Sabil Tersenyum?

8.5K 160 16
                                    

Selesai berbincang dengan orang di ujung telepon, ia pun menulis pesan penting untuk seseorang.

[Hati-hati, ya. Naruh ponsel. Maaf untuk yang tadi. Kita keluar malam ini gimana?]

Sabil tersenyum saat menulis pesan. Ia merasa berdebar setiap kali berinteraksi dengan pemilik nomor tersebut.

Senyummya makin lebar, kala terlihat centang dua biru di bawah pesannya. Sebagai tanda pesanya telah diterima dan di baca oleh Fatma.

Tak lama, sebuah balasan pun muncul.

[Ya.]

"Hah?" Mata Sabil mendelik. "Hanya ini balasannya?"

Pria itu seolah tak percaya. Perempuan yang tak pernah mengabaikan pesannya, dan selalu membalas dengan chat panjang itu hanya menjawab, ya.

Sabil mendesah. Dari balasan itu, dia tahu kekasihnya sedang tak baik-baik saja.

Pria itu sadar, bahwa hubungan mereka memang tak wajar seperti layaknya banyak pernikahan di luar sana.

Namun, apa daya, ia tak mampu melawan hatinya. Sabil ingin terus bersama Fatma bukan Halimah. Perempuan yang selalu terlihat manis, baik hati dan tegar.

Seorang wanita yang nyaris tak pernah sekali pun marah padanya. Walau kenyataannya, hanya satu level di atas Halimah yang sama perangainya. Keduanya sama-sama baik dan tak mudah marah. Namun, siapa yang bisa memaksakan hati ketika dia mencintai dan memiliki kecondongan terhadap seseorang?

***

"Aku akan keluar. Ada pelanggan yang mengantar barang. Jadi ...."

Saat malam tiba, Sabil pun berpamitan pada istrinya.

"Ya, Mas." Halimah tersenyum. Dia tahu bahwa beberapa kali dalam sebulan, ada barang datang dari pelabuhan.

Dan barang itu ... langsung diantar ke toko, untuk mengurangi beban gudang milik suplier barang.

"Kalau begitu, aku pergi dulu." Pria itu mengucap dingin. Pria itu menunjuk ke luar.

"Mas," panggil Halimah.

"Ya?" Sabil berbalik, lalu menatap Halimah yang tersenyum padanya sambil menyodorkan tangan. Ingin mencium punggung tangan pria itu.

Untuk sejenak, hati Sabil hancur karena rasa bersalah. Halimah wanita sholehah, kenapa harus berjodoh dengan pria buruk sepertinya?

Wajah Sabil datar, seperti biasanya. Namun, ia memenuhi kemauan Halimah. Memberikan tangannya.

Dengan takzim wanita itu menciumnya. Lalu bertanya sebagai bentuk perhatian pada sang suami yang teramat dicintai.

"Mas, maaf soal tadi, ya. Harusnya aku gak mencurigai Mas. Juga ... em Fatma yang sudah mau jadi rewang di rumah kita."

Deg. Lagi ... ada yang berdenyut dalam dada Sabil. Rasa bersalah itu semakin bertumpuk-tumpuk. Harusnya dialah yang meminta maaf. Akan tetapi ... Sayang, hatinya terlalu egois. Ia tak akan mampu meninggalkan Fatma apa pun yang terjadi.

Sabil mengangguk pelan. Ada senyum tipis, yang jarang sekali Sabil berikan pada Halimah sebagai seorang istri yang terus merindukannya.

"Ya sudah. Aku pergi dulu."

"Mas," panggil Halimah lagi. Ia tak mengerti, kenapa berat sekali melepas pria itu pergi malam-malam begini. Dalam hati ia terus berdoa, semoga saja tak terjadi apa-apa yang membahayakan nyawanya.

"Ya."

"Jangan lupa pulang untuk makan."

"E, em. Itu ... aku akan makan di luar saja. Kamu makan saja." Sabil bicara dengan nada tak enak.

Hal itu membuat Halimah curiga. Ada apa dengannya? Biasanya juga walau semalam-malamnya kapal datang, pria itu akan pulang dulu untuk makan.

"Oh, ya. Mas." Halimah mengangguk. Tak ingin kejadian sore tadi terulang lagi.

Pria itu pun melangkah pergi. Meninggalkan Halimah dengan kehampaan hati. Seperti sebelum-belumnya. Ditambah sikap aneh Sabil yang bilang akan makan di luar.

***

"Makanlah," pinta Bulek yang tiba-tiba masuk kamar dan membuat Halimah terhenyak. "Kembar pasti akan bangun malam ini. Karena tidur pulas sejak sore."

"Ah, ya. Bulek. Apa Fatma sudah tidur?" Dengan raut senang, Halimah mengambil makanan dan menyuapnya perlahan ke mulut. Tapi ia tak melihat Fatma sejak tadi.

"Em. Ya. Dia sudah tidur. Sepertinya kelelahan."

"Oh." Halimah menyahut

"Halimah, apa kamu tahu kalau gen kembar bukan didapat dari Bapaknya?" Suara Bulek terdengar di sela suara sendok dan piring yang beradu pelan.

Wanita ayu itu, tahu bagaimana seseorang beradab ketika makan. Tidak menimbulkan banyak suara yang mengganggu orang lain.

"Oya, tapi kan Bapaknya kembar, Bulek." Halimah tak sabar menyahut meski mulutnya sedang penuh.

"Yah, sudah ada penelitian medis hampir tak ada gen kembar identik yang turun dari Bapaknya. Cek lah di google banyak artikel serupa," ujar wanita yang banyak tahu medis itu. "Kembar itu dapat gen dari keluarga kita. Karena dulu, Budenya Bulek yang juga Mbahmu juga kembar."

"Oya?"

"Huum. Kamu dan Fatma gak sempat ketemu. Karena beliau berdua sudah meninggal lebih dulu."

Mendengar itu, Halimah menjadi miris. Dia jadi ingat ibunya yang harus meninggal muda.

"Apa kamu perlu bulek temani, Nduk?" tanya Bulek sebelum keluar kamar Halimah.

Sebenarnya masih banyak pekerjaan di belakang. Dia tak tega meminta bantuan pada puterinya yang tengah bersedih sejak tadi sore. Lalu membiarkannya pergi, kala Fatma meminta izin padanya, karena Sabil yang mengajak.

Halimah boleh bahagia, tapi Fatma juga berhak bahagia. Sejak awal anaknya itu sudah merelakan pria yang dicintai menikahi Halimah. Dia bahkan mati-matian berusaha melupakan Sabil.

Namun, justru dalam upayanya gadis itu harus mengalami sakit keras dan hampir meregang nyawa.

Dari situlah, ibunya berinisiatif berdiskusi dengan Sabil untuk menyelamatkannya.

"Oh, nggak usah Bulek. Istirahat saja. Nanti Mas Sabil juga datang."

Selepas kepergian Bulek, Halimah menyusui bungsu dengan gelisah. Takut jika kembar bangun. Dan suaminya datang marah-marah, dalam kondisi lelah.

Mana wanita itu sudah kebelet pipis. Ingin minta tolong pada Buleknya juga tak enak. Apalagi Fatma yang sudah tidur.

"Apa Mas Sabil masih lama?"

Setelah menanhannya, dan mengalihkan waktu dengan bermain gagdet, kedatangan seorang pria membuatnya terkejut.

"Mas Sabil?"

Dia melihat ke arah jam dinding, belum satu jam pria itu pergi, tapi sudah pulang.

Sabil tersenyum manis ke arahnya. Sesuatu yang membuatnya terheran-heran.

'Ini seperti bukan suamiku.'

***

Masih Gadis MenyusuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang