Dari kematian Harry Potter, Voldmeort belajar banyak hal.
Voldemort belajar betapa sulitnya membesarkan seorang bayi meski dibantu oleh peri rumah dan Pelahap Mautnya. Voldemort belajar betapa longgar kontrol dirinya. Voldmeort belajar dan mengakui bahwa kematian Harry Potter jauh lebih berdampak dari yang ia kira. Voldemort juga belajar untuk melepas pikirannya dari kematian.
Voldemort masih belum tuntas di daftar terakhir.
Entah seberapa besar usaha Voldemort melepas kematian Harry Potter, mencoba melanjutkan agendanya dibayangi kematian Harry Potter. Dia gagal. Selalu gagal. Kemana pun kakinya membawanya, apapun yang matanya tangkap dan telinganya dengar, dia selalu memiliki gambaran berupa mata hijau permata yang kusam di benaknya. Menghantuinya setiap saat.
Sisa-sisa keberadaan dan sihir yang ditinggalkan untuknya ia simpan rapat-rapat di ujung terdalam pikirannya. Tidak pernah lagi didekati maupun dibuka. Voldemort tidak mampu menyentuhnya. Satu-satunya hal yang ia lakukan adalah mengirimkan ingatan-ingatan bahagia Harry Potter sebagai obat penenang mimpi buruk Athlarien.
Namun semenjak mimpi ia bertemu dengannya kembali di malam-malam menghilangnya Athlarien, Voldemort menutup semuanya.
Perlahan, dia mulai melupakan serpihan-serpihan kenangan.
Mulai dari suaranya.
Sensasi sihirnya.
Teriakan kesakitan dari kuburan.
Teriakan amarah dan kesedihannya.
Menyisakan memori wajah semata-mata, berbekal potret yang tidak memiliki sihir jiwa.
Voldemort termenung di kursi kebesarannya. Ada sobekan kain berwarna putih, yang asalnya dari pakaian terpasang di mayat Harry Potter, yang kini telah menghilang. Dua minggu telah berlalu, yang berhasil ditemukan hanyalah sepotong robekan kain putih. Tak ada tanda-tanda lain yang menunjukkan keberadaan si mayat yang hilang ataupun pencurinya.
Benar. Pencuri. Mereka mencuri milik Voldemort.
Dan sekarang sekelompok pencuri itu telah dikhianati oleh orang mereka sendiri.
Voldemort duduk di kursi tahtanya, anggota Wizengamot beserta Menteri sihir bersama Wakil dan Sekretaris. Mereka sedang rapat bersama saat Pelahap Mautnya menginterupsi, meminta izin untuk menyela.
"Saya memohon ampunan atas ketidaksopanan saya, Tuanku. Saya izin menyela, karena ada kabar penting mengenai pencarian Permaisuri anda."
Kalimat itu cukup untuk menyadarkan Voldemort dari kebosanan, melompat bangkit dari singgasananya.
Seperti kematian yang datang tak bertanda, informasi penting telah sampai ke telinga Voldemort tanpa diduga. Begitu tiba-tiba seperti petir yang menyambar di siang bolong.
Harry Potter telah ditemukan.
Dan para pencuri itu akan menghadapi kemarahan terbesar Lord Voldemort.
*
*
*
*
*
13 Juli 2001...
Pelanggaran itu surgawi.
Marcus Flint tenggelam dalam nikmat duniawi dari mayat yang ditidurinya, yang dia perkosa beramai-ramai bersama empat orang lainnya. Fakta bahwa itu adalah mayat tidak membuat Marcus Flint jijik, malah gairahnya semakin menggebu-gebu tak tertahankan.
Mayat itu, Harry Potter, tetap utuh dan segar. Tak ada perubahan atau pembusukan pada mayatnya. Seperti orang hidup yang terlelap dalam tidur abadi, seperti Putri Tidur yang akan bangun hanya setelah dicium oleh Pangeran, cinta sejatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step On The Lament || {TOMARRY}
FanfictionHorcrux dalam diri Harry Potter berubah menjadi sebuah janin, yang kemudian lahir sebagai bayi perempuan paling cantik yang pernah orang-orang lihat. Beberapa orangtua mengatakan bayi itu memiliki kecantikan Ibu Elf. Harry Potter meninggal dunia tak...