Observe (1)

6 1 0
                                    


Di atap sekolah, terdapat seorang putri tidur.

Itu sebuah rumor yang sedang ramai di bicarakan di kelas. Selalu menjadi topik hangat yang hadir diantara siswa yang sedang duduk berkelompok dan berbagi gosip. Isi rumor itu kurang lebih seperti, putri tidur itu merupakan seseorang yang sangat cantik, bersinar menyilaukan hingga terlihat seperti roh yang menghuni atap sekolah. Dan itu juga hanya muncul pada jam istirahat, tetapi sangat langka kemunculannya sampai sulit dikatakan bahwa rumor itu asli atau hanya sekedar rumor belaka.

Awalnya aku tidak terlalu peduli karena hanya rumor tidak jelas, tapi karena begitu sering rumor ini berputar, lama-kelamaan aku pun juga penasaran akan apa yang sedang terjadi disana. Seseorang menyimpulkan bahwa itu adalah malaikat pelindung sekolah ini atau semacamnya. Aku tidak bisa membayangkan betapa syoknya aku jika itu benar terjadi. Maksudku, itu terdengar seram sekaligus mengagumkan dalam waktu yang bersamaan.

"hei Ran, apa kau pikir kita bisa bertemu dengan putri tidur atap sekolah itu?" aku bicara pada teman sebangku di sampingku.

Kepalanya menelungkup di atas tangannya yang terlipat di atas meja. Aku tidak yakin apa yang terjadi disana, tapi aku berani bersumpah aku baru saja mendengar dengkuran halus datang darinya. Karena dia juga tidak membalas perkataanku, aku berusaha mendapatkan perhatiannya.

"Rana?"

"..."

"Kirana??"

"..."

"Kirana Putri Nariratih?!"

Aku bicara setengah suara lebih kencang dari suaraku biasanya tepat di samping kepala Kirana. Aku melihat kepalanya menoleh kesamping sambil masih bersandar di lengannya itu, dan kulihat matanya sedikit merah yang mungkin saja karena mengantuk. Dia melirik ke arahku sebagai respon telah mendengarku.

"oh, selamat pagi, Andhini." Katanya dengan lembut sambil tersenyum. Matanya masih sayu-sayu tapi dapat memancarkan kehangatan dari sana.

"selamat pagi mbahmu! Aku terkejut kamu bisa tertidur tepat setelah pelajaran selesai."

Aku melihatnya bangkit dari posisi tidurnya itu, kemudian mengangkat tangannya ke atas untuk meregangkan otot-otot tangannya. Dari samping, aku bisa melihat air mata yang muncul di ujung matanya akibat menguap. Gadis ini, aku heran dengan berapa banyak waktu yang digunakannya untuk tidur? Dia tidak kelelahan setiap hari, tapi ini lebih seperti kelelahan setiap waktu.

"hmm.. coba lihat, aku tertidur pukul tiga dini hari sepertinya?" balasnya sambil terlihat sedang berpikir.

"dan alasan kamu tidur pada jam itu adalah?"

Aku meliriknya yang sekali lagi mencoba memikirkan jawabannya.

"tugas... kurasa?" jawabannya itu terdengar tidak meyakinkan.

"aku tidak ingat kita memiliki banyak tugas yang harus dikerjakan sampai larut malam."

"Andhin kan mengerjakannya dengan cepat, mustahil aku mengerjakannya seperti itu." keluhnya.

Yah, aku tidak bisa menyalahkannya soal itu. tapi bukan berarti dia dapat mengerjakannya selambat mungkin sampai harus tidur pada dini hari. Setidaknya aku mengerti bahwa Kirana itu bukanlah tipe orang yang mengerjakan tugasnya pada siang hari. Tidak, itu harus pada malam hari menurutnya.

"pelajarannya sudah selesai bukan? kalau begitu, aku akan pergi keluar."

Kirana bangkit dari kursinya dan hendak pergi, tapi segera kucegah dengan menggenggam tangannya.

"hei! Kamu mau kemana? Pelajaran kedua baru mau dimulai!"

aku menarik tangannya itu untuk mengarahkannya supaya dia kembali duduk di kursi lagi. Kirana sedikit linglung tapi menurut dengan apa yang kulakukan lalu kembali duduk di kursinya.

The Taste Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang