Voldemort diam akhir-akhir ini, pendapat Severus. Dulunya Tuan mereka akan sering mengadakan rapat untuk menyusun rencana dan strategi, atau sekadar memberi peringatan pada bawahannya. Namun dia diam akhir-akhir ini, terutama semenjak kelahiran bayi perempuan Potter. Ordo belum mengetahui hal ini sama sekali. Sekadar menyadari remaja itu tak ada di rumahnya pun tidak. Mereka miskin informasi tentang Potter.
Sampai pada setelah liburan natal dan para penghini sekolah kembali, barulah mereka menyadari bahwa Harry Potter telah menghilang. Dan mereka mendadak menjadi sekumpulan ayam yang berlarian tanpa kepala. Dunia Sihir gempar, dan ribuan rumor tak berdasar melayang. Puncak kehebohan adalah pada tanggal 24 Januari, Daily Prophet mengeluarkan edisi pagi mereka dengan headlinenya adalah 'Anak Yang Bertahan Hidup Sudah Mati?!'. Dan ada foto batu nisan keluarga Potter lengkap ketiganya.
Itu adalah bencana yang pecah di aula. Teman-teman Potter histeris, terutama Granger yang berteriak dalam isak tangisnya. Orang-orang syok. Beberapa tak mampu menahan tangis, menyangkal dalam gumaman, dan beberapa terlalu syok untuk mencerna. Namun kehebohan itu semakin memanas saat Albus Dumbledore jatuh pingsan.
Ada banyak ramuan penenang yang dihabiskan saat itu. Bahkan persediaan dari Sayap Rumah Sakit habis dan mereka terpaksa harus memesan dari luar.
Mata hitam Severus menoleh dari kuali ramuan penenang ke edisi Daily Prophet pagi hari. Dia gagal dalam menjalankan sumpahnya. Utang hidupnya kini berlanjut ke satu-satunya keturunan Potter saat ini.
Harry James Potter
31 Juli 1980-26 Desember 1996
'Cahayamu tak akan pernah padam sampai akhir waktu'
Sementara itu tuannya menjadi sangat pendiam. Bahkan saat salah seorang bawahannya melapor, tuannya sama sekali tak memperhatikan dan tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Severus menduga tuannya sedang memikirkan Potter dan arah baru perang.
Atau mungkin bayi Potter yang dipikirkannya. Dia tak pernah mendengar tentang bayi itu lagi sejak malam itu. Entah bagaimana nasibnya. Satu-satunya peninggalan Lily tidak dia ketahui nasibnya. Dia harap anak itu-baik-baik saja.
*****
Voldemort dalam suasana hati yang aneh.
Dia tidak marah, tidak juga bahagia. Dia merasa... datar. Kosong. Rasanya seperti ada yang memberatkannya. Dan itu sangat aneh. Satu-satunya dia pernah merasakan hal itu adalah saat dia menemui ayah biologisnya.
Ini aneh.
Mengapa dia merasakan perasaan itu pada Potter dari semua orang?
Voldemort mendengus. Dia berdiri dari kursinya dan keluar dari ruang kerja. Lorong kastil Slytherin sunyi. Potret telah tertidur. Kalaupun tidak mereka akan berpura-pura tidur saat melihatnya berjalan menyusuri lorong ke sayap barat kastil.
Pintu demi pintu ia lewati. Tak satupun dari pintu ruangan itu menarik perhatiannya karena dia sudah tahu apa isinya, dan semuanya membosankan. Sampai sebuah suara tangisan bayi menginstrupsi lamunanya.
Ah, mata merahnya memandang pintu kayu jati raksasa yang terbuka sedikit, -ini adalah kamar anak itu. Pikirnya.
Voldemort melangkah masuk ke kamar yang jaraknya cukup jauh dari kamarnya. Suara tangisan bayi yang memekakkan telinga memenuhi udara. Ada peri rumah juga, yang berusaha menenangkan si bayi berbalut selimut merah muda.
"Berikan padaku." Katanya secara tiba-tiba.
Peri rumah itu melompat terkaget. Di berbalik dan membungkuk sebelum menyerahkan si bayi pada tuannya. Ajaib. Bayi itu langsung berhenti setelah berada dalam pelukan Voldemort.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step On The Lament || {TOMARRY}
FanfictionHorcrux dalam diri Harry Potter berubah menjadi sebuah janin, yang kemudian lahir sebagai bayi perempuan paling cantik yang pernah orang-orang lihat. Beberapa orangtua mengatakan bayi itu memiliki kecantikan Ibu Elf. Harry Potter meninggal dunia tak...