Albus Dumbledore sangat bimbang. Hatinya bimbang, resah, dan sangat khawatir dengan situasi yang melandanya. Tak lama setelah surat kabar yang membawa berita surat Voldemort tiba, setiap murid dipaksa masuk kembali ke dalam asrama mereka, dikurung sepenuhnya. Tak satupun diperbolehkan keluar apapun kepentingannya. Makanan pun langsung diantarkan oleh peri rumah ke asrama masing-masing. Kegiatan pembelajaran dihentikan total.
Albus dan para staf Hogwarts lainnya telah mencari cara untuk berkomunikasi dengan pihak dari luar Hogwarts untuk meminta bantuan. Namun sia-sia. Burung hantu yang membawa surat pertolongan langsung menjadi abu setelah menyentuh dinding bangsal yang mengurung semua orang.
Mereka benar-benar terkurung sepenuhnya. Fakta bahwa ada empat basilisk yang berkeliaran juga tidak membantu. Mereka telah menemukan satu-dua hewan peliharaan siswa yang berkeliaraan tergeletak mati.
"Tak ada pilihan lain, Albus," Minerva berpendapat. "Kita harus mengembalikannya! Ini satu-satunya cara!"
Orang-orang yang tidak tahu apa yang telah dilakukan Albus kali ini, menoleh padanya dengan pandangan menuntut penjelasan. "Return her? Who?" Tanya Horace. Dia juga sangat memahami apa isi surat yang ditulis dengan maksud eksplisit itu. Albus mungkin entah bagaimana mencuri salah-satu barang berharga milik Pangeran Kegelapan. Lebih tepatnya mungkin menculik.
"Kau menculik seseorang?" Volume nada Flitwick naik. "Apa maksudnya itu, Albus?!" Tuntut Flitwick. Jika Albus menculik seseorang yang sekiranya cukup berharga menurut Pangeran Kegelapan, maka wajar saja Pangeran Kegelapan melepas basilisknya.
Si empu yang punya masalah mengehela napas, dia jadi sama persis seperti orang tua seusianya. "Aku mencoba melindunginya." Jelas Albus pendek, tidak cukup memuaskan para staf lainnya.
Severus di sebelah kanannya mendengus samar. Albus merasa pria itu menjadi lebih sinis padanya semenjak mereka menyelamatkan Athlarien.
"Memangnya siapa yang kau lindungi itu?" Tanya Pomona, jelas tak bisa menahan rasa penasarannya.
"Itu adalah seseorang yang sangat penting." Albus menjawab, menyembunyikan kebenaran tentang identitas orang yang ia lindungi. Lebih sedikit orang yang tahu lebih baik.
Horace mendelik. "Lebih penting dari keselamatan dan keamanan seluruh penghuni Hogwarts?" Katanya pedas, agak mencibir.
Albus pada gilirannya merasa tertegun. Bayi Harry memang penting, tapi keselamatan murid-murid Hogwarts juga tak kalah pentingnya.
Ini sulit. "Ini sulit," Albus mengutarakan pikirannya, menjawab kalimat pedas Horace beberapa saat yang lalu.
Horace mendengus, mencibir pelan.
Situasi benar-benar berputar balik. Dia seharusnya tinggal saja di rumahnya.
*
*
*
*
*
Harry Potter memiliki seorang bibi dari pihak ibunya.
Namanya Petunia Dursley née Evans.
Wajahnya tidak cantik (mirip kuda), dan ekspresinya masam juga tegas. Dia juga wanita yang kasar dan pendendam.
Dia juga wanita yang kesulitan untuk berekspresi.
Itulah yang Voldemort temukan pada ingatan yang ditinggalkan Harry Potter padanya. Dia juga melihat langsung wanita itu dan dua pausnya, menjijikkan. Wanita itu benar-benar mirip kuda. Siapapun akan sulit untuk percaya bahwa wanita kasar itu adalah saudari dari Lily Potter yang pernah menjabat sebagai primadona sekolah pada masanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step On The Lament || {TOMARRY}
FanfictionHorcrux dalam diri Harry Potter berubah menjadi sebuah janin, yang kemudian lahir sebagai bayi perempuan paling cantik yang pernah orang-orang lihat. Beberapa orangtua mengatakan bayi itu memiliki kecantikan Ibu Elf. Harry Potter meninggal dunia tak...