Bagian.4

877 149 0
                                    

Tanggal 30, bulan Desember

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanggal 30, bulan Desember.

Sore ini, ketika sedang menyusuri jalanan kota, tak sengaja netra saya menangkap sepasang kekasih yang saling bergandengan tangan. Si pria mengecup tipis bibir ranum wanitanya, lalu ia tersenyum malu. Begitu mesra dilihat. Selang beberapa langkah, saya mengamati pohon, ada dua merpati disana. Jantan dan betina. Saling menautkan kepala, bersua. Lantas terbang bersama melihat hamparan perkotaan yang tampak kecil dari balik awan.

Saya lahir tanpa kasih sayang. Dan tumbuh tanpa perasaan. Sembilan belas tahun melewati hari demi hari sendirian nan hampa. Acap saya berpikir, 'apakah manusia seperti saya ini tak pantas untuk hidup dengan menggenggam cinta?'. Tuan, bahkan kelahiran saya membawa petaka. Di usia yang ke satu hari, saya membunuh ibu kandung saya sendiri. Malang sekali takdirnya, harus merenggut nyawa demi seorang manusia yang tidak ia harapkan.

Mungkin memang ini balasan yang harus saya pikul, namun kembali pada fakta saya hanyalah seonggok daging yang bernyawa. Saya punya batasan untuk bertahan di dunia yang kejam. Saya hampir berada di bibir jurang keputus asaan.

Tetapi, apa Anda tau? Sembilan belas tahun tanpa kebahagiaan dan tawa bagai hilang terlupakan setelah Tuan Nanami Kento merengkuh saya. Memberi kasih sayang di setiap harinya. Menjadi orang yang saya tunggu kedatangannya ketika siang berganti malam, dan orang yang saya rindukan eksistensinya ketika malam digantikan siang. Anda sangat peduli pada semuanya, Anda sungguh orang baik, Tuan.

Namun dengan tidak tau malunya, saya membalas budi Tuan Nanami dengan benih cinta yang semakin harinya semakin tumbuh subur. Atensi dan afeksi Anda sungguh membuat saya jatuh semakin dalam pada perasaan ini. Saya sudah tidak bisa menahannya lagi, Tuan. Saya mencintai Anda.

Pada awalnya saya sendiri pun bingung, dengan perasaan tabu ini. Tidak pernah saya rasa sebelumnya. Banyak buku saya baca, semua mendefinisikan sama. Ketika pikirmu tak lepas dari bayangnya, ketika rasa rindu menghantam selalu ingin bertemu, ketika dirimu ingin memiliki seutuhnya, itu semua definisi dari jatuh cinta.

Apa yang harus saya lakukan dengan ini semua? Bolehkah? Bolehkah saya mencintai penyelamat hidup saya sendiri? Bolehkah saya mencintai lelaki yang usianya terpaut jauh dari saya?

Pantaskah saya untuk berangan bisa selalu berada di sisi Tuan?

Saya hanyalah gadis kotor tak berpendidikan. Dunia saya dan Anda sangat jauh berbeda, sangat.

Maafkan, jika saya sudah keterlaluan. Namun saya tak kuasa menahan beban perasaan ini. Dan terimakasih atas segalanya.

-dari nona tersayangmu, (First Name) (Name).

Guratan penanya terhenti, tersenyum pahit di akhir kalimat. Ia merutuki dirinya sendiri, kau sungguhlah bodoh.

•••

"Nona, malam ini tidak perlu menunggu saya. Saya pulang terlambat, lembur."

Adalah kalimat sama yang diucapkan Nanami di meja makan, seakan tiap paginya hanya menunggu sang Tuan mengatakan hal tersebut. (Name) merengut sebal, garlic bread dipiringnya sudah tidak menggugah selera makan.

"Matahari baru saja terbit dengan gembira di ufuk Timur, tapi Nona malah memasang wajah sebaliknya. Kemarin ada cerita apa, hm?" Si lelaki mencubit gemas pipi (Name) yang semakin menggembung, tertawa renyah.

"Tuaaan, apa hari ini pun Tuan akan berkencan dengan tumpukan kertas dan komputer itu lagi?" Kerlingan matanya manja, seolah tak mengijinkan tuannya pergi bekerja.

Nanami Kento menarik curva bibirnya, "Tidak Nona, hari ini tidak ada kencan dengan kertas dan komputer."

"Benarkah? Hari ini bisa makan malam bersama?!" Si gadis berseru antusias, dilihat dari matanya yang berbinar lucu.

"Sesuai yang Nona-ku inginkan."

(Name) terkekeh senang. Setelah sepekan hanya menghabiskan malam berdua dengan sang suster, akhirnya hari dimana Nanami tak perlu kerja lembur datang. Ia sebal dengan pekerjaan dan bos tuannya, selalu mengambil jatah waktunya bersama sang pria.

"Tapi nampaknya malam ini kita akan kedatangan tamu." Celetuk Nanami kemudian. "Kawan lama saya, Shoko Ieiri akan ikut makan malam bersama."

Ah, nama perempuan.

"Apa Nona keberatan? Ia mampir hanya sekedar ingin menyapa, nanti saya kenalkan."

Ingin menolak pun, (Name) tak punya hak. Ia masih sadar diri akan posisinya. Dengan senyum sedikit dipaksakan, gadis itu mengangguk. "Saya tidak sabar bertemu Nyonya Shoko!"

•••

Dan disinilah dirinya sekarang. Duduk ditengah-tengah percakapan Nanami dan Shoko Ieiri. Pertama kali melihatnya, (Name) dibuat terpana. Wajah cantik dan dewasa, ia sangat ingin menjadi sepertinya. Karirnya di bidang medis tak kalah bagus, sangat berbeda dengan (Name).

Shoko Ieiri sempurna. Tutur lembutnya (Name) suka, sangat nyaman mengobrol dengannya. Nanami pun tampak santai berbincang dengan Shoko. Membicarakan tentang sesuatu yang (Name) tidak pahami, pembicaraan orang dewasa.

Gadis itu tersenyum pahit, andai ia lahir beberapa tahun lebih awal, pasti kemungkinan Nanami membalas cintanya lebih besar, 'kan? Bahkan menjadi gadis dewasa seperti Shoko bukanlah sekedar angan.

Makan malam itu berjalan baik, namun tidak dengan hati (First name) (Name).

Makan malam itu berjalan baik, namun tidak dengan hati (First name) (Name)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be continued.
742 words,
30 Desember 2021

OLDER : N. Kento x Reader[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang