"Hyung, bisa jalan kan?"
Yeonjun tahu kalau Soobin pertanyaan yang barusan ia lontarkan polos dan tanpa maksud apapun, tetapi karena rasa ngilu di pinggang dan pegal di punggung, ia mempicingkan matanya pada pria jangkung itu.
"Pikir aja sendiri, sakit atau gak?" ujarnya ketus sambil membenarkan tas di bahunya. Bagaimana ia nanti latihan menari dengan nyeri seperti ini? Ia harus mengurut tubuhnya di apartemen nanti. Padahal sudah dua hari lewat setelah mereka melakukan itu. Sakitnya tidak hilang-hilang.
Kejadian di toilet itu... sesuatu yang tidak ingin Yeonjun ingat-ingat lagi. Terlalu memalukan. Lagipula, ia tidak terlalu ingat apa yang terjadi setelah itu. Apakah Soobin membawanya pulang ke apartemen dengan kemampuan teleportasinya?
Yeonjun melengos. Enak sekali menjadi anak setengah setan. Pasti rasanya seperti dewa.
"Hyung, tolongin gueee!" teriak suara Hueningkai dari belakang. Yeonjun menoleh ke arahnya, melihat pria pucat pasi tersebut melemparkan diri ke mereka berdua. Pasti masalah hantu lagi. Yeonjun sedikit kasihan kepadanya. Kai memiliki kemampuan untuk melihat mereka yang tembus pandang, tapi anaknya takut. Akan lebih baik kalau pria yang lebih muda itu tidak memiliki kemampuan itu sama sekali.
Dengan sigap, Soobin langsung menutupi Hueningkai dari apapun itu yang mengejar mereka. Tubuhnya yang besar dengan efektif menutupi pria berambut pirang itu, walaupun beda tinggi mereka tidak banyak. Setelah beberapa detik, Yeonjun bisa mendengar adik tingkatnya itu menghela nafas lega.
"Yang tadi hantu apa?" tanya Yeonjun penasaran. Ia tidak pernah melihat hantu secara langsung. Apakah bentuknya sama seperti yang diceritakan media? Atau lebih parah?
"Hyung, gue yakin 100% lo gak bakalan bisa tidur kalo gue ceritain," ujar Hueningkai dengan serius. "Terima kasih hyung, lo selalu bisa nyelametin gue."
Soobin hanya tersenyum kecil. "Tentu saja."
"Kalian mau kemana, by the way? Maaf kalo gue tiba-tiba nimbrung," Hueningkai membenarkan tas di bahunya dan rambutnya.
"Kalo gue mau ke tempat latihan, kalo Soobin..." Yeonjun menoleh ke pria jangkung itu.
"Gue mau ke perpustakaan. Lo sendiri, Kai?"
"Awalnya gue mau kelas, tapi... setelah ketemu yang seperti itu, mendingan gue stay sama lo deh, hyung. Gue takut ketemu mereka lagi. Akhir-akhir ini sering muncul," ujar Hueningkai sambil merinding.
"Memangnya seperti apa sih?" tanya Yeonjun, semakin penasaran.
Hueningkai mengerutkan dahi. "... Merah. Lalu bertanduk. Mahluk itu memiliki ekor, seperti sapi? Lalu kuku-kukunya panjang dan hitam. Matanya terbelalak terbuka, penuh dengan darah. Giginya- Giginya benar-benar banyak, hyung. Tajam juga kelihatannya. Baunya busuk juga, kayak makanan basi. Dan cara jalannya- cara jalannya–"
"Kai, kalo lo takut gak usah dilanjutin," potong Soobin sambil menepuk pundak Hueningkai. Tetapi ia langsung menarik kembali tangannya dan meringis. Raut wajahnya terkejut untuk sepersekian detik, lalu langsung membuang wajah, seakan tidak ingin diketahui bahwa tangannya baru saja sakit.
"Gak papa, hyung. Walaupun daritadi gue diikutin, gue agak selamat karena bawa-bawa ini," Hueningkai mengeluarkan kalung salib dari bawah bajunya. "Ini khusus diberkati oleh salah satu pendeta di gereja dekat kampus. Setelah gue cerita tentang apa yang sering terjadi ke gue, akhirnya mereka setuju untuk ngasih ini, salah satu jimat terkuat yang mereka punya."
"Wow," ujar Yeonjun sambil memegang salib tersebut. Adem. Itu satu hal yang Yeonjun bisa katakan setelah menyentuh bahan besi kalung tersebut. Entah karena kepercayaan atau tidak, tapi hatinya langsung menenang setelah berhadapan langsung dengan jimat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NSFW] Guilty Pleasure | Soobjun
FanfictionSoobin adalah anak baru pindahan yang diperkenalkan oleh Beomgyu, anak jurusan teater. Yeonjun menyukai anak ini--orangnya ramah, baik hati, dan sangat sopan. Wajahnya juga terlihat seperti kelinci, lucu sekali. Apalagi kalau Soobin menggunakan kaca...