melunjak bagai miss Indonesia kini anjlok menjadi bahan gosip nomor satu yang ramai dibincangkan tak cuma di SMA Aksara Bangsa tapi juga di dunia maya. Beberapa hari sejak kejadian itu yang bisa kulakukan hanya menangis dan mengurung diri di kamarku. Tak kupedulikan kedua orang tuaku yang ku tahu pasti sangat menghawatirkan keadaanku. Aku benar-benar kecewa pada dunia, yang melambungkanku dengan tingginya dan menjatuhkanku dengan teganya.
"Non!" Panggil pembantuku dari luar kamar, dengan suara sedikit mengeras.
Malas menyahut, aku hanya memelankan suara tangisku."Ada teman Non dateng, katanya namanya Nizam!" Teriaknya lagi.
Mendengar nama itu semakin membuat dadaku terasa sesak saja. Pertahananku tak cukup kuat saat ini, jika harus bertemu seseorang itu.
"Bodo!" Teriakku dengan suara serak, karena tangisku beberapa hari ini yang sebenarnya sangat menyiksa diriku sendiri.
Lama, tak ada suara pembantuku lagi. Mungkin ia benar-benar menyuruh Nizam pergi.
Jujur, ada rasa sesal dihatiku karena bagaimanapun juga aku tak bisa menghapusnya begitu saja, pun secara paksa. Tapi aku juga tak ingin membuatnya semakin merasa bersalah dengan melihat keadaanku yang semenyedihkan ini.
"Non!" Panggil pembantuku lagi, dan lagi-lagi aku hanya menjawab dengan memelankan suara tangisanku.
"Ini ada surat dari temen Non. Katanya, gak papa gak dibaca, yang penting jangan dibuang!" Teriak pembantuku.
Sedikit senyuman merekah dibibirku, mengingat cowok si pemberi surat itu adalah cowok terdingin sekaligus tercuek di SMA Aksara Bangsa yang dengan mudahnya berhasil membuatku gila karenanya.
Kupandangi sepucuk surat yang kini sudah tergeletak manis tepat di bawah pintu kamarku. Aku tak tahu apa yang difikirkan oleh Nizam hingga ia bisa-bisanya menulis sebuah surat dan menghiasnya semenggemaskan itu. Imut sekali, perpaduan warna pink dan pernak-pernik yang sangat serasi. Tahukah ia, bahwa itu adalah warna kesukaanku?
Tapi kemudian senyumku memudar. Aku tak siap jika harus menanggung kecewa lagi. Bisa saja Nizam mengirimkan surat itu hanya karena rasa kasihannya padaku. Ah,,, malang sekali nasibku, mana mungkin dia mau membalas cinta cewek yang sudah menjadi bahan celaan seperti diriku.
Tapi aku penasaran dengan surat itu, jadi aku tetap mengambil dan membukanya. Sembari menyiapkan pertahanan hati agar kemudian tak kecewa lagi.
السلام عليكم...
Hay Ra! Pasti kamu masih marah tentang kejadian beberapa hari lalu. Aku minta maaf. Tapi mempermalukanmu di depan umum sama sekali bukan rencanaku.
Dan tentang perasaanku, kamu jangan khawatir karena aku sudah jatuh cinta padamu bahkan sebelum kau mengenal namaku. Tapi ternyata sikapku terlalu dingin, hingga sahabatkupun mendahuluiku mendekatimu, dan akhirnya berhasil pula mendapatkanmu.
Aku jatuh cinta padamu. Ya, itu benar. Jangan anggap ini hanya karena rasa kasihanku akan keadaanmu. Hanya saja cintaku pada tuhanku lebih besar, hingga aku tak mampu melanggar larangannya. Maaf.
Kata Bundaku "Perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik, begitupun sebaliknya," Dan aku percaya itu.
Aku pamit pergi, dan mungkin saat kau membaca surat ini aku sudah benar-benar pergi.
Jangan khawatir, kalau Allah ingin mempertemukan pasti tak akan ada yang bisa memisahkan. Tapi kalau kita memang tak dipertemukan Kudoakan seseorang yang lebih baik datang padamu, membahagiakanmu seperti cita-citaku.
ان في حبك
Nb: Maaf, kalau kurang puitis. Abis,,, aku gak bidang sih, kalau bahasa indonesia.
والسلام عليكم...
Hhh,,, aku tersenyum-senyum sendiri mengingat sepucuk surat dan semua rentetan kejadian itu. Indah sekaligus perih, karena sampai saat ini aku masih mengemban rindu yang amat mendalam pada si cowok cuek nan dingin bernama Nizam Al-Azzam itu.
Dan ya, tebakan kalian benar. Dia benar-benar pergi sejak dua tahun lalu dan aku sudah benar-benar tak pernah bertemu dengannya lagi. Waktu itu sempat sih, aku membuka tirai jendela kamarku memeriksa apakah ia sudah benar-benar pergi.Ternyata dia masih menunggu, tapi saat aku hendak membuka jendela kamarku tiba-tiba seorang wanita berhijab yang mungkin adalah bundanya menyentuh pundaknya dan mengatakan sesuatu padanya, mungkin menyuruhnya untuk segera masuk ke dalam mobil.
Dan aku kalah cepat, karena Nizam benar-benar menuruti perkataan bundanya.
Tapi sejak kedatangan Nizam ke rumahku, aku tak lagi larut dalam kesedihanku. Kucoba bangkit walau tak ada seorangpun yang berdiri di sampingku untuk menguatkanku. Teman, bahkan sahabat. Semuanya pergi seolah tak pernah mengenal dan menghabiskan waktu bersamaku.
Walau begitu aku mencoba tetap tegar. Aku percaya pada apa yang ditulis Nizam pada suratnya "Perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik, begitupun sebaliknya."
Sejak saat itu aku berubah. Pakaian yang awalnya menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan pria kini kuganti dengan pakaian yang lebih tertutup. Aku behijab. Walau semua orang mengatakan bahwa hijabku hanya sebagai pencitraan, aku tak peduli. Nizam adalah laki-laki yang baik maka jika benar aku menginginkannya, tentu terlebih dahulu aku harus menjadi perempuan baik-baik pula.
Tetapi,,, kalian jangan berprasangka bahwa hijrahku hanya karena seorang cowok dan bukan karena Allah, karena aku melakukan semuanya sebab sadar akan kewajibanku pada-Nya. Hanya saja, Nizam adalah salah satu perantara Allah agar aku kembali kejalannya.
😭😭maacih banget udah mau mampir baca😊 pasti banyak banget typonya😪
Masih pemula, mohon dukungannya ya☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Khayal (END)
Historia CortaShort Story Dari sekian banyak cowok ganteng yang ngejar-ngejar dia, kenapa dia harus jatuh cinta sama si cowok es batu ketua geng preman di sekolahnya? kenapa? dan kenapa cowok itu seolah tak tertarik padanya? padahal Ara tahu, Ara sadar dan semua...