Ungu

2 0 0
                                    


Rean masih terpaku di tempatnya selama beberapa menit, kemudian ia kembali berbalik arah dan seketika tisu itu hialng dari pandangan.

Rean termenung, ia berjongkok, kemudian menunduk, hingga hidungnya hampir saja mencium kedua lututnya yang saling beradu.

"Apa yang harus aku lakukan?"

"Tempat apa ini?"

"TOLONG KELUARKAN AKU DARI SINI, SIAPA SAJA, JAWAB AKU!"

Beberapa kali Rean berteriak dengan air mata yang menganak sungai, tetapi usahanya untuk menolong dirinya atau sekadar memberi tanda untuk siapa saja yang menolong atau menemani rean tak hadir.

Rean mulai putus asa, ia menjatuhkan tubunya, dirinya telah lelah dengan hal-hal yang tidak masuk akal yang tejadi pada dirinya sebelum dan saat itu. Ia memejamkan matanya, berharap sesuatu keajaiban datang atau ia terbangun dalam keadaan teman-temannya telah kembali kepada dirinya.

Rean mengatup kelopak matanya yang berat dna ia terjatuh dalam gelap.

"Rean..."

"Rean ..."

"Rean ..."

Siapa? Siap itu? Tolong tunjukkan wujudmu padaku, tolong aku, aku terjebak di tempat yang aku tak tahu tempat apa ini.

Rean terbangun, ia melihat telapak tangan dan mem, balikkannya, matanya perlahan memperhatikan tubuhya, dan meraba sekujur tubuhnya, ia masih sama dalam keadaan speerti sebelum ia tertidur, tetapi ia masih terjebak di tempat yang serba putih itu.

***

Tak lama setelah Rean terhenyat tak sadar bahwa ia telah tenggelam dalam lamunan panjang, pikiran aneh bertandang di kepalanya, mengisi, membelah dan memecah kekusutan di dlaam ruang-ruang pikiranya.

"Apa yang sedang aku pikirkan?" Rean menampar pipinya snediri.

Kemudian dengan lesat Rean melihat sebuah papan kayu, seperti petunjuk arah yang muncul. Rean menyipitkan kelopak matanya, tak yakin dnegan apa yang tengah dilihatnya. Rean mulai mengambil langkah, sepatu ketsnya agak selip membuat ia terhuyung di sepersekian detik.

Rean kembali berdiri dan perlahan mendekati papan kayu itu. Tak disangka olehnya bahwa yang ia lihat ternyata ukurannya jauh lebih besar, lebih tinggi (hampir setinggi tubuhnya) dengan lebar dan panjang sekitar setengah badannya.

"Apakah ini adalah ... petunjuk?"

Rean meraba permukaannya, kulitanya yang keras, tetapi terlihat rapuh, keliran tua dan guratan-guratan yang tampak jelas menaruh dugaan Rean pada papan petunjuk arah itu, bahwa benda itu terbuat dari pohon yang sudah berumur dan sudah lama berada atau mendiami suatu tempat yang ekstrem.

"Apakah kamu bisa menujukkan arah pulang padaku? Kumuhon ..."

Tiba-tiba, sesuatu seperti asap bercampur dengan semburat yang berkelabat di salah satu permukaan papan petunjuk arah itu, beberapa detik asap berwarna keunguan yang menyala itu kia membentuk sebuah kata.

"Satu dan seratus"

Betapa terkejut dan herannya Rean ketika membaca kata-kata yang muncul.

"Apa maksud dari tulisan ini? Kumohon aku ingin segera kembali pulang, tolonglah!" Rean memukul tubuh papan kayu itu sejadinya, sayangnya ia tak mendapat jawaban dari hal yang dilakukannya.


Kata: 432


ReanterWhere stories live. Discover now