"Andhini Marwati?"
"hadir!"
Aku berseru dengan semangat ketika mendengar namaku terpanggil. Aku sangat suka hari Jum'at, cukup menyenangkan karena memiliki semua pelajaran kesukaanku dalam satu hari ini. Belum lagi, besok adalah akhir minggu yang menandakan libur. Hari terakhir sekolah dalam satu minggu memang menyenangkan.
Tapi sepertinya orang disebelahku ini tidak sepemahaman denganku. Entah apa yang berada dipikirannya, dari tadi Rana mengeluarkan energi lesunya yang aku yakin secara perlahan dapat menular padaku jika aku tidak memiliki energi semangat akhir minggu.
Rana tidak tertidur, kepalanya diistirahatkan diatas kedua tangannya yang terlipat diatas meja. Matanya menatap guru yang berada di depan kelas, namun tatapan mata itu terlihat kosong.
Apa dia sedang melamun?
Rana yang tertidur itu sudah biasa, tapi melamun dalam waktu yang lama? Aku curiga apa baru-baru ini Rana mempelajari ilmu tertidur dengan mata terbuka. Tapi karena itu rasanya tidak mungkin, sebenarnya apa yang membuat Rana melamun dengan serius seperti itu?
Karena begitu penasaran, aku memutuskan untuk mengganggu pemikirannya itu dengan melambaikan tanganku di depan wajahnya.
"Rana? Ada disitu kah? Rana!"
Aku memanggilnya. Lamunannya itu sangat serius sampai aku mengira dia tidak sedang berada di bumi sekarang. Terbang kemana lagi pikirannya itu.
"rana, turun yuk, turun." Aku mengguncang bahunya sambil bercanda.
"Andhin, apa namaku belum dipanggil?" setelah beberapa kali guncangan, akhirnya Rana tersadar dari lamunannya dan mengarahkan perhatiannya padaku.
"meskipun kamu tanya begitu..."
Seperti sesuai aba-aba, guru yang sedang mengabsen itu memanggil nama Rana. Segera Rana menjawab panggilan guru tersebut dengan lancar. Ah, seharusnya aku menunggu sedikit lama lagi. Kalau Rana belum sadar saat guru memanggil, pasti akan lucu jadinya.
"heh, untung aku menyadarkanmu sebelum dipanggil."
"Hm, iya iya, terimakasih. Ahh senangnya bisa diselamatkan oleh Andhin, kalau tidak ada Andhin, aku pasti sudah dalam masalah."
Anak ini, nada bicaranya sungguh membuatku kesal. Aku sadar dengan sarkasmenya, itu yang membuatnya lebih menjengkelkan.
"lalu, kenapa kamu melamun seperti itu saat kelas sudah mulai?" tanyaku.
Untuk sesaat, Rana terdiam. Aku tahu dia mendengar pertanyaanku, tapi dia memberi jeda seakan sedang memikirkan jawaban yang rumit.
"itu.. tidak ada hubungannya dengan Andhin."
Aku mencoba bersikap ramah padanya, tapi coba lihat, dia membalasnya dengan air tuba.
Dengan sekali meliriknya, aku bisa tahu ada yang sedang mengganggu pikirannya. Apa penyebabnya ini lebih bermasalah daripada yang kuduga? Lagipula, kalau hanya masalah kecil, aku yakin itu tidak akan mengganggu tidur Rana di kelas.
Kalau begitu, apa penyebab Rana begitu terganggu? Coba pikirkan apa yang terjadi belakangan ini disekitar Rana.
Kalau membicarakan apa yang terjadi, memang biasanya tidak banyak hal luar biasa yang terjadi. Jadwal kegiatan Rana Sebagian besarnya adalah tidur. Dan setelah berteman dengan Dika, jadwalnya bertambah dengan kegiatan berkumpul bersama Dika.
Hmm, Dika ya?
Aku mengerti. Aku tidak tahu masalah apa yang baru-baru ini terjadi disekitar Rana, tapi kalau memikirkan suatu faktor yang membuat masalah pada Rana, itu hanya Dika jawabannya. Lagipula, kalau Rana sedang menyukai seseorang, pikirannya itu sangat sederhana untuk dibaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Taste Of Love
Romantikkumpulan beberapa cerita rasa manis, asam, pahit asinnya dari kata yang selalu kita sebut dengan cinta... (KUMPULAN CERITA PENDEK)