Bagian.6

1.2K 141 11
                                    

Aroma anggur menyeruak pekat menusuk indra pembau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aroma anggur menyeruak pekat menusuk indra pembau. Botol-botol kaca tampak berkilau diterpa remang lampu kuning, berjejer rapi di rak tinggi. Alunan lagu Fly Me to the Moon yang dipopulerkan oleh penyanyi asal Amerika itu mengalun pelan dari vinyl player dipojok ruang. Cocok benar mejadi iringan segelas wine manis.

Entah untuk yang kesekian, Nanami Kento menyiuk. Sekali lagi meneguk minuman berakoholnya. Rasa nyeri menyerang kepala, dipijitnya pelan sembari memejamkan mata. Laporan menumpuk, revisi, dan deadline membuatnya harus kerja lembur dua pekan terakhir, maka malam ini akan ia bayar jerih payahnya dengan beberapa gelas tequila.

Jam vintage yang menggantung di dinding menunjukkan pukul 23.50, namun tak membuat Nanami menggerakkan niat untuk pulang. Pria keturunan seperempat Denmark itu memilih untuk menetap lebih lama di bar yang hanya menyisakan dirinya dan satu barista. Sungguh tenang seperti yang ia suka.

Denting lonceng mengalihkan atensi. Masuk seorang gadis muda, dengan rambut tergerai indah—gerimis diluar belum berhenti sejak sore, membuat basah mantelnya. Bola mata (e/c) sayu milik puan menatap kosong, namun menambah kesan elok pada paras ayu-nya. Bibir ranum serta pipi merona itu sangat manis, kontras dengan kulit putih putih bak mutiara sang empu. Seperti menyihir semua orang yang pertama kali melihat, adalah Nanami Kento salah satunya. Netra sang pria tak mau lepas dari cantik wajah itu.

Gadis tersebut duduk dengan selisih dua bangku dari Nanami. Bisa ia dengar jelas suaranya yang memesan segelas rum.

Nanami sedikit-banyak mencuri pandang. Melirik dari sudut mata seluruh gerak geriknya. Hanya senyap menemani. Lagu Fly Me to the Moon yang sekarang telah berganti masih jelas terdengar meski kecil volumenya. Sesekali si wanita menopang dagu, sesekali juga menenggelamkan wajah dalam lipatan tangan. Ingin hati mengajaknya berbincang barang menyapa, Namun Nanami tidak punya cukup keberanian. Hingga segelas rum dihidangkan oleh Tuan barista, canggung masih menyelip diantara mereka.

"Sepertinya Tuan disana sangat menikmati tequila di bar ini. Melepas penat setelah bekerja, hm?"

Nanami termangu, buru-buru menjatuhkan atensinya pada sumber suara. Si wanita tersenyum, membentuk sebuah kurva yang dalam sedetik meluluhlantakan dinding pertahanan Nanami yang dikenal tidak bisa ditembus siapapun. Begitu rupawan.

00.00—Nanami Kento jatuh cinta. Terdengar gila, memang. Tak pernah ia rasa perasaan ini sebelumnya, memikirkannya saja tak suah. Namun paras rupawan si Nona lebih membuat gila.

Deru pendingin ruangan berdesing pelan. Nanami meneguk saliva kasar.

"Ada apa? Saya tau sedari tadi Anda asyik mencuri pandang. Apa Tuan orang yang se-pemalu ini?" Tanya lawan biacaranya setengah mabuk, berpindah satu kursi disamping si pria. "Bolehkah?"

Nanami mengangguk patah-patah. Gugup menjajah raganya.

"(First name) (Name), jika Anda ingin tau. Tapi tak perlu repot mengingatnya, setelah ini kita tak akan bertemu lagi—Salah satu alasan mengapa saya mengajak Anda mengobrol. Bolehkah?" (Name) memutar ringan gelas rum, sebelum ditegaknya kembali. Sekali lagi dibalas anggukan.

OLDER : N. Kento x Reader[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang