Setelah lama mengikuti beberapa tanda panah, Rean mulai letih dengan perjalann yang tak pasti yang ia lewati. Rean mulai letih dengan hal yang dia lakukan. Ia frustrasi, sambil tersengal ia meluapkan emosinya:
"Aku ingin keluar dari sini, siapa saja tolong keluarkan aku dari sini, KELUARKAN AKU DARI SINI!!!"
Beberapa kali Rean memekik, tubuhnya gemetar, bajunya basah bermandikan keringat.
Kakinya tak lagi bisa menumpu tubuhnya, Rean meluruh dan terduduk. Hatinya merasa kosong, ia tertunduk sambil memejamkan mata.
Cukup lama Rean tertunduk, sampai tengkuknya terasa kebas ,dan kepalanya terasa pening, tetapi ia tidak merasakan bahwa ia sudah terbangun dari mimpi panjang dan ketidakjelasan yang terjadi pada dirinya.
Rean kembali menegakkan kepalanya dan yang ia lihat masih sama: hamparan ruang putih bersama dirinya yang masih terduduk sendiri.
***
Rean mencoba menenangkan dirinya, di pikirannya berkelebat untuk mecari jalan yang bisa ia ambil untuk keluar dari kungkungan tempat yang berselubung putih.
Namun, yang terlintas di pikiran Rean hanya seorang penyelam yang menyelamatkan dia ketika tenggelam.
Rean berbaring dengan kepanya yang disandarkan ke tangannya yang lunglai dan mengulur ke lantai.
Ia kembali memejamkan matanya, tebersit dalam pikirannya bahwa dia kan mati di tempat itu dlaam keadan tak tahu apa-apa.
"Apakah aku akan kehilangan semuanya dan terjebak di sini selamanya sampai aku mati?"
"Teman-teman, apakah kalian aman saja di sana? Apa dosaku hingga aku bisa tersesat di sini? Apakah aku melakukan sesuatu yang salah?"
Rean tergugu dan memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Rean"
Rean terkesiap dan menengok ke arah sumber suara, yang terlihat hanya hamparan putih.
Sesuatu menggelitik di tangannya yang menopang tubuh Rean, Rean terperangah, tiba-tiba air menghampirinya dan beratapa takjubnya ketika sekelilingnya berubah mnejadi panorama myang tak tebayangkan oleh diirnya. Sebuah hamparan pasir purih dengan genangan air yang maat luas sampai-sampai tak terjangkau oleh dirinya.
"A-apa, ini?"Napas Rean mulai tak beraturan, suatu bentuk ketakutan mulai menjalar ke sleuruh tubuhnya.
"Rean"
Suara itu kembali muncul hingga ia meihat dari kejauhan, sebuah kapal pesiar dengan mulutnya yang mancung, lambung kapalnya berwarna putih dan terasa kemerlap diguyur semburat matahari. Kaki Rean disentuh oleh buih-buih ombak yang berkilau.
"Rean"
Sekali lagi, suara itu kembali muncul dan Rean mengetahui suara itu adalah suara yang pernah ia kenal sebelumnya.
Dengung kapal pesiar itu membuat telinga rean berdengung dan kepalanya merasa pusing, kapal itu perlahan mendekat ke posisinya berdiri.
***
"Apa itu?"
Rean melangkah mundur dan menjauh, tetapi kapal itu terus mendekat dan menuju ke daratan. Rean hanya terpaku sambil menatap dan mengamati apa yang ada di kapal itu.
Di pikirannya bertandang, apa dan apakah mungkin ada yang bisa menyelamatkan dirinya dnegan kapal tersebut.
Rean amat berharap, ia sem,akin berharap ketika ia melihat seseorang yang menyembul di atas kabin kapal dan melihat ke arah dirinya.
Kata: 445
wga_academy
