5

1 1 0
                                    



"Aku tidak tertarik, kau pergi saja sendiri" kataku pada teman sekelas yang mengajakku untuk bermain basket jam istirahat ini.

"Kau selalu menolakku, kali ini saja" katanya yang masih memaksa

"Aku mengantuk, kau pergi saja sana" kataku sambil mendorongnya untuk pergi dari kursi sampingku. Dan ketika dia akan mengatakan sesuatu, aku menyelanya "kau tidak pergi? Ana ingin duduk" kataku sambil melihat seorang perempuan yang sedang berjalan ke arah kami

Ketika Ana mendengar apa yang aku katakan di berusaha segera menyangkalnya "aku tidak–"

Sebelum dia menyelesaikan perkataannya, aku memotongnya "pergi sana, kau menempati tempat duduk orang lain" kataku sambil mendorongnya pergi.

Ketika dia berdiri sambil mengerutu aku segera merebahkan kepalaku ke meja dan mulai tidur, tapi tiba tiba Ana menyorongkan brosur padaku. Aku mengerutkan alisku dan memandangnya dengan pandangan bertanya

"Sepertinya guru belum menyerah, Brosur lomba dari wali kelas. Aku hanya memberikannya karena beliau memaksa"

Aku memandang brosur itu sebentar sebelum mengambilnya "apa aku mencobanya saja dan mengakhirinya sekali untuk selamanya dengan hasil buruk?" kataku pada diriku sendiri

"Maksudmu?"

"Aku hanya ingin mengacaukannya supaya guru berhenti menyusahkanmu sebagai ketua kelas"

"Jangan hiraukan aku, ini memang termasuk tugasku sebagai pengantar pesan. Aku juga sudah sedikit mencoba menjelaskan kenapa kau tidak ingin melakukan hal hal seperti ini, aku berharap itu sedikit membantu mengurangi guru merecoki mu"

Aku mengerutkan alisku, tahu bahwa itu tidak membantu tapi tidak mengatakan apapun dan kembali meletakkan kepalaku di meja lagi, bersiap untuk tidur

Sejujurnya bisa dikatakan aku masuk ke dalam jajaran 3 besar paling pintar se sekolah. Dan itu sudah menjadi nasibu untuk terus didatangi guru ketika ada perlombaan apapun, tapi masalahnya adalah aku selalu menolaknya. Alasannya sederhana, aku hanya tidak ingin membuang waktuku untuk sesuatu yang tidak ingin aku lakukan.

Aku tidak ingin dan tidak peduli dengan itu. Tujuanku sangat jelas, dan itu tidak berhubungan dengan apapun yang guru guru itu tawarkan kepadaku. Bukannya mereka tidak tahu bakatku yang benar benar aku sukai, aku hanya tidak terlalu menunjukkannya.

Semua orang tahu bahwa aku suka musik tapi mereka tidak tahu bahwa impianku ada disana, masa depan yang sedang coba aku titih berada di jalur ini. Inilah kenapa aku tidak ingin menghabiskan waktuku dengan itu semua.

Dan mungkin Ana sedikit sadar dengan itu. Bukan karena dia menjadi teman bangkuku selama satu tahun di SMA ini, itu karena dia juga teman sekelas 3 tahun SMP. dia tahu sifatku, jadi aku tidak keberatan dia menjadi teman dudukku. Sejujurnya, dia sedikit membantu di sana sini untuk beberapa hal. Sehingga beberapa hal lebih mudah selama satu tahun ini.


--

FAMILY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang