GATEL

15.7K 441 1
                                    

                       VOTE YUUU
                HOPE U ALL LIKE IT
                   HAPPY READING
◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍

Kembali ke aktivitas biasanya. Mereka bangun pagi-pagi melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim, mandi, sarapan, dan berangkat ke kampus.

Hari ini adalah jadwal kelas si killer.
Dosen killer itu sahabat sang suami, sangat sangat killer. Tugas harus tepat waktu, jika tidak maka mereka akan mengulang dari awal pembelajaran. Di kelas di larang berbicara, bahkan jika ingin buang air harus menunggu kelas selesai.

“Selamat pagi anak-anak, siapa disini yang tidak mengerjakan tugas tambahan dari saya silahkan keluar.” Sial, Risa lupa membawa buku catatan si killer. Bagaimana jika ia di keluarkan dari kelas?

Si killer memberikan setiap murid tiga nyawa, bagi mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas tambahan dari si killer maka nyawa mereka akan gugur satu.

“Kurang satu, siapa yang tidak mengerjakan?” Tanya Devano dengan dingin.

“S-saya pak.” Risa mengacungkan tangan.

“Silahkan keluar.”

“Baik pak.” Sebelum keluar ia menyalimi tangan Devano.

“Kenzo ada di ruangannya, kamu bisa ke sana.” Bisik Devano

“Ingat, nyawa kamu tinggal dua.”

“Baik pak,” Risa menunduk takut.

Risa berjalan menuju ruangan sang suami dengan tangan yang mengelus perutnya dengan pelan.

Tok tok tok.

“Masuk.” Setelah di persilahkan Risa pun masuk, ia melihat beberapa mahasiswa dari kelas lain sedang membicarakan sesuatu yang penting bersama suaminya.

Tapi ada hal yang membuat Risa naik pitam, salah satu mahasiswi di sana terus memperhatikan wajah sang suami.

“Ada apa Risa?”

“Tadi saya di perintahkan oleh Pak Devano untuk keruangan bapak.” Risa tersemyum tipis.

“Oh begitu, silahkan duduk terlebih dahulu.”

“Baik mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan, tolong umumkan kepada teman-teman kalian. Maaf hari ini tidak saya tidak bisa masuk ke kelas.”

“Kalo boleh tau kenapa ya pak?” Si genit yang tadi memperhatikan Kenzo pun bertanya.

“Saya harus mengantar istri saya untuk perikasa kandungannya.” Jawab Kenzo.

“Oh i-istri ya Pak, kalo begitu kita pamit Pak.” Risa yang melihat itu pun tersemyum puas.

Setelah mereka berlalu dari hadapan Risa, Risa pun langsung menduduki paha Kenzo.

“Kenapa hm?”

“Dia jadi cewek gatel banget si.” Risa cemberut.

“Utututu, sayangnya aku cembulu ya.” Goda Kenzo.

“Ya iya lah, dia itu terus perhatiin kamu dari tadi.” Risa menaruh wajahnya di ceruk leher sang suami, dan terus mengencup leher itu.

“Udah bumil jangan marah-marah ah, gak baik.”

“Kamu kok disini yang? harusnya ini lagi jam Vano loh.” Ia memeluk pinggang sang istri.

“Lupa bawa buku tugas tambahan, jadi di keluarin dari kelas.” Risa menundukan kepalanya takut.

“Lain kali jangan lupa ya.” Mengusap tangan Risa dengan lembut.

“Aku udah izin sama anak-anak ga masuk kelas hari ini, kita ke rumah sakit ya cek usia kandungan kamu.”

“Iya, yaudah ayo.”

Mereka berjalan di koridor kampus. Di tengah-tengah perjalanan mereka di hadang oleh dosen centil. Haduh punya suami tampan emang gini.

“Eh Pak Kenzo, mau kemana Pak?” Bertanya dengan suara yang di imut-imutkan. Risa yang mendengar itu merasa jijik.

“Saya mau ke parkiran, bu.”

“Kamu ngapain di sini Risa?” Matanya menatap Risa tajam.

“Loh terserah saya dong bu, ibu juga ngapain di sini. Gatel sama laki orang lagi, kalo bininya liat...ughh habis ibu.”

“Pak Kenzo sudah punya i-istri?”

“Sudah.” Kenzo memasang senyum tipis.

“Kok saya gak di undang ke pernikahan bapak?!” Yang menjawab bukan Kenzo melainkan Risa.

“Lah itu kan hak Pak Kenzo bu, lagian istrinya juga mikir kali ngapain ngundang ibu.”

“KAMU RISA!” Dina, si dosen itu terlihat naik pitam oleh ucapan sang mahasiswa.

“Saya? saya kenapa bu, saya cantik? aduh si ibu bisa aja.” Risa sengaja.

“Kamu awas saja ya Risa, Pak saya duluan.” Dina pergi.

“Kamu ada-ada aja sayang.” Kenzo terkekeh geli atas kelakuan sang istri.

“Yaudah yuk, nanti di jalan beli martabak ya. Aku kepengen.”

“Mana ada jam segini martabak, sayang.”

“Ihh ada kok.” Bibir Risa manyun.

“Aduh, itu bibir minta di cium ya.”

“Aaaaa, ayo berangkat.”

“Iya ini berangkat.”

Mereka pun melanjutkan perjalanan ke parkiran. Setelah mengedarai mobil sekitar 20 menit akhirnya mereka sampai di rumah sakit 'Harapan bunda'.

“Sayang beli cilok dulu, aku pengen.”

“Semua aja pengen.” Cibir Kenzo.

“Kalo gak mau beliin ga gak usah gitu juga hiks.... a-aku bisa hiks... beli s-sendiri.” Isak tangis Risa terdengar.

“Ehh, yaampun bumil emang gini kali ya. Aduh sayang aku minta maaf, ayo kita beli cilok dulu.” Kenzo menenangkan Risa.

“Hiks....a-ayo.”

‘Aduh pipinya abis nangis merah, gemessss banget’ Batin Kenzo menjerit.

“Mang, lima ribu ya. Jangan pedes-pedes bumbunya.”

“Untun maunya pedes.” Risa menujukan puppy eyes-nya.

“Gak.” Jawab Kenzo tanpa bantah.

Setelah membeli cilok mereka pun masuk ke rumah sakit tersebut. Dengan tangan Kenzo yang memeluk pinggang sang istri dengan posesif, banyak mata keranjang yang menatap tubuh istrinya dengan tatapan lapar.

◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍◍
TBC.

awas lamun t nge-vote
vote dulu oke? makasii byee

SEE U NEXT CHAPTER

MY HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang